Malaysia Minta Bank Asing Stop Transaksi Ringgit
KUALA LUMPUR, SATUHARAPAN.COM - Bank sentral Malaysia meminta bank asing menghentikan perdagangan ringgit yang spekulatif dan merusak dalam perdagangan offshore.
Permintaan ini, menurut Financial Times, hari ini (21/11), menyebabkan keresahan di kalangan investor dan meningkatkan kekhawatiran tentang kompetensi regulator menangani pasar.
Bank Negara Malaysia meminta bank-bank asing untuk menghentikan perdagangan ringgit - mata uang berkinerja terburuk di Asia terhadap dolar AS pada tahun 2015 - lewat transaksi non-deliverable forward (NDF) di pasar luar negeri (offshore).
Ini menyebabkan kekhawatiran karena surat utang Malaysia sangat populer di kalangan investor luar negeri, yang memegang 36 persen dari total surat berharga pemerintah Malaysia. Popularitas surat utang Malaysia ini telah memicu kekhawatiran bahwa investor luar negeri tidak akan lagi dapat melindungi investasi mereka.
Seorang bankir di Asia Tenggara mengatakan: "Ini adalah situasi di mana Anda tidak bisa keluar dari pasar. Jika Anda ingin menukar ringgit ke dolar AS Anda harus memberikan pengesahan bahwa klien Anda tidak terlibat di pasar offshore. Anda dapat memberikan jaminan itu untuk satu atau dua klien tertentu, tetapi untuk sebagian besar klien Anda tidak bisa memberikannya," kata dia.
Menurut dia, fund manager asing bingung oleh desakan bank sentral Malaysia tersebut.
Seorang investor asing mengatakan langkah bank sentral itu aneh, apalagi Malaysia selama ini dianggap sebagai negara yang stabil.
Muhammad Ibrahim, Gubernur Bank Sentral Malaysia, menegaskan dalam pidatonya pada hari Jumat (18/11) bahwa tidak ada kebijakan baru pada arus modal, dan tidak ada "kontrol modal." Muhammad mengatakan bank sentral mengambil langkah-langkah untuk memfasilitasi lindung nilai aringgit terhadap dolar AS dan renminbi Tiongkok di pasar offshore.
Mata uang Malaysia kehilangan 18 persen nilainya terhadap dolar AS tahun lalu, saat kepemimpinan politik negara itu bergulat dengan tuduhan korupsi terkait dengan lembaga investasi negara, 1MDB.
Kekhawatiran investor telah mereda belakangan ini. Namun, kini ringgit melemah lagi di pasar dipicu oleh hasil Pilpres AS.
Pada hari Jumat setelah presiden AS terpilih, ringgit jatuh ke level terendah dalam 12 tahun di pasar offshore, menurun ke level 4,5395 per dolar AS. Pada hari Senin ringgit turun 0,1 persen ke level 4,4237 per dolar.
Dalam pidato pada hari Jumat, gubernur bank sentral memperingatkan bank-bank onshore agar tidak mengacu pada harga pembukaan di pasar offshore, dan ia meminta pasar tidak menghargai ringgit secara berlebihan.
Dia mengatakan bank telah mengambil tindakan untuk mengurangi "pengaruh spekulatif dan merusak dari transkasi NDF".
Gubernur bank sentral mengatakan: "mempertimbangkan perkiraan volume dan ketidakjelasannya, pasar NDF jelas memiliki potensi merusak integritas dan stabilitas keuangan pasar onshore."
Muhammad, mantan Deputi Gubernur, diangkat ke jabatan tertinggi pada bulan April ketika gubernur yang lama, Zeti Akhtar Aziz mengundurkan diri. Zeti dikagumi oleh para bankir dan investor asing atas kepemimpinannya dalam memperkuat independensi bank selama 16 tahun ia menjabat.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...