Libya Selidiki Jebolnya Dua Bendungan Yang Mengakibatkan Banjir Bandang
TRIPOLI, SATUHARAPAN.COM-Jaksa penuntut utama Libya mengatakan dia telah membuka penyelidikan atas runtuhnya dua bendungan yang menyebabkan banjir dahsyat di kota pesisir ketika tim penyelamat mencari mayat pada hari Sabtu (16/9), hampir sepekan setelah banjir yang menewaskan lebih dari 11.000 orang.
Hujan deras yang disebabkan oleh badai Mediterania Daniel menyebabkan banjir mematikan di Libya timur akhir pekan lalu. Banjir tersebut membanjiri dua bendungan, menyebabkan dinding air setinggi beberapa meter jebol, dan air menerjang pusat kota Derna, menghancurkan seluruh lingkungan dan menghanyutkan warga masyarakat ke laut.
Lebih dari 10.000 orang hilang, menurut Bulan Sabit Merah Libya. Enam hari berlalu, para pencari masih menggali lumpur dan bangunan berlubang, mencari mayat dan kemungkinan korban selamat.
Pihak berwenang dan kelompok bantuan telah menyuarakan keprihatinan mengenai penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air dan perpindahan persenjataan peledak dari konflik Libya baru-baru ini.
Jaksa Agung, al-Sediq al-Sour, mengatakan jaksa akan menyelidiki runtuhnya dua bendungan yang dibangun pada tahun 1970-an itu, serta alokasi dana pemeliharaannya. Dia mengatakan jaksa akan menyelidiki otoritas lokal di kota tersebut, serta pemerintah sebelumnya.
“Saya meyakinkan warga bahwa siapa pun yang melakukan kesalahan atau kelalaian, jaksa pasti akan mengambil tindakan tegas, mengajukan kasus pidana terhadapnya dan mengirimnya ke pengadilan,” katanya pada konferensi pers di Derna, hari Jumat (15/9) malam.
Dana Pemeliharaan Rp 30 Miliar
Tidak jelas bagaimana penyelidikan semacam itu dapat dilakukan di negara Afrika Utara, yang terjerumus ke dalam kekacauan setelah pemberontakan yang didukung NATO menggulingkan diktator lama Muammar Gaddafi pada tahun 2011. Selama sebagian besar dekade terakhir, Libya telah terpecah menjadi pemerintahan yang saling bersaing, salah satunya adalah Libya di timur, satu lagi di barat, masing-masing didukung oleh milisi kuat dan pendukung internasional. Salah satu dampaknya adalah pengabaian infrastruktur penting.
Pejabat lokal di kota itu telah memperingatkan masyarakat tentang badai yang akan datang dan hari Sabtu lalu memerintahkan warga untuk mengungsi dari daerah pesisir di Derna, karena takut akan gelombang laut. Namun tidak ada peringatan mengenai bendungan yang jebol pada hari Senin (11/9) pagi karena sebagian besar warga tertidur di rumah mereka.
Sebuah laporan oleh badan audit yang dikelola negara pada tahun 2021 mengatakan kedua bendungan tersebut tidak dipelihara meskipun ada alokasi lebih dari US$2 juta (setara Rp 30 miliar) untuk tujuan tersebut pada tahun 2012 dan 2013.
Sebuah perusahaan Turki dikontrak pada tahun 2007 untuk melakukan pemeliharaan kedua bendungan tersebut dan membangun bendungan lain di antaranya. Perusahaan tersebut, Arsel Construction Company Limited, mengatakan di situs webnya bahwa mereka telah menyelesaikan pekerjaannya pada bulan November 2012. Perusahaan tersebut tidak menanggapi email yang meminta komentar lebih lanjut.
Sementara itu, tim penyelamat lokal dan internasional bekerja sepanjang waktu, mencari jenazah dan orang-orang yang berpotensi selamat di kota berpenduduk 90.000 orang itu.
Al-Sour meminta warga yang kehilangan kerabatnya untuk melapor ke komite forensik yang bertugas mendokumentasikan dan mengidentifikasi jenazah yang ditemukan. “Kami mohon warga bekerja sama dan segera berangkat ke markas panitia agar pekerjaan bisa diselesaikan secepatnya,” katanya.
10.000 Orang Masih Hilang
Pihak berwenang Libya telah membatasi akses ke kota yang dilanda banjir untuk memudahkan tim pencari menggali lumpur dan melubangi bangunan untuk mencari lebih dari 10.000 orang yang masih hilang. Banyak jenazah diyakini terkubur di bawah reruntuhan atau tersapu ke Laut Mediterania, kata mereka.
Badai juga melanda daerah lain di Libya timur, termasuk kota Bayda, Susa, Marj dan Shahatt. Puluhan ribu orang telah mengungsi di wilayah tersebut dan berlindung di sekolah-sekolah dan gedung-gedung pemerintah lainnya.
Puluhan orang asing termasuk di antara mereka yang tewas, termasuk orang-orang yang melarikan diri dari perang dan kerusuhan di wilayah lain. Yang lainnya datang ke Libya untuk bekerja atau melakukan perjalanan dengan harapan bisa bermigrasi ke Eropa.
Setidaknya 74 pria dari satu desa di Mesir tewas dalam banjir, serta puluhan orang yang melakukan perjalanan ke Libya dari Suriah yang dilanda perang. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Banjir dan Longsor Melanda Soppeng, Sulawesi Selatan, Satu O...
MAKASSAR, SATUHARAPAN.COM- Banjir melanda Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan, pada hari Sa...