Mahathir Terima Penghargaan The Star of Soekarno
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri Malaysia periode 1981-2003 Mahathir Mohamad dianugerahi penghargaan The Star of Soekarno, lewat sebuah upacara di Hotel Borobudur, Jakarta, Minggu (27/9). Penghargaan itu datang dari Yayasan Pendidikan Soekarno yang diketuai oleh putri sang Proklamator, Rachmawati Soekarno.
Pemberian ini dilakukan bertepatan dengan 34 tahun Yayasan Pendidikan Soekarno pada 27 September 2015. Rachmawati Soekarnoputri langsung menyerahkan penghargaan tersebut.
Selain Mahathir, ada tiga tokoh lain yang mendapat penghargaan serupa, yaitu Presiden Korea Utara, Kim Jong Un, Presiden Venezuela periode 1999-2013, Hugo Rafael Chávez Frías dan Presiden Kuba periode 1976-2008, Fidel Alejandro Castro Ruz.
Penghargaan diberikan karena jasa-jasa mereka untuk keadilan, kemerdekaan, kemanusiaan dan demokrasi.
Acara pemberian penghargaan tersebut dihadiri oleh beberapa duta besar dan perwakilan negara sahabat serta beberapa tokoh nasional seperti Jimly Asshiddiqie dan Akbar Tanjung.
Selain Mahahtir yang menerima langsung penghargaan tersebut, tokoh lainnya diwakili oleh duta besar negara masing-masing.
Mahathir dalam pidato penerimaannya, mengatakan Presiden pertama Indonesia, Soekarno, adalah tokoh besar karena ia bisa memerdekakan negara Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku di 17.000-an pulau.
Soekarno, menurut Mahathir, adalah seorang dengan rasa cinta yang luar biasa kepada rakyat dan negaranya.
"Menyadarkan ratusan juta rakyat dari suku dan wilayah yang berbeda-beda bahwa mereka adalah satu bangsa Indonesia adalah sebuah prestasi agung," ujar Mahathir.
Ia pun mengagumi bagaimana Proklamator, Soekarno dan Mohammad Hatta, berhasil meletakkan dasar persatuan yang kuat hingga Indonesia sampai saat ini bisa bersatu sebagai satu bangsa.
Terkait hal ini, Mahathir mencontohkan nasib Yugoslavia yang tidak bisa bertahan dan kini sudah pecah menjadi tujuh negara.
Perjuangan Bung Karno, lanjut pria yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Gerakan NonBlok ini, berpengaruh besar pada usaha-usaha perjuangan kemerdekaan Malaysia pada 31 Agustus 1957.
"Pemikiran Bung Karno untuk Indonesia maupun dunia masih berlaku hingga saat ini," katanya.
Mahathir menganggap perjuangan Soekarno di dunia internasional, termasuk dalam menggagas Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non Blok, memiliki hasil yang signifikan.
Pertemuan tersebut, menurut pria berusia 90 tahun ini, berhasil membuka cakrawala negara-negara yang hadir pada saat itu tentang bagaimana dunia yang seharusnya.
"Selain itu mereka juga membicarakan kesetaraan bangsa-bangsa serta penghapusan praktik imperialisme dan kolonialisme," ujar Mahathir. (Ant)
Editor : Eben E. Siadari
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...