Lindswell Terharu, Bonus SEA Games untuk Renovasi Padepokan
SATUHARAPAN.COM – Gerakan seorang atlet dari kejauhan mirip seperti penari, ternyata gerakan tersebut adalah gerakan memeragakan jurus bela diri atau lebih mirip ilmu pernafasan yang populer di Tiongkok – biasanya disebut Tai Chi – setelah diamati lebih dekat atlet tersebut berdiri dan memeragakan taijijian dan taijiquan, salah satu dari sekian banyak cabang dari olahraga wushu.
Apabila mempelajari Wushu tidak hanya terbatas pada hal-hal yang berhubungan dengan gerakan fisik dan kekerasan saja, tetapi juga melibatkan pikiran. Mempelajari Wushu berarti kita juga belajar mengolah pernafasan, memahami anatomi tubuh kita.
Kata Wushu berasal dari dua kata yaitu “Wu” dan “Shu”. Arti dari kata “Wu” adalah ilmu perang, sedangkan arti kata “Shu” adalah seni. Sehingga Wushu bisa juga diartikan sebagai seni untuk berperang atau seni beladiri (Martial Art). Di dalam wushu, kita juga mempelajari seni, olahraga, kesehatan, beladiri dan mental.
Indonesia mengenal wushu, menurut sejarah, sejak PBWI (Pengurus Besar Wushu Indonesia) didirikan pada 10 November 1992 atas prakarsa Komite Olahraga Nasional Indonesia Pusat. Saat itu PB WI, menurut KONI hanya sebagai wadah bagi seluruh Perguruan Kung Fu di Indonesia.
Olahraga yang berusia lebih dari ribuan tahun asal Tiongkok ini sejak dipopulerkan di Indonesia bisa dipelajari orang-orang di luar pegiat dan penggemar wushu. Fakta sejarah menunjukkan bahwa wushu Shaolin di Tiongkok juga dipelajari rakyat sipil. Bahkan perguruan wushu Shaolin yang dulu dikenal sebagai Shaolin pay, kini telah menjadi institut wushu dengan nama Shaolin Wushu Institut di Henan, Tiongkok (Shaolin sendiri sebenarnya adalah nama kuil) yang isinya adalah para akademisi dari dalam maupun luar Tiongkok..
Salah satu kota yang sukses melahirkan atlet wushu di Indonesia adalah Medan, Sumatera Utara. Yayasan Kusuma Wushu Indonesia (YKWI) yang terletak di Jalan Plaju, Medan,
YKWI didirikan oleh Master Supandi Kusuma yang memegang sabuk DAN VII Wushu Internasional, mulai di bangun pada tahun 1997 dan rampung pada tahun 1999, dan diresmikan pada tanggal 18 Maret 2001 oleh Ketua Umum KONI Pusat, kala itu, Wismoyo Arismunandar dan Gubernur Sumatera Utara Rizal Nurdin bersamaan dengan peresmian Pelatnas SEA Games 2001, Malaysia serta Pelantikan Pengurus Daerah Wushu Sumatea Utara masa bakti 2001-2005, sejak pertama kali digunakan untuk pembinaan atlet, Padepokan YKWI telah dipercaya oleh PBWI dan KONI Pusat sebagai tempat Pemusatan latihan Nasional untuk menghadapi event-event seperti SEA Games dan Asian Games dan Kejuaraan Dunia Wushu.
Di padepokan ini lahir banyak legenda wushu Indonesia, dua diantaranya menjadi kebanggaan Indonesia – Juwita Niza Wasni dan Lindswell Kwok – mereka tidak hanya menjadi kebanggaan keluarga, kota Medan dan sekitarnya tetapi Indonesia.
Paras cantik Lindswell tidak kalah mengkilap dengan prestasi gadis kelahiran 24 September 1991 tersebut, karena pada Minggu (7/6) di Singapore Expo Hall, Singapura dia meraih nilai tertinggi pada Taijiquan dengan nilai tertinggi 9,73 yang artinya menggengam emas. Lindswell, kala itu, unggul atas atlet Vietnam, Tran Thi Minh Hung dengan nilai 9,69 (medali perak), dan atlet Malaysia Chan Lu Yi yang meraih medali perunggu dengan nilai 9,65.
Sehari kemudian, Senin (8/6) di tempat yang sama, Lindswell kembali menggengam medali emas di nomor taijijian, dengan nilai yang sama 9,73. Dia unggul atas atlet tuan rumah Singapura, Valerie Wee Ling En yang meraih medali perak dengan nilai 9,71, sementara di peringkat ketiga atlet Malaysia Ng Shin Yii dengan nilai 9,69.
Lindswell yang awal masuk wushu karena dibantu kakaknya, Ketua Harian PBWI Sumatera Utara Iwak Kwok menerima bonus uang tunai dari Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora) pada Kamis (9/7) atas keberhasilan di SEA Games 2015 tersebut. Penghargaan yang diterima Lindswell tidak hanya kali ini saja, tetapi berulang kali Lindswell menerima banyak penghargaan dari SEA Games terdahulu, dan juga ajang internasional lainnya seperti Asian Games (ajang multi olahraga negara-negara Asia Tenggara).
Lindswell serius menekuni wushu saat dia mulai beranjak usia 14 tahun, dan pada 2005 dia ikut kejuaraan nasional. Setahun berikutnya Lindswell mengikuti kejuaraan World Junior Wushu Championships I (WJWC) di Kuala Lumpur, Malaysia, dan meraih medali perunggu.
Semenjak itu, Lindswell semakin banyak mengoleksi gelar juara hingga terakhir kali meraih medali emas SEA Games 2013.
Lindswell yang berulang kali diganjar bonus dengan nominal rupiah yang sangat fantastis tersebut ternyata tetap bersikap rendah hati, karena selain melatih kemampuan diri di nomor taijijian dan taijiquan dia menyempatkan melatih anak-anak kecil belajar wushu di Padepokan Yayasan Kusuma Wushu Indonesia, Medan.
Anak ketiga dari enam bersaudara pasangan Tjoa Eng Hin dan Nuraini ini Lindswell yang meraih dua keping emas, berniat menyumbangkan bonus SEA Games 2015 dengan total Rp 400 juta, itu untuk merenovasi padepokan.
“Sejak dulu belum ada bantuan dari pemerintah. Jadi, saya ingin menyumbangkan semua bonus saya untuk renovasi padepokan,” kata Lindswell kepada para pewarta seusai acara Penyerahan Bonus kepada para atlet dan ofisial yang menyumbang medali bagi Indonesia pada ajang multi olahraga negara-negara Asia Tenggara (SEA Games) 2015, di halaman Kemenpora, Jakarta, Kamis (9/7).
Lindswell mengapresiasi perhatian pemerintah kepada atlet, dia ingin perhatian seperti ini berlangsung terus-menerus. Dia menyebut masih banyak poin yang harus diperbaiki dari sistem keolahragaan Indonesia. “Seperti dana pelatihan, terlambatnya peralatan, itu jauh lebih penting,” kata dia.
Editor : Bayu Probo
Ikuti berita kami di Facebook
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...