Loading...
EKONOMI
Penulis: Sotyati 15:48 WIB | Senin, 03 Februari 2014

LPM 2014 Lahirkan Desainer Generasi Baru

Yelly Lumentu (tengah, gaun hitam) dengan busana rancangannya, Disappear Twin, dinobatkan sebagai pemenang Lomba Perancang Mode 2013/2014. (Foto: Dok LPM 2013/2014)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM –  Yelly Lumentu (27) dari Jakarta memenangi Lomba Perancang Mode (LPM) 2013/2014 yang diadakan Femina Group.

Mengusung tema ”Disappear Twin”, Yelly mengalahkan pesaing-pesaingnya, Christian Wohangara (27) asal Tangerang yang meraih gelar juara dua dengan melalui karyanya ”Urban Complex”, dan Shahnaz Soraya (25) asal Jakarta yang meraih gelar juara tiga melalui karyanya ”Minimalism Ethnic”.

Yelly di antaranya berhak atas hadiah 4.000 dolar AS, mengecap ilmu di Fashion Institute of Design and Merchandising di Los Angeles, Amerika Serikat, dan mendapat kesempatan untuk menampilkan koleksi karyanya di ajang Jakarta Fashion Week 2014/2015 mendatang. Christian memperoleh hadiah Rp 20 juta, dan Shahnaz mendapatkan hadiah Rp 15 juta.

Final LPM 2013/2014 yang berlangsung di Jakarta, 29 Januari lalu itu, juga melahirkan perancang favorit pilihan penonton. Gelar itu diraih Naomi Annastasia Teguh Putri (23), juga asal Jakarta, yang mengetengahkan karya ”Adorn”.

Dari sepuluh finalis LPM kali ini, mereka dinilai paling berhasil menerjemahkan tema ”24 Hour Style” yang ditentukan, yakni konsep penampilan wanita perkotaan yang sibuk dan memiliki multiperan, yang menuntut gaya prima sekaligus fleksibel untuk berbagai acara sepanjang hari. Dewan juri terdiri atas Ketua Umum LPM 2013/2014 Petty S Fatimah, perancang busana alumnus LPM Musa Widyatmodjo dan Ferry Sunarto, fotografer mode Glenn Prasetya, Fashion Director PT Matahari Department Store Imelda Like Wahyu, Senior Marketing Manager PT Mazda Motor Indonesia Astrid Ariani Wijana, pengamat mode Amy Wirabudi dan Ni Luh Sekar, serta Andien (penyanyi).

Penilaian, seperti dikemukakan Musa Widyatmodjo, dititikberatkan pada konsep desain, kreativitas, pengetahuan mode, teknik pembuatan, daya pakai, daya jual, serta penampilan busana, baik saat diperagakan ataupun saat digantungkan (hanger appeal).

Generasi Baru 

Shahnaz Soraya, Naomi Annastasia Teguh Putri, Christian Wohangara, Yelly Lumentu, bukan wajah baru di bisnis mode. Shahnaz, misalnya, sudah punya label sendiri, bernama ”Nez”. Naomi mengecap pengalaman sebagai perancang di label May & June. Walau belum sekaliber Lenny Agustin ataupun Barli Asmara, mereka adalah generasi baru perancang busana di negeri ini.

Shahnaz, contohnya, menjuarai ”Indonesia Fashion Entrepreneur Competition: Ready to Wear – Ready to Go”, kompetisi desain berbahan sarung di ajang Indonesia Fashion Week 2012. Mengusung tema “Urban Simplicity”, lulusan sekolah mode Esmod Jakarta itu, saat itu, berkesempatan melihat dari dekat pelaksanaan Hong Kong Fashion Week sebagai hadiah.

Di LPM, ia “hanya” berada di posisi ketiga. Namun, Shahnaz punya pendapat tersendiri tentang keikutsertaannya. “Mengikuti LPM memberikan pengalaman, terutama pengetahuan baru, kepada saya,” kata Shahnaz dalam acara temu pers. Selain tantangan dalam berkreasi, masing-masing perancang ditantang untuk mengedepankan daya pakai dan daya jual karya rancangannya.

Musa, dalam wejangannya, selalu menggarisbawahi seorang perancang busana harus terus mengembangkan diri, tidak berhenti pada aktivitas berkreasi. ”Untuk membangun brand sendiri, seorang perancang harus tahu proses bisnis. Seorang perancang busana harus paham laporan keuangan,” Musa mencontohkan.

Misi Awal

LPM kali ini menerima 332 sketsa yang dikirim peserta dari seluruh penjuru Indonesia. Sebagian besar dari peserta pernah dan sedang belajar di sekolah mode, di Jakarta, Singapura, Amerika Serikat, dan Malaysia. Melalui penjurian ketat, terpilih 20 semifinalis.

Berbeda dengan LPM sebelumnya, ke-20 semifinalis diberi kesempatan memamerkan tiga busana rancangan di Jakarta Fashion Week 2013/2014, Oktober lalu. Dalam show itu, penonton diberi kesempatan memberikan penilaian terhadap karya semifinalis. Ke-20 semifinalis itu disaring hingga menjadi sepuluh finalis.

Di tingkat final, finalis memamerkan enam busana hasil rancangan dalam peragaan busana.

LPM digelar secara rutin sejak 1979 dengan visi mencari bakat-bakat baru dalam bidang desain mode secara terus-menerus dan berkesinambungan melalui berbagai program setelah lomba selesai, seperti Jakarta Fashion Week dan publikasi di berbagai media massa. Dari ajang itu lahir perancang busana yang kini sangat dikenal, di antaranya Samuel Wattimena, Chossy Latu, Itang Yunasz, Stephanus Hamy, Carmanita, Sally Koeswanto, Priyo Oktaviano, hingga Albert Yanuar dan Jeffry Tan.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home