Mahasiswa Berwirausaha, Bisakah?
SATUHARAPAN.COM - Ketika mendengar kata mahasiswa, apa yang terlintas dalam benak kalian? Ya, mahasiswa dengan dunia perkuliahan memang identik dengan organisasi, kuliah, praktikum, membaca paper, mengerjakan tugas, dan rutinitas lainnya yang kadang membuat mahasiswa seolah terperangkap dalam lingkaran rutinitas dan membuat hidup mahasiswa tampak begitu-begitu saja. Beberapa orang mungkin merasa nyaman dengan rutinitas tersebut, bangun pagi, berangkat kuliah pada jam yang sama setiap hari, bercengkrama dengan teman, mengerjakan tugas bersama, hingga kemudian pulang pada jam yang sama setiap harinya. Bagaimana pun hal ini rela dilakukan demi mengejar masa depan yang lebih baik. Tetapi pernahkah kalian terpikir untuk bisa berkuliah sambil mencukupi kebutuhan ekonomi secara mandiri? Kalau iya, di sinilah jawabannya.
Jadilah seorang Entrepreneur!
Kalian semua pastinya tidak asing lagi kan dengan kata yang satu ini? Yap, menurut Marzuki Usman entrepreneur adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk menggunakan sumberdaya seperti finansial (money), bahan mentah (materials), dan tenaga kerja (labors), untuk menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi, atau pengembangan organisasi usaha. Atau sederhananya entrepreneur adalah seseorang yang berwirausaha. Mendengar hal ini mungkin kamu mulai berpikir akan sangat merepotkan untuk berkuliah sambil berwirausaha. Tetapi percayalah menyeimbangkan antara tuntutan akademik dan berwirausaha bukanlah hal yang mustahil. Banyak wirausahawan muda yang sukses merintis usaha mereka sejak masih kuliah, sebagai contoh sebut saja pemilik usaha Batik Trusmi yang merupakan sepasang suami-istri yang memulai usahanya saat masih mengenyam pendidikan. Menjadi mahasiswa adalah waktu yang tepat untuk mulai merintis karir menjadi pengusaha. Lingkaran pertemanan yang luas, kesempatan bertemu orang-orang baru dari berbagai latar belakang, merupakan keuntungan tersendiri untuk kalian para mahasiswa sebagai peluang usaha dan menjadi seorang entrepreneur.
Apapun hal yang ingin kalian lakukan setelah lulus nanti, entah bekerja, kuliah lagi, merancang start-up, atau apapun itu, berwirausaha saat kuliah adalah hal yang tepat untuk melatih soft-skills dan mengembangkan potensi diri serta melatih etos kerja dalam memanfaatkan kesempatan, waktu, dan momentum yang ada. Terlebih lagi menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah lulusan sarjana yang menjadi pengangguran meningkat 1,13 persen dibanding tahun lalu. Banyak mahasiswa masih terjebak dalam idealisme masa muda kemudian lupa untuk mengasah kemampuan soft skills. Perkembangan dunia kerja saat ini tidak bisa hanya mengandalkan kecerdasan intelektual semata namun juga harus diikuti dengan kreativitas dan inovasi yang dilakukan agar memiliki daya saing tinggi, dan salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan tersebut adalah dengan berwirausaha. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia pun turut mendorong mahasiswa dan universitas untuk menjadi agen dalam meningkatkan minat berwirausaha.
Apa kata mereka?
Setelah membaca pemaparan di atas kalian pasti semakin penasaran bukan? Apakah mungkin berkuliah sambil berwirausaha? Untuk menambah kepercayaan diri kalian, berikut akan disajikan hasil interview dengan beberapa mahasiswa yang masih aktif berkuliah sambil berwirausaha. Bagi mereka menimba ilmu sebagai mahasiswa bukanlah halangan untuk berwirausaha. Apa kata mereka?
Dewa, mahasiswa jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada ini memiliki bisnis sampingan di bidang perikanan dan minuman. Di bidang perikanan, Dewa telah menjalankan bisnis ternak lele selama satu setengah tahun, sedangkan di bidang minuman, ia memiliki bisnis minuman aloevera yang baru dijalankan selama tiga bulan. Dewa telah memiliki lima karyawan, satu orang di bagian ternak lele dan empat lainnya di bagian minuman aloevera. Bahkan bisnis yang dijalankan Dewa telah memiliki izin usaha berbadan, UD. Ia menamai bisnisnya dengan namanya sendiri yaitu UD. Dewata. Dewa mengembangkan bisnis ternak lelenya dengan menjalin kerja sama antar pedagang. Sedangkan untuk mengembangkan produk minuman aloeveranya ia melakukan promosi secara langsung dari mulut ke mulut, selain itu ia juga mempromosikan lewat online marketplace yaitu Tokopedia.
Dalam satu bulan, Dewa dapat menghasilkan Rp 1,5-2 juta dari ternak lelenya dan sekitar Rp 1 juta dari bisnis minuman aloevera. Alasan Dewa berbisnis selain karena menyukai dunia usaha adalah karena ia menyukai tantangan. Dewa menganggap bisnis sebagai sebuah tantangan. Karena itu, menjadi seorang mahasiswa bukanlah penghalang baginya, melainkan tantangan. Ia juga memiliki alasan mengapa memilih jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik dalam berkuliah, yaitu agar dapat mempelajari bagaimana caranya membuat kebijakan yang baik untuk karyawan serta konsumennya.
Latifa, mahasiswi muda ini memiliki bisnis sampingan di bidang kecantikan berupa online shop. Ia telah menekuni usahanya sebagai reseller yang menjual kembali produk-produk yang dibelinya, selama dua tahun. Produk yang dijualnya berupa skin care dan make-up yang rata-rata berasal dari Korea. Produk-produk itu ia beli dan dijual kembali melalui sarana Instagram. Saat ini akun Instagram bisnisnya sudah memiliki 460 followers. Sasaran pasarannya ialah kalangan anak muda terutama pecinta skin care.
Dalam sebulan, Latifa dapat mengumpulkan hampir 1 juta rupiah. Alasan yang mendasari Latifa untuk berbisnis ialah karena sejak kecil ia sudah melihat orang tuanya berjualan, sehingga hal tersebut memotivasinya untuk menghasilkan uang sendiri. Baginya statusnya sebagai mahasiswa jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Universitas Gadjah Mada bukanlah halangan untuk berwirausaha.
Imron, adalah mahasiswa Departemen Politik dan Pemerintahan yang memiliki bisnis di bidang gadget dan elektronik sebagai pemilik online shop yang sudah berjalan kurang dari satu tahun. Ia menawarkan produk-produk gadget dan elektronik beserta aksesorisnya melalui media sosial sekaligus online marketplace. Sasaran pasar dari produknya adalah para anak muda karena menurutnya anak muda memiliki pasar yang luas. Hal yang mendasari ia berbisnis antara lain yang pertama, dilihat dari sisi penghasilan dapat disesuaikan sendiri, kemudian waktu yang flleksibel yang dapat disesuaikan. Selain dua hal tersebut, bisnis dijadikan sebagai suatu kegemaran atau hobi bagi Imron.
Yuk… Berwirausaha!
Bagaimana? Makin yakin kan kamu untuk berwirausaha? Berdasarkan cerita teman-teman di atas, dapat dilihat kalau entrepreneurship bukan lagi hal yang tidak mungkin dilakukan sembari berkuliah. Selain itu, berdasarkan survei sederhana yang dilakukan di salah satu universitas menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden pernah memiliki usaha, dan profit yang dihasilkan sangat lumayan. Mulai dari yang cukup untuk memenuhi kebutuhan uang jajan sehari-hari, cukup untuk membiayai kos sebulan, dan ada yang bahkan cukup untuk membiayai kos+uang jajan sehari-hari ditambah paket data sebulan! Menarik sekali bukan? Dan fakta lainnya yang ditemukan adalah, sebanyak 52 persen dari mereka yang pernah membuka usaha, membuka usahanya bersama dengan temannya, alias bekerja sama, sementara sisanya mengerjakannya sendiri. Kemudian kebanyakan dari mereka (61 persen) menggunakan media sosial sebagai platform atau media pemasaran produknya, 29 persen menggunakan media sosial dan online market place untuk mempromosikan usahanya, 6 persen menggunakan online market place saja, serta sisanya (4 persen) dari mereka menggunakan iklan berbayar. Jadi bagaimana? Yuk… berwirausaha!
"Mahasiswa Berwirausaha, Bisakah?" merupakan karya tulis dari Abdul Qoyyum (Mahasiswa Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik Fisipol UGM angkatan 2018). Fauziyah Rizqi Ramdhani (Mahasiswa Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik Fisipol UGM angkatan 2018), dan Khrisna Prabowo (Mahasiswa Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik Fisipol UGM angkatan 2015).
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...