Loading...
RELIGI
Penulis: Sotyati 16:45 WIB | Selasa, 03 Desember 2013

Liga Muslim Dunia: Islam Mengajarkan Kedamaian

Sekjen Rabithah Al Alam Al Islami (Liga Muslim Dunia) Dr Abdullah bin Abdul Mohsin Al Turki (kiri, berbusana putih) berbicara di Konferensi Media Islam Internasional di Jakarta, 3 - Desember. (Foto: Kemenag RI)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sekjen Rabithah Al Alam Al Islami (Liga Muslim Dunia) Dr Abdullah bin Abdul Mohsin Al Turki menegaskan, agama Islam mengajarkan kedamaian dan antikekerasan, memerangi terorisme, dan menjauhi intoleransi. Karena itu pihaknya mendukung Indonesia sebagai mitra untuk menyelenggarakan Konferensi Media Islam Internasional di Jakarta.

Pernyataan tersebut disampaikan Sekjen Liga Muslim Dunia kepada pers seusai pembukaan Konferensi Media Islam di Jakarta, Selasa (3/12). Konferensi yang mengambil tema “Media and Social Responsibility” itu diselenggarakan mulai 3 - 5 Desember 2013 dengan menghadirkan sejumlah nara sumber dari berbagai negara Islam.

Ia mengatakan, agama Islam sangat mengedepankan kedamaian. Karena itu sangat antikekerasan, termasuk memerangi terorisme. Karena itu pula para tokoh Islam diharapkan dapat memberi pencerahan kepada umat melalui media massa. Media memiliki peran penting, memiliki pengaruh, dan karenanya dapat mendorong umat Islam patuh akan perintah Allah.

Meski media memiliki sisi negatif, tetapi dapat diarahkan lebih baik agar umat dapat meningkatkan ketakwaannya terhadap perintah Allah. Untuk itu, kerja sama dengan media massa sangat penting, mengingat opini yang dibangun dapat membawa ke arah positif, kata Sekjen Liga Muslim Dunia itu.

Konferensi Media Islam diselenggarakan Kemenag bekerja sama dengan Rabithah Alam Islami di Hotel Shangri-La Jakarta. Konferensi itu merupakan konferensi yang ketiga. Konferensi pertama berlangsung di Jakarta pada 1981 dan kedua pada 2011 juga di Jakarta.

Kegiatan itu digelar dengan dilatarbelakangi adanya peristiwa baru yang fenomenal di dunia Islam, terutama beberapa negara dengan mayoritas penduduk muslim di Timur Tengah, sejak 2011. Di Tunisia misalnya, Presiden Zainal Abidin Ben Ali dipaksa turun dari jabatannya setelah menjabat lebih dari 20 tahun.

 

Tanggung Jawab Sosial

Konferensi dibuka Menteri Agama Suryadharma Ali.  Ia mengatakan, kini umat manusia dihadapkan pada perubahan nilai. Seolah apa yang dikatakan media adalah benar, akurat, dan dapat dipercaya. Realitas sosial telah mempersempit maknanya menjadi realitas media atau realitas seperti apa yang tertera dalam media.

Kecenderungan penyempitan makna informasi bukan hanya harus menjadi kesadaran bersama, tetapi menambah besar tanggung jawab sosial media. Untuk itu masyarakat harus cerdas dan kritis terhadap informasi. Ia juga mengingatkan masyarakat untuk melakukan tabayyun terhadap informasi dan berita yang tidak jelas asal usulnya.

Konferensi yang dihadiri pakar dan sarjana dari berbagai disiplin ilmu, dari dalam dan luar negeri itu, dinilai Menag sangat penting karena berbagai aspek yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial media mendapat perhatian. Pendekatannya pun bercorak multidisiplin, sehingga diharapkan dapat menghasilkan rumusan komprehensif dan memberi sumbangan berarti pada tingkat akademik.

Konferensi Media Islam Internasional pertama yang diselenggarakan 1-3 September 1980 dan diikuti 327 peserta dari 49 negara, menghasilkan deklarasi Jakarta yang berisi kode etik wartawan Islam, penetapan Sekjen Rabithah Alam Islami (Ali Al Harakan) sebagai Sekjen tetap Media Massa Islam sedunia yang berkedudukan di Mekkah, dan pendirian Dewan Tertinggi Penerangan Islam yang berkedudukan di Mekkah.

Menurut Sekjen Kemenag Bahrul Hayat, konferensi itu memiliki peran strategis bagi pemberitaan Islam di dunia.

Diharapkan konferensi itu bisa menghapus stereotip negatif yang selama ini diberitakan media asing terkait dengan Islam di dunia. "Kita juga berkepentingan menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia sebagai penduduk Islam terbesar di dunia, memiliki perilaku yang demokratis dan moderat," kata Bahrul.

Diharapkan kegiatan itu bisa menjalin kerja sama dengan praktisi media di berbagai negara Islam di dunia. "Konferensi ini tidak ada sama sekali berniat untuk dijadikan wadah politik. Tetapi kami ingin menjadikan konferensi ini sebagai wadah memperkuat ukhuwah di antara media-media di negara Islam," kata Bahrul. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home