LIPI Siap Singkap Biodiversitas Sumba dan Sulbar
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sebanyak 97 peneliti dan teknisi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), siap menyingkap berbagai biodiversitas atau keanekaragaman hayati, yang masih tersembunyi di kawasan Sumba, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Barat (Sulbar).
Kesiapan tersebut dikatakan oleh Kepala LIPI, Iskandar Zulkarnain saat melepas para peneliti dan teknisi yang tergabung dalam Tim Ekspedisi Widya Nusantara (E-WIN) 2016 tersebut pada Jumat (8/4) lalu, di Media Center LIPI Jakarta.
“Tim yang kami berangkatkan mulai 15 April mendatang berasal dari tiga kedeputian di lingkungan LIPI dengan kepakaran yang berbeda, yakni Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati, Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian, dan Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan,” kata Iskandar.
Ia pun berharap, agar tim yang berangkat ekspedisi tersebut selain mampu menghasilkan temuan-temuan baru, juga mampu memberikan manfaat lebih secara nyata bagi masyarakat sekitar kawasan ekspedisi. “Saya berharap pola pikir ekspedisi kali ini lebih diperluas. Selain sisi sains, sisi manfaat bagi masyarakat juga penting dan perlu diperhatikan,” katanya.
Ditambahkannya pula, ekspedisi yang mencakup berbagai bidang keilmuan tersebut diharapkan mendapatkan hasil eksplorasi yang maksimal di setiap bidangnya. Hal ini mengingat masih banyak daerah di tujuan ekspedisi yang belum tersentuh penelitian, sehingga potensi temuan baru besar.
Dengan temuan-temuan baru hasil ekspedisi, Iskandar berharap agar memberikan manfaat nyata juga bagi dunia industri. Sebab, industri yang berbasis biodiversitas diperkirakan akan maju pesat di abad ini. “Setiap kegiatan penelitian termasuk eksplorasi bioresources, yang akan di lakukan diharapkan membawa kontribusi scientific yang signifikan serta membawa perubahan,” katanya.
Endemisitas Tinggi
Witjaksono, Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI yang mewakili Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI meyakini Tim E-WIN 2016, akan mampu memberikan kontribusi temuan baru dan hasil lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat. “Ini berkaca pada ekspedisi tahun lalu yang berhasil menemukan bakteri asam laktat yang berpotensi sebagai pengawet makanan,” katanya.
Untuk tahun ini, Ia melihat, Sumba dan Sulbar memiliki tingkat endemisitas yang tinggi. “Hingga saat ini, belum ada data terkait keragaman jamur dan mikroba di wilayah tersebut. Dan, kami berharap akan banyak temuan dari wilayah itu,” katanya.
Ia mengatakan, kegiatan eksplorasi di Sumba akan dilakukan di Taman Nasional Laiwangi Wanggameti. Sedangkan untuk Sulawesi Barat, akan dilaksanakan di Gunung Gandang Dewata.
“Khusus Gunung Gandang Dewata, gunung ini adalah salah satu gunung tertinggi yang terletak di kawasan bagian barat Sulawesi, dan merupakan gunung tertinggi kedua di Sulawesi,” katanya. Selain itu, gunung tersebut merupakan daerah resapan air, yang berfungsi sebagai penangkap dan penyimpan air terbesar di Sulawesi Barat, dan potensinya sangat menarik untuk disingkap, “ katanya.
Beri Rekomendasi
Dari sisi ilmu kebumian, Deputi Bidang Ilmu Kebumian LIPI, Zainal Arifin mengatakan, E-WIN 2016 diharapkan mampu menguak kawasan timur Indonesia yang diyakini unik, karena adanya interaksi antara Arus Lintas Indonesia (Arlindo) dengan fitur geografi dan geologi yang kompleks.
“Secara oseanografi, perairan Sumba berperan penting dalam sirkulasi air di samudera, dan ini akan memberi pengaruh pada prediksi iklim, prediksi suhu muka laut, serta membawa konsekuensi ekologi produktivitas ekosistem dan dinamika nutrient,” katanya.
Sehingga, Zainal menambahkan, hasil ekspedisi diharapkan bisa memberikan rekomendasi pengelolaan sumber daya laut dan perlindungannya di kawasan strategis tersebut. “Tidak hanya itu, tim juga diharapkan dapat memberi rekomendasi kebijakan mitigasi dan adaptasi bencana,” katanya.
Selain itu, hasil penelitian bidang sosial dan kemanusiaan diharapkan pula memberikan rekomendasi bagi kemajuan masyarakat setempat (kawasan eksplorasi, red). “Dari segi sosial dan budaya, masyarakat Sumba memiliki keunikan sendiri. Adat, tradisi, dan pengetahuan lokal yang mereka miliki masih belum diungkap secara utuh,” kata Anas Saidi, Peneliti Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI.
Dikatakannya, tim peneliti sosial akan melakukan identifikasi aspek sosial, ekonomi dan budaya yang akhirnya berkontribusi bagi perumusan program yang sesuai untuk penguatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan setempat, pungkasnya. (lipi.go.id)
Editor : Bayu Probo
Berjaya di Kota Jakarta Pusat, Paduan Suara SDK 1 PENABUR Be...
Jakarta, Satuharapan.com, Gedung Pusat Pelatihan Seni Budaya Muhammad Mashabi Jakarta Pusat menjadi ...