Lentera Anak Kampanyekan Perlindungan Terhadap Bahaya Rokok
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Lentera Anak bersama 22 komunitas, forum, serta organisasi yang memperhatikan perlunya perlindungan anak terhadap bahaya konsumsi rokok, mendesak pemerintah mengaksesi Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC) Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Melalui kegiatan berjudul "10.000 Pesawat Kertas untuk Presiden" yang digelar di seberang Istana Merdeka, Jakarta, hari Minggu (29/5), para relawan peduli anak mengumpulkan ribuan surat dari anak-anak di Banda Aceh hingga Jayapura untuk kemudian dikirimkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Surat itu adalah bentuk dukungan dari anak-anak dan remaja seluruh Indonesia agar pak Jokowi memberi perlindungan kepada mereka atas dampak bahaya rokok dengan mengaksesi FCTC," kata Ketua Lentera Anak Lisda Sundari.
Aksesi FCTC menjadi sebuah komitmen pemerintah untuk membuat aturan lebih ketat dalam pengendalian tembakau misalnya dengan membatasi penjualan rokok di tempat-tempat tertentu, menaikkan harga rokok, dan melarang penjualan rokok kepada anak-anak.
Lisda mengatakan bahwa perjanjian internasional itu telah melindungi anak-anak di 187 negara dari epidemi global konsumsi tembakau, sementara Indonesia termasuk satu dari sembilan negara di seluruh dunia yang masih menunda aksesi FCTC.
Jika tidak segera mengaksesi FCTC, kata dia, Indonesia akan gagal menikmati bonus demografi karena pada 2020 anak muda akan menjadi penduduk produktif yang sakit-sakitan dan justru menjadi beban ekonomi.
Harapan masyarakat, terutama pegiat sosial, agar anak terlindung dari bahaya rokok sangat beralasan mengingat prevalensi perokok di Indonesia paling tinggi di dunia menurut data WHO.
Hasil Riset Kesehatan Dasar yang dirilis Kementerian Kesehatan RI pada 2013 menunjukkan 48,4 juta jiwa penduduk usia di atas 10 tahun merokok setiap hari, dan 80 persen di antaranya mulai merokok di usia 15-19 tahun.
Rokok menjadi penyebab kematian enam juta orang setiap tahun di mana 600 ribu orang di antaranya merupakan perokok pasif.
"Data tersebut menunjukkan bahwa anak-anak sangat rentan dengan rokok. Jika sudah terlanjur teradiksi, mereka akan sulit berhenti," ujar Lisda. (Ant)
Pemberontak Suriah: Kami Tak Mencari Konflik, Israel Tak Pun...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Pemimpin kelompok pemberontak Islamis Suriah, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), ...