Majalah Penthouse Berhenti Terbit
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Bertambah lagi majalah pria dewasa yang menutup edisi cetaknya. Kali ini, Penthouse, yang sudah terbit 50 tahun, mengumumkan menutup majalah edisi cetaknya dan beralih ke edisi digital eksklusif. Belum lama ini, Majalah FHM juga mengumumkan penutupan operasinya.
Induk perusahaan yang menerbitkan Penthouse, FriendFinder Networks Inc, dalam siaran persnya mengatakan, majalah itu selanjutnya akan hanya merilis edisi online dan mengkonversi seluruh format cetaknya ke digital.
"Ini akan menjadi cara baru bagi pembacanya untuk menikmati majalah dewasa terbaik di dunia," kata Kepala Eksekutif FriendFinder, Jonathan Buckheit dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dilansir oleh phys.org.
"Versi digital Penthouse akan menggabungkan dan mengkonversi semua hal yang pembaca kenali dan sukai dari pengalaman menikmati majalah cetak kepada kekuatan digital yang memberi pembaca pengalaman yang tidak pernah berakhir, tersedia setiap waktu dan dimana pun," lanjut pernyataan itu.
Divisi majalah Penthouse juga akan memindahkan kantor operasinya dari New York ke Los Angeles, kantor pusat perusahaan tersebut.
Selain menerbitkan Penthouse, FriendFinder Networks juga mengoperasikan sejumlah situs jejaring sosial yang berorientasi konten dewasa.
Kelompok usaha ini sebetulnya sudah mengajukan perlindungan kebangkrutan pada tahun 2013.
Bob Guccione memulai publikasi Penthouse di Inggris pada tahun 1965 dan empat tahun kemudian di Amerika Serikat. Ia diperkirakan memiliki kekayaan US$ 400 juta di masa jayanya. Penthouses dianggap sebagai alternatif yang lebih eksplisit dibandingkan dengan Playboy yang diterbitkan oleh Hugh Hefner.
Tapi seiring dengan dominasi internet dalam menyediakan layanan pornografi, General Media yang menerbitkan Penthouse dan 85 persen sahamnya dimiliki Guccione, mengajukan kebangkrutan pada tahun 2003. Ujungnya, Penthouse diakuisisi oleh FriendFinder Networks.
Guccione meninggal pada 2010 setelah menderita kanker.
Playboy tahun lalu mengatakan akan menghentikan penerbitan foto bugil di majalah mereka, menyerah menghadapi pornografi online yang merajalela.
Playboy, yang memecahkan tabu gaya hidup di tahun 1950-an dengan gambar bertelanjang dada di sebuah majalah untuk pasar massal, mengatakan publikasi mereka akan didisain ulang dan akan terbit lagi secara resmi Maret ini.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...