Majelis Ulama Mesir Minta Acara TV Tari Perut Dihentikan
KAIRO, SATUHARAPAN.COM – Majelis tertinggi ulama Mesir pada Rabu (3/9) menuntut agar acara TV Lomba Tari Perut, dihentikan. Mereka beralasan acara itu “merusak moral” dan memicu para “ekstremis” beraksi karena berdalih masyarakat Mesir sebagai anti-Islam.
Acara itu “dapat dipahami sebagai bagian dari kampanye yang berusaha menghancurkan struktur moral umat beragama Mesir dan membuat ekstremis bertindak dengan pembenaran bahwa acara itu mempromosikan gagasan bahwa masyarakat memerangi agama,” kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Dar al-Ifta.
Dar al-Ifta adalah lembaga negara yang memberikan fatwa untuk rakyat Mesir.
Pernyataan itu dikeluarkan dua hari setelah episode pertama dari “The Dancer” disiarkan di saluran televisi satelit swasta berbasis di Kairo, Al Qahera wal Nass.
Dalam episode pertama, penari perut terkenal—dikenal dengan Dina— berada di antara panel juri tiga anggota yang akan memilih para penari paling berbakat.
Ahmed Karima, profesor Syariah Islam di Universitas Al Azhar berkomentar, “Pertunjukan seperti ini haram dalam Syariah Islam.”
“Pertunjukan ini tidak bisa dipertontonkan di Mesir, negara Islam,” kata seorang pria ke Al Arabiya News setelah menonton pertunjukan. “Bagi saya, ini tidak dapat diterima,” kata pria lain.
Tetapi yang lain yang lebih ramah untuk pertunjukan. “Ini adalah acara yang baik. Tarian ini cocok karena kami masih muda,” kata orang ketiga.
Tanpa mengacu pada kritik, sebenarnya saluran swasta sudah mengumumkan pada Selasa bahwa pihaknya akan menghentikan sementara acara untuk menghormati 11 polisi Mesir yang tewas dalam serangan di Sinai.
Al Qahera wal Nass juga mengatakan program ini, yang merupakan kompetisi antara penari perut dari Mesir dan internasional—disiarkan untuk memberikan “sukacita” dan bertujuan untuk menggambarkan “sebuah seni yang dikagumi dunia. Diharapkan tarian ini diajarkan di sekolah dan akademi.”
Walaupun terkenal di negara-negara Timur Tengah selama berabad-abad, tari perut dipandang sebagai hal tidak bermoral oleh kaum konservatif Mesir.
60.000 Warga Rohingya Lari ke Bangladesh karena Konflik Myan...
DHAKA, SATUHARAPAN.COM - Sebanyak 60.000 warga Rohingya menyelamatkan diri ke Bangladesh dalam dua b...