Mantan Mahasiswa Berbagi Kenangan Tentang Ecumenical Institute
JENEWA, SATUHARAPAN.COM Dalam kumpulan esai, mantan mahasiswa Ecumenical Institute in Bossey berbagi betapa tahun-tahun mereka di Institut menciptakan beberapa kenangan terindah. Pengalaman mereka menginspirasi pemahaman baru tentang kesatuan Kristen dan usaha ekumenis mereka yang telah dilakukan di gereja-gereja di seluruh dunia.
Esai yang ditampilkan dalam Dewan Gereja Dunia baru-baru ini (WCC) dalam publikasi A Place to RememberEcumenical Institute di Bossey, sekarang tersedia secara online (18/10). Sekitar lima puluh mantan mahasiswa Institut Ekumenis telah memberikan kontribusi esai untuk koleksi.
The Institute, yang merupakan bagian dari WCC, telah memberikan formasi ekumenikal melalui berbagai program akademik sejak 1946. Kota ini terletak dalam pengaturan yang unik, menghadap ke Danau Jenewa dan Pegunungan Alpen, Prancis dan Swiss.
Dalam kata pengantar publikasi, Prof Ioan Sauca, direktur Institut Ekumenis, berbagi kenangan sendiri tentang Institut tersebut. Ia datang awalnya sebagai mahasiswa pada 1985.
Bossey tetap dalam ingatan banyak orang yang telah mengunjungi atau belajar di sini. Ini kumpulan esai yang menjadi kesaksian hidup mengubahkan berdasar pengalaman yang telah terjadi di sini selama 67 tahun terakhir, tulisnya.
Institut ini, Sauca mengatakan, terus menjadi tempat yang unik dan penting bagi program WCC untuk membentuk identitas banyak siswa saat ini yang terus membuat perbedaan ketika mereka kembali ke rumah.
Satu mahasiswa, Rev Ainsley Griffiths, yang menghadiri Ecumenical Institute pada 1997, menulis dalam esainya, Hidup dalam komunitas ekumenis internasional membawa saya kesadaran yang lebih besar dari hubungan antara Injil dan budaya dan pentingnya memahami dan terlibat dengan konteks kami sebelum terjun dalam misi.
Bossey juga membuka mata saya terhadap rasa sakit dunia dalam cara yang hidup sehingga ketika saya mendengarkan berita internasional tentang kekejaman, pergolakan, perubahan lingkungan dan penderitaan manusia di seluruh dunia, saya bisa menghubungkan headline ke dalam kehidupan individu yang saya anggap sebagai teman.
Untuk memiliki hak istimewa menjadi bagian dari komunitas yang beragam, penuh kasih, menantang, aspiratif, merangsang, dan dipenuhi Roh, saya terus sangat bersyukur, tambah Griffiths.
A Place to Remember - the ecumenical institute at Bossey akan diluncurkan pada 1 November di Sidang Raya ke-10 di Busan, Korea Selatan. (oikoumene.org)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...