Lomba Baca Kitab Kuning PKS, Hadiah Umroh ke Mekkah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dalam rangka menyambut Milad Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ke 18 di Bulan April mendatang Fraksi PKS menggelar lomba baca kitab kuning bagi para santri/pelajar seluruh Indonesiadengan dengan hadiah umroh Mekkah.
Kitab kuning yang dibaca adalah Kitab Fathul Mu’in karya Syeikh Ahmad Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Ma’bari Al-Malibari Al-Fananni Asy-Syafi’i.
Fraksi PKS Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) menyelenggarakan Lomba Baca Kitab Kuning, penyelenggaraan tersebut dibuka secara resmi hari Kamis (17/3) ini
Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini mengatakan, lomba ini telah direncanakan sejak lama. Hal ini untuk meningkatkan kecintaan generasi muda Indonesia pada khazanah IImu Islam yang berlangsung bersumber dari rujukan utamanya. Telah puluhan tahun Kitab Kuning telah dipelajari di seluruh pesantren di Indonesia.
"Lomba ini sudah sejak lama kami rencanakan, karena PKS adalah partai dakwah yang sangat akrab dengan khasanah agama, termasuk Kitab Kuning. Ini juga cara PKS menjungjung tinggi ulama salaf dan warisannya agar tetap memiliki tempat mulia di kalangan generasi muda," kata dia.
Menurut Jazuli lomba baca Kitab Kuning PKS ini diperuntukan bagi kalangan muda yang berusia 15-25 tahun,atau minimal pendidikan Aliyah. Untuk dapat mendaftar diripun, para santri/pelajar tersebut harus mendapatkan rekomendasi dari pimpinan pesantren, baik kiai, tuan guru, maupun ustad/dzah.
"Bangsa Indonesia sangatlah dijiwai oleh nilai-nilai agama dan religiusitas, sehingga, khazanah ilmu keagamaan, seperti Kitab Kuning ini harus terus dikembangkan di tengah masyarakat dan dipelajari terus khususnya bagi anak-naka muda," kata dia.
Pendaftaran lomba Kitab Kuning PKS ini telah dibuka sejak 14 Maret 2016 silam hingga 6 April 2016. Kitab yang dibaca adalah kitab fathul Mu'in karya Syeikh Ahmad Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Ma'bari Al-Malibari Al-Fananni Asy-Syafi'I.
Selain itu,kata Jazuli Juara pertama mendapat Umroh ke tanah suci Mekkah, sedangkan juara II dan III berturut-turut mendapatkan hadiah Rp 20 juta dan RP 15 juta.
Hadir sebagai juri nasional, kata Jazuli KH Syuhada Syarkun dari pesantren Salafiyah Tebuireng, Jombang Jawa Timur, KH. Ahzami Sami'un dari pengasuh yayasan pendidikan darul hikmah Jati Asih Bekasi Jawa Barat, KH. Muslih Abdul Karim dari dewan Syariah Pusat PKS dan pengasuh pesantren Baitul quran Depok Jawa Barat, sedang juri kehormatan adalah Habib Dr. Salim Segaf Al-Jufri sebagai Ketua Majelis Syuro PKS.
Jazuli mengatakan, sebelumnya, Fraksi PKS pernah menyelenggarakan Seminar Nasional tentang Peranan Santri dalam Bingkai Kebangsaan dalam rangka Hari Santri 22 Oktober.
Karena itu menurut dia, Lomba Kitab Kuning itu adalah satu rangkaian yang tak terpisahkan dari kegiatan tersebut.
Kitab Kuning
Menurut wikipedia, Kitab Kuning, dalam pendidikan agama Islam, merujuk kepada kitab-kitab tradisional yang berisi pelajaran-pelajaran agama Islam (diraasah al-islamiyyah) yang diajarkan pada Pondok-pondok Pesantren, mulai dari fiqh, aqidah, akhlaq/tasawuf, tata bahasa arab (`ilmu nahwu dan `ilmu sharf), hadits, tafsir, `ulumul qur'aan, hingga pada ilmu sosial dan kemasyarakatan (mu`amalah). Dikenal juga dengan kitab gundul karena memang tidak memiliki harakat (fathah, kasrah, dhammah, sukun), tidak seperti kitab Al-Qur'an. Oleh sebab itu, untuk bisa membaca kitab kuning berikut arti harfiah kalimat per kalimat agar bisa dipahami secara menyeluruh, dibutuhkan waktu belajar yang relatif lama.
Kebanyakan naskah para ulama pasca Khulafaa al-Rasyidin ditulis dengan menggunakan Bahasa Arab tanpa harakat, tidak seperti Al-Qur'an pada umumnya. Sebab, tujuan pemberian harakat pada Al-Quran lebih kepada bantuan bagi orang-orang non arab dan penyeragaman. Sedangkan bagi orang yang menguasai tata bahasa Arab maka dapat dengan mudah membaca kalimat tanpa harakat tersebut. Inilah yang kemudian di Indonesia dikenal sebagai Kitab Gundul untuk membedakannya dengan kitab bertulisan dengan harakat.
Sedangkan mengenai penyebutan istilah sebagai Kitab kuning, sebab memang kitab-kitab tersebut kertasnya berwarna kuning, hal ini disebabkan warna kuning dianggap lebih nyaman dan mudah dibaca dalam keadaan yang redup. Ketika penerangan masih terbatas pada masa lampau, utamanya di desa-desa, para santri terbiasa belajar di malam hari dengan pencahayaan seadanya. Meski penerangan kini telah mudah, kitab-kitab ini sebagian tetap diproduksi menggunakan kertas warna kuning mengikuti tradisi, walaupun ada juga yang telah dicetak pada kertas berwarna putih (HVS). Sebab lainnya, adalah karena umur kertas yang telah kuno yang turut membuat kertas makin lama akan menguning dan menjadi lebih gelap secara alami, juga disebutkan ketika dahulu lilin/lampu belum bercahaya putih dan masih kuning maka kertas berwarna putih atau kuning sama saja akan tetap terlihat kuning.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...