Mahasiswa UGM Kampanye Pangan Lokal di Titik Nol Kilometer
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM -- Bahan pangan lokal, seperti jagung, umbi-umbian, sagu, ketela, dan ubi jalar, kini tak lagi diminati sebagai bahan konsumsi utama sebagian besar penduduk di Indonesia. Beras, gandum, dan turunnya kini mulai menggantikan popularitas bahan pangan lokal tersebut. Bahkan ironisnya, konsumsi mie instan di Indonesia jauh lebih besar dibandingkan dengan konsumsi bahan pangan lokal.
Fenomena ironi inilah yang dipotret oleh para mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gajah Mada (UGM). Sebagai salah satu wujud keprihatinan sekaligus upaya penyadaran kepada masyarakat agar mulai kembali mengonsumsi bahan pangan lokal, para mahasiswa ini menggelar aksi berupa orasi dan teatrikal di Titik Nol Kilometer pada Sabtu (8/11) sore. Aksi ini bertajuk Aksi Geplak Ketan “Pekan Pangan Nusantara”.
“Ini adalah aksi tentang pangan lokal, yang intinya ingin mencerdaskan dan mengenalkan kembali pangan lokal kepada masyarakat,” demikian disampaikan oleh Koordinar Aksi Geplak Ketan “Pekan Pangan Nusantara” Ali Fakih.
Disinggung soal tujuan dan harapan aksi ini, mahasiswa Teknologi Pertanian UGM ini mengungkapkan bahwa tujuan aksi adalah upaya penyadaran bahwa kita punya pangan lokal yang tak kalah kualitasnya dibandingkan dengan pangan yang dikatakan lebih modern. Lebih lanjut, Fakih berharap agar pangan lokal ini dapat terus dilestarikan.
“Mengingat fenomena saat ini, di mana keadaan pangan lokal kurang diminati, kurang dikenal, dan barangkali kalah pamor dengan makananan-makanan yang dikatakan modern, kami berharap dengan aksi ini masyarakat dapat tergugah, minimal sadar, bahwa kita punya pangan lokal yang memang harus kita lestarikan atas dasar kecintaan kita pada negara kita sendiri,” ujar Ali Fakih.
Gerakan penyadaran kepada masyarakat untuk kembali ke bahan pangan lokal tak hanya dilakukan di Titik Nol Kilometer ini saja. Menurut Fakih, mahasiswa yang peduli akan kelestarian bahan pangan lokal juga telah melakukan berbagai gerakan, baik di lingkungan kampus maupun lewat berbagai inovasi tentang pangan lokal.
“Selain gerakan ini, kami juga punya gerakan-gerakan lain, misalnya gerakan cinta pangan lokal. Selain itu, setiap hari Selasa kami juga memiliki program untuk menyediakan pangan lokal secara cuma-cuma untuk kalangan mahasiswa. Sedangkan untuk untuk inovasi pangan, kami termasuk fakultas yang rajin mengikuti lomba-lomba dan mendapatkan juara,” tambah Fakih.
Aksi Geplak Ketan “Pekan Pangan Nusantara” yang digelar di Titik Nol Kilometer ini mampu menyedot perhatian para pengguna jalan. Pasalnya, selain menggelar orasi, para mahasiswa ini juga menyajikan aksi teatrikal berupa kritik terhadap fenomena pangan yang terjadi saat ini, di mana para petani harus menuruti aturan yang dibuat oleh pemerintah yang ternyata kurang berpihak pada rakyat kecil.
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...