M. C. Ricklefs: Tony Abbott Seorang Petinju
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sejarawan Australia M. C. Ricklefs mengatakan, posisi Australia dalam Asia Tenggara agak aneh. Dari latar belakang politik, ekonomi, sistem demokrasinya, dan kebanyakan etnis orang Australia bukan dari Asia. Hubungan Australia lebih dekat dengan Eropa, Amerika, dan sebagainya. Tetapi sudut geografisnya lebih dekat dengan Asia. Oleh karena itu ada ketegangan dalam identitas Australia dan itu juga berubah terus.
“Banyak orang Australia merasa masa depannya berhubungan dengan Asia pada umumnya seperti Jepang, China, dan India. Tetapi yang paling dekat adalah Asia Tenggara.” kata M.C. Ricklefs dalam peluncuran dan diskusi buku ‘Sejarah Asia Tenggara: Dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer’ di Jakarta pada hari Selasa (26/11).
M. C. Ricklefs berpendapat bahwa penyadapan adalah tugas negara. Tetapi hal itu dinilainya aneh dan agak keterlaluan ketika intelejen Australia merasa perlu menyadap diskusi politik Ani Yudhoyono.
Menurut M. C. Ricklefs, Perdana Menteri Australia Tony Abbott tidak mau meminta maaf atas penyadapan itu ke Indonesia karena Tony Abbot itu berkepribadian agresif.
“Menurut saya ini berangkat dari pribadi Abbott sendiri. Abbott adalah seorang petinju. Itu merupakan olahraganya. Tempo hari ada catatan dari universitasnya. Di bidang akademis dia agak lemah. Tetapi sebagai petinju dia selalu menang.”
Perlu Protokol Kerjasama Indonesia - Australia
Pendapat berbeda disampaikan Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Philips J Vermonte. Menurutnya, hubungan Indonesia dengan Australia selalu ada siklus hubungan naik turun. Seperti ketika pencaplokan Indonesia atas Timor Timur tahun 1974 dan kemerdekaan Timor Timur 1999.
“Dua-duanya harus menyadari bahwa kita bertetangga. Kalau orang bertetangga ada masalah bisa pindah. Kalau ini gak bisa pindah sehingga harus dicari cara penyelesaian persoalan itu dibuat.”
Philips J Vermonte menyarakan supaya hubungan Indonesia dengan Australia perlu diatur dengan protokol kerjasama. Karena selama ini hubungan kedua negara berdasarkan hanya rasa saling percaya seperti halnya hubungan antar negara di Asia Tenggara terjadi karena saling percaya, mutual trust.
"Kayak Indonesia setuju soal imigran, people smunggling. Indonesia menyediakan diri untuk membantu Australia menahan jalur orang-orang yang masuk Australia. Itu berdasar kan berdasarkan trus, tidak ada protokolnya," kata Philips J Vermonte.
Dampak terungkapnya penyadapan Australia atas Indonesia hanya menjadikan Australia merusak rasa saling percaya itu. Penyadapan ini memunculkan rasa curiga segala macam sehingga menjadi tidak terlalu penting apa yang disadap. Tetapi penyadapan ini merusak hubungan basis antar negara di Asia Tenggara.
Menurut Philips J Vermonte penyadapan itu memungkinkan bila terjadi di masa krisis dan negara memang sedang berkonflik seperti dalam kasus Timor Timur yang ingin memisahkan diri dari Indonesia pada 1999.
"Sementara penyadapan yang dilakukan Australia atas Indonesia pada 2009 itu berlangsung dalam kondisi negara situasi damai. Hubungan Indonesia pun baru baik-baiknya dengan Australia dan SBY terpilih dua kali," kata Philips J Vermonte di acara peluncuran buku M.C. Ricklefs itu.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...