Liga Santri, Ketika Pesepakbola Cium Tangan sang Pengadil
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dua kesebelasan usia belasan tahun saling berhadapan pada partai puncak sebuah turnamen. Sebagaimana anak muda, mereka bermain ngotot meskipun nampak kelelahan fisik yang tidak bisa disembunyikan dari beberapa kali umpan yang salah, kesalahan antisipasi serangan, bahkan tidak jarang kesalahan pergerakan tanpa bola, hingga salah menendang meskipun sudah berada di depan gawang.
Kedua kesebelasan adalah kesebelasan Pondok Pesantren (PP) Nur Iman, Mlangi-Sleman yang sedang menghadapi PP Walisonogo, Sragen dalam pertandingan final Liga Santri Nusantara (LSN)2016 di Stadion Maguwo, Sleman, Yogyakarta.
Acara yang disiarkan langsung oleh sebuah stasiun televisi swasta, dibuka resmi oleh Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Imam Nachrawi.
Dalam jumpa pers yang dilakukan pada saat turun minum final LSN Imam Nachrawi menjelaskan bahwa LSN merupakan bagian dari pemerintah dalam fasilitas kompetisi berjenjang mulai dari U-12 hingga U-19.
"Ke depan, LSN harus dikelola secara profesional, mandiri, dan dipercaya sehingga sponsor maupun publik bisa terlibat, dan kedepan (kompetisi) ini (diharapkan) menjadi role model bagi persiapan second layer bagi semua klub-klub nasional. Karena kedepan, semua klub profesional harus punya tim di kelompok umur secara berjenjang," kata Imam di hadapan media masa Minggu (30/10).
Lebih lanjut Imam menjelaskan kedepan LSN harus menjadi bagian dari penyiapan tim dimana masing-masing klub profesional punya barisan dibawahnya. Mulai U-12, U-14, U-15, dan seterusnya sampai pesepakbola terlibat dalam ISL atau ISC saat ini. Dengan begitu pemerintah bisa mensupport lebih baik lagi (LSN) dan juga kompetisi berjenjang lainnya.
Pertandingan babak final LSN 2016 diselesaikan dengan adu tendangan penalti setelah dalam babak normal 2x45 menit berakhir imbang 0-0, dan pada babak perpanjangan waktu berakhir 1-1 melalu gol yang dicetak oleh M. Febri (PP Nur Iman) di menit 104' melalui tendangan bebas. PP Walisongo menyamakan kedudukan dua menit berselang melalui kemelut di kotak penalti setelah PP Walisongo mendapatkan tendangan bebas. Kemelut di kotak penalti PP Nur Iman diselesaikan dengan baik oleh Ananda Gohan. Skor 1-1 bertahan hingga babak perpanjangan waktu selesai.
Pada tendangan adu penalti, hingga penendang keenam pemain PP Nur Iman berhasil menceploskan golnya. Penendang terakhir PP Walisongo mampu digagalkan oleh kiper PP Nur Iman. Dengan hasil tersebut, PP Nur Iman, Mlangi berhasil merebut Piala Bergilir LSN 2016 berikut uang pembinaan sebesar 150 juta rupiah. Acara final LSN 2016 dihadiri Ketua PBNU Said Aqil Siradj yang memberikan do'a sebelum berlangsungnya partai final.
Cium Tangan Pengadil
Kesiapan penyelenggaraan dalam pengaturan jadwal dan lain-lain, ini harus mendapat perhatian serius pengelola LSN jika ingin berkembang menjadi sebuah kompetisi yang baik. Penyelenggaraan babak final yang dilaksanakan selama seminggu bukanlah sebuah turnamen/kompetisi yang ideal, dimana untuk bisa mencapai final, sebuah tim harus bermain setiap hari selama seminggu. Dengan kelelahan bermain setiap hari, bisa ditebak partai final menyajikan pertandingan yang tidak ideal setelah sehari sebelumnya mereka harus bermain all-out agar bisa lolos ke pertandingan puncak. Meski begitu, partai final LSN 2016 berlangsung dalam semangat masing-masing tim untuk menampilkan yang terbaik.
Dalam hal skill maupun teknik bermain, harus diakui masih banyak kekurangan dimana pemain masih sering salah antisipasi ataupun pergerakan pemain yang belum terorganisir dengan baik. Sektor-sektor teknis perlu mendapat perhatian serius dalam penyelenggaraan LSN kedepan. Sepakbola modern dunia telah berkembang pesat sejak era total football diperkenalkan. Konsekuensinya, pembinaan usia dini, kompetisi berjenjang, hingga kompetisi profesional mensyaratkan standar yang terukur secara ketat mulai dari skill-teknik pemain, strategi, teamworks, hingga bagaimana menjalankan kompetisi tersebut menjadi sehat, fair play, kompetitif, yang berujung pada prestasi melalui sebuah proses yang berkesinambungan. Ini tentu akan melibatkan banyak pihak termasuk diantaranya tim pemandu bakat. Bagaimanapun, sepakbola adalah permainan tim sejak sebelum di lapangan hingga berakhirnya pertandingan.
Diluar kekurangan yang ada, muncul semangat baru dalam LSN 2016 dengan mendorong sportivitas dan penghormatan antar sesama. Sepanjang pertandingan kedua supporter menyanyikan yel-yel dalam memberikan semangat timnya tanpa mengejek satu sama lain. Meskipun kedua supporter pada tribun yang sama dalam jarak yang cukup dekat, mereka memberikan semangat tanpa ada yang menyebar kebencian. Menarik ketika menyaksikan pertandingan final sebuah kompetisi nasional yang diramaikan dengan nyanyian serta sholawatan silih berganti dari kedua supporter hingga syiir-syair dan lantunan asma'ul husna.
Di tengah karut marut kompetisi yang sering diwarnai perkelahian antar supporter, antar pemain, pemain-pengadil-ofisial tim, supporter dengan masyarakat, hingga pengurus federasi PSSI, LSN 2016 menawarkan bagaimana pengadil menjadi pusat atas jalannya pertandingan sepakbola. Ketika pengadil meniup peluit, saat itulah pemain berlarian mengejar bola. Saat lain pengadil meniup peluit karena adanya bola keluar lapangan, pelanggaran, ataupun berakhirnya pertandingan, seluruh pemain taat atas apa yang menjadi keputusan pengadil dan penjaga garis. Sportivitas bisa dipupuk sejak dari luar lapangan sepakbola.
Saat terjadi pelanggaran keras dan pengadil meniup peluit sambil memberikan kartu pada pelanggar, pemain bersangkutan mendatangi pengadil meminta maaf atas aksinya sambil cium tangan. Beberapa saat berselang, pemain yang mendapatkan hadiah kartu mendatangi pemain yang masih tergeletak akibat pelanggarannya sambil mencium kepalanya dan terucap kalimat permintaa maaf atas pelanggaran yang terjadi. Inilah bentuk lain sportivititas yang muncul selama penyelenggaraan LSN 2016.
Dan pengadil adalah orang tua bagi mereka yang bermain. Apapun keputusannya, mereka menerimanya sebagai bagian dari permainan sepakbola. Dan mencium tangan pengadil adalah salah satu bentuk penghargaan atas sportivitas itu sendiri.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...