LIPI Dorong Perkuat Riset Kajian Wilayah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyelenggarakan refleksi penelitian kajian wilayah, Kamis (25/2), mengingat hasil penelitian tentang kajian wilayah Asia masih terbatas. Penelitian mengenai kajian wilayah harus diperkuat dengan semakin derasnya arus globalisasi, agar Indonesia dapat memahami posisi dan perannya di tingkat regional dan global.
Drs Dundin ZaenuddinMA, Kepala Pusat Penelitian Sumber Daya Regional (P2 SDR) LIPI, menjelaskan Indonesia saat ini masih kekurangan hasil riset kajian wilayah Asia Tenggara. Hal itu terjadi karena sampai tahun 1990-an peneliti Indonesia masih sangat terfokus pada penelitian Indonesia, jarang melakukan penelitian kajian negara lain.
Pada pihak lain, banyak peneliti asing dari Amerika, Eropa, dan kawasan Asia lain berdatangan ke Indonesia untuk meneliti, dan menerbitkan karya-karya pentingnya tentang Indonesia. “Situasi inilah yang menciptakan jarak dalam penelitian kajian wilayah saat ini,” kata Dundin, seperti dikutip dari lipi.go.id.
Sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan riset kajian wilayah Asia, LIPI semakin peduli melakukan penelitian di bidang Asia Tenggara. Menurut Dr Fadjar I Thufail, peneliti P2 SDR LIPI, penelitian kajian wilayah saat ini menghadapi dua tantangan besar. Pertama, penelitian kajian wilayah harus menghadapi kenyataan semakin terbukanya batas-batas negara dan semakin cepatnya pergerakan manusia, gagasan, dan barang di tingkat regional dan global. Kedua, penelitian kajian wilayah dituntut untuk mampu memahami posisi Indonesia dalam jaringan pergerakan manusia, gagasan dan barang tersebut.
“Tantangan yang dihadapi saat ini memperlihatkan bahwa konsep dan metode kajian wilayah yang dipakai sudah tidak relevan dan membutuhkan penelitian mendalam lagi, apalagi saat ini sudah masuk era globalisasi,” Fadjar menjelaskan.
Ia menambahkan, di era globalisasi saat ini sangat diperlukan studi tentang negara di Asia agar Indonesia memahami posisinya dalam pergaulan internasional. “Indonesia bisa mempelajari atau bahkan mengadopsi langkah negara tetangga dalam memperkuat masyarakatnya di era globalisasi,” ujarnya.
“Saat ini Indonesia telah memasuki babak baru dalam penelitian kajian wilayah khususnya di Asia. Hal ini karena globalisasi semakin memudarkan batasan wilayah dalam pertukaran sumber daya dan barang,” ia mengingatkan.
Pada era globalisasi, negara terbuka dan diberikan kebebasan untuk melakukan perdagangan. “Kondisi ini sebenarnya menguntungkan bagi negara yang siap, tetapi akan menjadi kelemahan bagi negara yang tidak siap,” katanya.
Fadjar mengungkapkan, kesiapan Indonesia dalam era globalisasi sebenarnya didasari oleh seberapa paham Indonesia tentang situasi dan kondisi masyarakat, politik, budaya dan ekonomi regional dan global. “Di sinilah pentingnya penguatan riset kajian wilayah agar kita dapat memetakan strategi Indonesia di era ini dengan baik,” katanya. (lipi.go.id)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...