Liputan Mendalam Tommy Apriando dalam Jurnalisme-Aktivisme
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Tommy Apriando, jurnalis yang banyak bergerak dalam aktivisme sosial memberikan pendampingan-advokasi terhadap ketidakadilan praktik hukum yang dialami warga negara, ketidakadilan penguasaan SDA oleh korporasi maupun oligarkhi yang kerap menyengsarakan warga sekitar, serta praktik-praktik ketidakadilan lainnya termasuk pengrusakan alam-lingkungan akibat eksploitasi yang berlebihan, meninggal dunia Minggu (2/2) di RS PKU Muhammadiyah Gamping-Sleman karena sakit.
Setelah sempat dirawat inap selama empat hari dan diperbolehkan rawat jalan pada bulan Januari, Jumat (31/1) Tommy kembali menjalani rawat inap karena kelelahan dan meningkatnya gula darah karena diabetes yang diidapnya. Kondisi Tommy menurun pada hari Minggu (2/2), dan menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 12.37 WIB.
Meninggalnya Tommy adalah kehilangan besar bagi dunia jurnalisme investigasi Indonesia, mengingat di usia mudanya Tommy cukup banyak mengungkap praktik-praktik ketidakadilan melalui liputan yang mendalam pada area peliputannya.
Tommy kerap menyuarakan isu-isu kerusakan lingkungan, keterancaman warga yang mengalami kesulitan hidup karena ruang hidup terampas, alam mereka tercemar baik darat, air dan udara maupun hak-hak rakyat yang terabaikan.
Dunia jurnalisme digeluti Tommy sejak masa mahasiswa dengan aktif di pers mahasiswa saat kuliah di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2007-2012. Sebelum lulus kuliah, dia sempat magang di Kontras.
Saat Mongabay Indonesia, sebuah media daring lingkungan berdiri pada tahun 2012, Tommy bergabung menjadi kontributor untuk wilayah liputan di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Setelah tulisan awalnya tentang Revolusi Lingkungan dari Kaki Gunung Merbabu yang dimuat di https://www.mongabay.co.id pada Desember 2012, berbagai isu lingkungan dan sosial tentang konflik lahan antara warga dan TNI di Urut Sewu ditulis dalam liputan mendalam. Begitupun dengan konflik pembangunan PLTU Batang, PLTU Cilacap.
Di wilayah Yogyakarta Tommy terus memantau penambangan karst di Pegunungan Sewu yang masih kerap terjadi meskipun telah dilakukan moratorium penambangan, begitupun dengan isu pembangunan Bandara Kulon Progo dan pembangunan infrastruktur maupun industri ekstraktif lain yang mengancam lingkungan dan kehidupan warga.
Dalam peliputan pada pertambangan batu gamping di kawasan karst untuk pabrik semen di Pegunungan Kendeng, Tommy turut melakukan pendampingan serta advokasi kepada warga yang berada di Pegunungan Kendeng sejak rencana operasi sebuah korporasi semen milik pemerintah di wilayah Sukolilo-Pati maupun Tegaldowo, Gunem-Rembang dimenangkan oleh warga hingga akhir hayatnya, meskipun eksekusinya di wilayah Rembang hari ini masih belum dijalankan.
Idealisme dan kebersahajaan menjadi keseharian Tommy tanpa meninggalkan kekritisannya pada isu-isu yang berkembang.
“Kemarin naik motor berboncengan dengan Naomi (Srikandi) dari Yogyakarta. Untuk memberikan dorongan kepada sedulur Tegaldowo dan sekitarnya. Semangat harus dijaga, terlebih ketika gugatan warga sudah dimenangkan dalam Kasasi (oleh Mahkaham Agung). Warga harus mendapatkan keadilan atas tuntutan yang telah dimenangkannya,” kata Tommy kepada satuharapan.com saat pelaksanaan Kupatan Kendeng 2017 di lapangan Desa Timbrangan, Gunem-Rembang, Sabtu (1/7/2017).
Meski berbasis di Yogyakarta dan Jawa Tengah, tak jarang Tommy meliput isu di luar daerah tersebut. Di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Tommy pernah meliput soal kehidupan masyarakat adat Sembalun.
Permasalahan tambang pasir besi di Lumajang-Jawa Timur, yang menewaskan petani yang menolak tambang karena khawatir lingkungan rusak, Salim Kancil diangkat Tommy dalam empat tulisan seri.
Kasus pembunuhan jurnalis Fuad Muhammad Syafruddin yang belum terungkap sejak tahun 1996, kasus pembunuhan aktivis HAM Munir, kasus penghilangan aktivis Wiji Thukul, serta kasus-kasus kekerasan yang dialami masyarakat dan juga jurnalis terus disuarakan Tommy sejak mahasiswa terlebih semenjak dirinya bergabung dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
Tahun 2017 Tommy tergabung bersama tim investigasi Tempo dan turut membongkar praktik korupsi perusahaan tambang batubara di Kalimantan Timur, yang banyak meninggalkan lubang-lubang tambang yang memakan 33 korban. Tahun berikutnya saat di Buol. Sulawesi Tengah, Tommy meliput kasus pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan sawit.
Dikutip dari laman https://www.mongabay.co.id Koordinator Nasional Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Merah Johansyah Ismail menjelaskan jurnalisme Tommy adalah jurnalisme perjuangan rakyat. Dia selalu hadir dalam setiap kesempatan konsolidasi rakyat.
“Almarhum Tommy, semangat seperti api yang tak akan padam. Semangat untuk melawan dan membongkar kejahatan oligarki. Dia orang yang paling berada di depan soal itu,” kata Merah Johansyah.
Sumbangan Tommy terhadap lingkungan di Indonesia tidak hanya lewat Mongabay Indonesia. Bergabung dalam tim Watchdoc, Indonesia documentary channel, Tommy terlibat sebagai salah satu peneliti untuk film dokumenter “Sexy Killers” yang menjadi viral menjelang pemilihan Presiden Indonesia 2019 karena mengungkap banyak data-fakta perselingkuhan penguasa-pengusaha dalam menyumbang kerusakan lingkungan dan sosial akibat penambangan batubara.
Tahun 2019 Tommy terpilih menjadi ketua AJI Yogyakarta. Meskipun tidak terlalu lama, dibawah kepemimpinannya AJI Yogyakarta terus bergerak menyuarakan praktik-praktik ketidakadilan yang terjadi di masyarakat dalam bentuk diskusi maupun aksi-aksi demonstrasi. November tahun lalu bersama AJI Yogyakarta dia memimpin langsung aksi demonstrasi penolakan pelemahan KPK di kawasan Tugu Yogyakarta.
Dalam sebuah perjalanan pulang dari Semarang-Yogyakarta saat mendampingi warga Tegaldowo, Gunem-Rembang menjalani persidangan pertama gugatan atas rencana penambangan dan pembangunan pabrik semen di Cekungan Air Tanah (CAT) Watu Putih, Kamis (16/4/2015) kepada satuharapan.com menyampaikan satu sikap idealisme dalam aktivisme-jurnalisme yang dijalaninya. “Kalaupun belum bisa membantu masyarakat untuk memenangkan haknya, setidaknya kita bisa membantu mereka menyuarakan hak-haknya,” tegas Tommy
Selamat jalan, Tom.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...