Malaysia Larang Pemakaian Kantong Plastik
MALAYSIA, SATUHARAPAN.COM – Untuk menjaga lingkungan, pemerintah Malaysia berusaha meningkatkan kesadaran sebelum memberlakukan secara resmi larangan nasional pemakaian kantong plastik dalam rentang satu tahun.
Pernyataan itu disampaikan Menteri Perumahan dan Pemerintah Daerah Zuraida Kamaruddin, dalam wawancara yang diterbitkan oleh portal berita online Malaysia Kini pada hari Senin (28/05), seperti dikutip oleh Channel News Asia.
Zuraida mengatakan, dia percaya kesadaran pada masyarakat masih rendah, meskipun larangan serupa sudah diberlakukan di Kuala Lumpur, Putrajaya, Selangor, Melaka, dan Johor.
Dalam programnya, Pemerintah Malaysia akan bekerja untuk mendidik masyarakat, dan meningkatkan kesadaran itu sebelum memperkenalkan larangan nasional atas pemakaian kantong plastik dalam rentang satu tahun.
"Warga Malaysia masih memiliki sikap menginginkan segalanya begitu mudah, mereka ingin memakai kantong plastik sehingga mereka dapat membawa barang-barang mereka ke rumah," kata Zuraida dikutip dari Channel News Asia. Ia menambahkan bahwa masyarakat harus memberikan pemerintah kesempatan dalam membangun keterlibatan publik dan program pendidikan terkait hal tersebut.
Perubahan Politik Perubahan Kebijakan Lingkungan
Dikutip dari Channel News Asia, pada bulan Februari silam, politikus Pakatan Harapan yang kini menjadi Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mengkritik Barisan Nasional yang disebutnya memperkenalkan kembali kantong plastik di Selangor, dengan menyebutnya hal ini buruk untuk masa depan karena jumlah limbah yang akan dihasilkan.
Dalam video di Facebook, Perdana Menteri tersebut menambahkan bahwa partainya mendorong penggunaan tas yang dapat digunakan kembali. Mahathir mengatakan: "Barisan Nasional adalah masa lalu, yang mengotori lingkungan dengan plastik, tetapi Pakatan Harapan adalah untuk masa depan, di mana tas seperti ini (tas yang dapat digunakan kembali) akan digunakan lagi dan lagi."
Bagaimana di Indonesia?
Sementara itu, di Indonesia, aturan pemakaian kantong berbayar di supermarket pernah diterapkan pada tahun 2016, namun terhenti. Pemerintah sempat menyebutkan berencana untuk menghidupkan kembali aturan itu.
Peneliti masalah sampah plastik di lautan, Andi Yasser Fauzan menyebutkan masalah sampah plastik di Indonesia masih jadi masalah besar, tak mengherankan jika Indonesia dinobatkan sebagai nomor dua penghasil sampah plastik terbesar di dunia.
Menurut Yasser, masih kesulitan untuk meminimalisasi pemakaian kantung kresek, karena bagi masyarakat pemakaian plastik sebagai kantung dinilai praktis dan murah, sementara masih belum banyak tersedia produk kantong yang ekologis.
Ditambahkannya, "Infrastruktur pengelolaan sampah pun masih sangat lemah. Kota-kota di Indonesia masih menerapkan sistem pengelolaan sampah dengan 'open dumping‘ yaitu pola mengumpulkan sampah, mengangkut dan membuang.”
Telah diketahui secara umum, sampah plastik menjadi ancaman terhadap ekosistem laut, karena sampah di laut mengancam perikanan dan terumbu karang. Partikel plastik yang berasal dari sampah plastik secara tidak sengaja bisa dikonsumsi hewan laut. Racun yang terdapat dalam partikel plastik otomatis akan masuk ke dalam tubuh manusia jika produk hewan itu mendarat di meja makan.
Fakta Sampah Plastik yang Mengejutkan
Sebanyak 60-90 persen sampah di laut mengandung plastik, setidaknya 8 juta ton plastik mencemari lautan di dunia setiap tahun. Ini seperti mengosongkan truk berisi sampah plastik ke laut setiap menit.
Tahun 2050 jumlah plastik di laut lebih banyak daripada ikan. Saat ini rasio perbandingan antara plastik dan plankton diperkirakan 1:2. Jika dibiarkan begitu saja, volume plastik akan melebihi ikan pada tahun 2050. Jumlah plastik di laut saat ini sekitar 150 juta ton, ini seperlima dari bobot total ikan yang ada.
Di Inggris misalnya, setiap 100 meter pantai Inggris, ada lebih dari 200 sampah plastik atau polistirena. September 2017, hampir 7000 orang berpartisipasi dalam aksi pembersihan pantai Great British Beach Clean in September 2017, proyek yang menyingkirkan 255.209 sampah dari 339 pantai.
Ada lebih dari 50 persen penyu laut, ratusan ribu penyu laut, paus, mamalia laut lainnya, dan lebih dari 1 juta burung laut mati setiap tahun, karena polusi laut dan menelan atau terjerat sampah di laut. Banyak hewan laut yang tidak bisa membedakan antara makanan dan sampah plastik. Sehingga sistem pencernaan terblokir dan menyebabkan kematian.
Ada 6,3 miliar ton sampah plastik di bumi, walau plastik baru ada sejak 60-70 tahun yang lalu, material ini berhasil mendominasi kehidupan manusia. Hampir untuk setiap kegiatan manusia, bisa dipastikan ada barang kebutuhan yang terbuat dari plastik
Kebanyakan popok bayi mengandung polietilena atau termoplastik, bahan yang sama digunakan untuk membuat dengan kantong plastik. Tahukah Anda, popok kotor yang dibuang akan terus berada di bumi selama 450 tahun, karena sulit terurai? Tali pancing butuh lebih lama lagi, yakni sekitar 600 tahun.
Kontribusi terbesar polusi plastik adalah botol minuman. Sebanyak 480 miliar botol plastik terjual di tahun 2016. Ini berarti lebih dari 1 juta botol dalam 1 menit.
Di galaksi Bima Sakti atau "Milky Way" saja diperkirakan ada 100-400 miliar bintang. Sementara menurut Clean Seas, ada 51 triliun mikroplastik di lautan dunia. (dw.com)
Editor : Sotyati
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...