Logika Instan Anak Kecil
Tuhan bukan Pirbadi yang tergesa-gesa.
SATUHARAPAN.COM – Suatu pagi putri kami yang berusia empat tahun hendak buang air kecil. Namun, belum sampai pintu kamar mandi, dia berganti arah menuju kulkas.
”Ayka mau minum!” demikian katanya.
Saya yang melihat sikapnya yang tidak biasa itu pun menimpali, ”Nanti saja minumnya, pipis dulu.”
”Tapi, nanti pipisnya kuning!” Kata-katanya itu membuat kami, yang tadinya heran, tertawa.
Ternyata, putri kami beranggapan, dia harus minum terlebih dahulu sebelum buang air kecil supaya air seninya berwarna putih (mengindikasikan tubuhnya sehat). Kami memang sering memberitahunya agar banyak minum air putih supaya sehat, yang diindikasikan dari kejernihan wana air seni. Tentu saja, kami tidak bermaksud mengatakan, bahwa hasilnya akan segera terlihat. Namun, putri kami tampaknya berpikir secara instan.
Tak jarang, kita juga bersikap seperti itu. Zaman modern, yang sangat menghargai waktu dengan mantera “time is money” ini, seolah-olah memperpendek ambang batas kesabaran kita yang menjalaninya. Kita tergoda untuk menginginkan hasil segera: di sini, sekarang juga. Kita lebih menghargai hasil daripada proses.
Dalam berkomunikasi, misalnya, dengan kecanggihan perangkat komunikasi modern, kita terbiasa untuk mendapatkan feedback atau jawaban segera. Sangat berbeda bila dibandingkan dengan pengalaman beberapa generasi lalu, ketika pertukaran pesan hanya mengandalkan surat, kartu pos, atau telegram. Jangankan pemberitahuan bahwa pesan yang kita sampaikan sudah dibaca (read), pemberitahuan apakah pesan tersebut sudah diterima (delivered) atau belum pun tidak ada.
Pada masa kini kita cenderung menginginkan jawaban yang segera. Bahkan, ketika pesan di Whatsapp sudah ”centang biru” (terbaca) dan muncul tulisan ”typing”, alias ”sedang mengetik balasan” di seberang sana, mungkin kita bergumam tak sabar: ”Lama amat sih?”
Ketergesa-gesaan sebagai salah satu imbas modernitas ini bisa jadi berimbas pada kehidupan rohani kita. Acap kali, kita menginginkan agar Tuhan segera menjawab doa-doa kita: di sini, sekarang juga. Kadang kita memutuskan ”membantu” Dia menggenapi janji-Nya. Kita mungkin juga pernah atau sedang mengambil ”langkah-langkah strategis” karena yang kita doakan tak kunjung tiba. Padahal, mungkin Tuhan sedang memproses kita hingga kita benar-benar siap menerima apa pun yang dijanjikan-Nya.
Menantikan janji Tuhan dalam ketaatan dan kesetiaan bukanlah suatu hal yang bisa ditawar. Waktu Tuhan tidak selalu sama dengan waktu kita. Dan, Dia bukan Pribadi yang tergesa-gesa. Mari dengan tekun, taat, dan setia, kita mengikuti proses pendewasaan dan menantikan jawaban maupun penggenapan janji Tuhan, karena hanya pada waktu-Nya sajalah, segala sesuatunya menjadi indah!
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...