Lian Gogali: Perempuan adalah Pemimpin Spiritual Dalam Sejarah Poso
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Aktivis perempuan dan perdamaian juga pendiri Sekolah Perempuan dan Institut Mosintuwu untuk perempuan lintas agama di Kabupaten Poso, Lian Gogali menceritakan bahwa perempuan dalam sejarah Poso adalah pemimpin spiritual. Hal ini dikenal sebelum agama masuk ke daerah Poso, Sulawesi Tengah.
"Perempuan yang diizinkan mendoakan, menghubungkan manusia dengan Pencipta. Perempuan juga yang menunjukkan kapan musim tanam dan menuai. Perempuan dianggap memiliki kedekatan dengan alam dan yang melahirkan kehidupan," kata Lian Gogali dalam acara 'The Power of Mama-Mama!' di Jakarta, Jumat (6/10).
Selain itu perempuan juga merangkap sebagai ahli pengobatan, hakim, dan negoisator. Perempuan sangat dekat dengan alam dan tumbuhan. Juga mengenali semua jenis obat-obatan di hutan sehingga menjadi ahli pengobatan.
Menurut dia perempuan menjadi hakim karena dianggap paling bijaksana. "Ketika terjadi masalah di desa dan tidak bisa diselesaikan maka perempuan pengembil keputusan terakhir," kata Lian Gogali.
Perempuan adalah negosiator ulung. Seperti antar gunung, masalah batas tanah antar sub suku. Karena perempuan dianggap mengetahui pohon atau tanaman apa yang membatasi tanah dan detail tanah. Dia bernegoisasi melalui tembang-tembang.
Ketika agama Kristen masuk, yang pertama kali diberi kesempatan memperoleh pendidikan adalah laki-laki. Mereka dididik untuk menjadi misionaris atau pendeta. Sementara para perempuan diajarkan untuk menjadi isteri-isteri para pendeta.
"(Perempuan) diajarkan untuk bagaimana menjadi isteri yang baik. Cara menjadi isteri yang baik dengan diajari norma-norma di meja makan. Kemudian perempuan diajar untuk bagaimana menyajikan makanan. Itu membalik ingatan sejarah dan posisi perempuan sebelumnya," kata dia.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...