Mahalnya Kepercayaan
SATUHARAPAN.COM Dengan modal bersama, saya dan beberapa teman pernah mencoba usaha Pisang Aroma. Dalam tempo singkat, keuntungan yang diperoleh sudah bisa digunakan untuk menambah armada gerobak baru. Kami bersepakat untuk tidak mengambil untung dari modal yang disetor dan menyerahkan pengelolaan sepenuhnya kepada seseorang yang bisa dipercaya. Idealisme kami saat itu adalah ingin membantu orang lain di zaman krisis.
Namun, sayang seribu sayang, sejumlah uang yang sudah lumayan terkumpul terpakai oleh si pengelola untuk hal lain. Karena kesibukan dalam pekerjaan masing-masing, akhirnya kami putuskan untuk menghibahkan sepenuhnya semua aset usaha kepada "Mas-mas" yang memakai gerobak tersebut.
Beberapa kejadian serupa terulang ketika saya mencoba mempercayakan sebuah modal usaha kepada orang lain. Padahal, saya cukup yakin akan orang tersebut karena pernah terbukti bisa dipercaya sebelumnya. Saya jadi bertanya-tanya: Bagaimana cara menemukan sosok yang bisa dipercaya? Apakah memang saya yang belum punya keahlian itu ataukah memang sosok yang berintegritas makin langka? Saya tidak tahu persis.
Kepercayaan itu sangat mahal harganya. Sekali tidak dipercaya, kita bisa kehilangan banyak hal. Kehilangan pekerjaan, sahabat, relasi, dan kesempatan untuk menjadi lebih baik. Apa pun profesi kita sekarang ini, bukankah itu sebenarnya merupakan sebuah kepercayaan dari pihak lain?
Sebagai seorang pemimpin, kita mendapat kepercayaan dari atasan maupun bawahan. Sebagai seorang dokter, kita tentu harus menjaga kepercayaan pasien. Bahkan dalam skala yang lebih kecil sebagai seorang orangtua, tentu kita ingin memiliki integritas di depan anak-anak kita, sehingga kita bisa dijadikan teladan. Mari jangan sia-siakan kepercayaan, sekecil apa pun itu!
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Hamas dan Fatah Hampir Sepakat Siapa Akan Mengawasi Gaza Pas...
KAIRO, SATUHARAPAN.COM-Para pejabat Palestina mengatakan kelompok Palestina Fatah dan Hamas hampir m...