Liga Arab Dukung Palestina Tolak Pengakuan Negara Yahudi
KAIRO, SATUHARAPAN.COM - Liga Arab pada hari Minggu (9/3) menyatakan mendukung sikap Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, yang menolak permintaan Israel untuk pengakuan sebagai negara Yahudi. Sementara itu, pembicaraan damai yang didukung Amerika Serikat mendekati tenggat waktu pada bulan depan.
Amerika Serikat menghendaki Abbas menawarkan konsesi sebagai bagian dari upaya untuk mencapai "perjanjian kerangka kerja" dan melanjutkan pembicaraan yang bertujuan menyelesaikan konflik Israel dan Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun.
"Dewan Liga Arab menegaskan dukungannya terhadap kepemimpinan Palestina dalam usahanya untuk mengakhiri pendudukan Israel atas tanah Palestina, dan menekankan penolakan untuk mengakui Israel sebagai “negara Yahudi”, kata Menteri Luar Negeri Arab dalam sebuah pernyataan di Kairo, Mesir.
Pemerintah Arab, terganggu oleh pergolakan di wilayah Timur Tengah sejak munculnya pemberontakan di beberapa denaga pada tahun 2011. Hal itu membuat kebuntuan pembicaraan damai dan menyebabkan Abbas terisolasi.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengajukan pengakuan negaranya sebagai negara Yahudi sebagai syarat untuk perdamaian. Masalah ini belakangan dibayangi oleh hambatan mengenai masalah perbatasan, pengungsi Palestina dan status kota Yerusalem.
Palestina khawatir bahwa pengakuan negara yahudi akan menyebabkan tindakan diskriminasi terhadap minoritas Arab Israel, sementara Israel mengatakan perlunya pengakuan atas sejarah Yahudi dan hak atas tanah.
"Dengan mengakui negara Yahudi, Anda (Palestina) akhirnya akan menegaskan bahwa Anda benar-benar siap untuk mengakhiri konflik," kata Netanyahu, pada hari Selasa pekan lalu.
"Jadi mengakui negara Yahudi, tidak bisa ditolak, tidak ada penundaan. Sudah saatnya," kata Netanyahu dalam pidatonya pada lobi AIPAC yang pro Israel.
Abbas mengeluh pada hari Sabtu bahwa Palestina sedang meminta sesuatu yang belum dipenuhi negara-negara Arab yang telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan Israel.
"Kami mengakui Israel dalam pengakuan timbal balik pada Perjanjian Oslo (1993). Mengapa mereka sekarang meminta kami untuk menolak mengakui negara Yahudi?" kata dia mempertanyakan.
"Mengapa mereka tidak hadir dan permintaan hal ini ke Yordania atau Mesir ketika mereka menandatangani perjanjian damai dengan mereka?" kata Abbas menambahkan.
Amerika Serikat berharap kedua pihak untuk menyepakati beberapa poin umum, termasuk pengakuan "negara Yahudi”, dan masalah perbatasan. Hal itu sebagai bagian kesepakatan kerangka kerja untuk melanjutkan pembicaraan yang dimulai pada tujuh bulan lalu. (ahram.org.eg)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...