Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 16:12 WIB | Kamis, 20 Oktober 2022

Mantan PM Italia Mengatakan Putin Memberinya Vodka dan Catatan Manis

Silvio Berlusconi dikerumuni oleh pers saat meninggalkan reuni untuk menentukan pemimpin kelompok di Majelis Rendah, di Roma, hari Selasa, 18 Oktober 2022. (Foto: Cecilia Fabiano/LaPresse via AP)

ROMA,  SATUHARAPAN.COM-Silvio Berlusconi, mantan perdana menteri Italia yang memiliki persahabatan yang lama dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, tercatat membual bahwa dia baru-baru ini berhubungan kembali dengan Putin dan bertukar hadiah vodka, anggur, dan surat-surat  yang bernada "manis" baru-baru ini pada hari ulang tahunnya.

Kantor berita LaPresse Italia menerbitkan apa yang dikatakannya sebagai komentar Berlusconi, 86 tahun, kepada anggota parlemen Forza Italia yang berhaluan tengah selama pertemuan pekan ini dengan Deputi Majelis Rendah.

"Saya telah terhubung kembali dengan Presiden Putin, sedikit-banyak," kata Berlusconi. “Dia mengirimi saya 20 botol vodka dan surat yang sangat manis untuk ulang tahun saya. Saya membalas dengan 20 botol Lambrusco (anggur merah Italia bersoda) dan surat yang sama manisnya.” Kesempatan itu adalah ulang tahun ke-86 Berlusconi pada 29 September, empat hari setelah sayap kanan memenangkan suara terbanyak dalam pemilihan nasional Italia.

Komentar itu menjadi berita halaman depan ketika koalisi konservatif Italia yang dipimpin oleh Giorgia Meloni, yang sangat mendukung Ukraina dalam perang Rusia, membagi jabatan Kabinet sebelum konsultasi formal pekan ini untuk membentuk pemerintahan baru. Forza Italia, anggota yunior koalisi, sedang mencalonkan diri untuk kementerian luar negeri, di antara kementerian lainnya.

Partai Meloni yang berakar pada gerakan neo-fasis, tidak menanggapi secara terbuka. Tetapi Enrico Letta dari Partai Demokrat, memperingatkan bahwa koalisi sayap kanan Meloni merupakan ancaman bagi demokrasi, dan menerkam. Dalam sebuah tweet, dia mengingat bahwa anggota koalisi lainnya, Liga sayap kanan, telah mempertanyakan sanksi Uni Eropa terhadap Rusia karena dampaknya terhadap ekonomi Italia.

“Siapa yang merugikan Italia di luar negeri? Oposisi yang menjadi oposisi?” tulis Letta. “Presiden Majelis Rendah yang mendelegitimasi sanksi UE terhadap Rusia? ... Berlusconi yang berhubungan kembali dengan penjajah Ukraina?”

Kelompok anggota parlemen sentris dan liberal Renew Europe, kelompok terbesar ketiga di Parlemen Eropa, mendesak Partai Rakyat Eropa (EPP), tempat Forza Italia berasal, untuk mengutuk pernyataan tersebut.

“Kelompok EPP mengatakan Putin adalah ancaman bagi Barat & harus dikalahkan. Saatnya berhenti berkampanye untuk teman-temannya di UE,” cuit grup Renew.

Dalam rekaman itu, Berlusconi juga kembali tampak membela posisi Moskow dalam perang, menyampaikan kepada anggota parlemennya bahwa pejabat Rusia telah berulang kali mengatakan Barat berperang dengan Rusia “karena kami memberikan senjata dan pembiayaan kepada Ukraina.”

Buka Yang Pertama

Ini bukan pertama kalinya Berlusconi tampaknya membela Putin. Di akhir kampanye, ia tampaknya membenarkan invasi Rusia dengan mengatakan bahwa Putin dipaksa oleh separatis pro Moskow di wilayah Donbas di Ukraina timur.

“Pasukan seharusnya masuk, mencapai Kiev dalam waktu sepekan, menggantikan pemerintah (Presiden Ukraina Volodymyr) Zelenskyy dengan orang-orang yang layak dan kemudian pergi,” kata Berlusconi kepada pembawa acara talk show larut malam favoritnya pada 22 September. Kemudian dia mundur, mengatakan kata-katanya telah "disederhanakan."

Kantor Berlusconi juga mencoba menyangkal komentarnya yang direkam tentang vodka ulang tahun. Dalam pernyataan awal hari Selasa, kantornya bersikeras bahwa dia tidak memulai kembali hubungan dengan Putin dan bahwa Berlusconi “menceritakan cerita lama kepada anggota parlemen tentang sebuah episode yang terjadi bertahun-tahun yang lalu.”

Beberapa jam kemudian, setelah audio dirilis, Forza Italia kemudian mencoba menjauhkan diri dari komentar.

"Posisi Forza Italia dan Presiden Silvio Berlusconi sehubungan dengan konflik Ukraina dan tanggung jawab Rusia diketahui semua orang dan sejalan dengan posisi Eropa dan Amerika Serikat, ditegaskan kembali pada beberapa kesempatan publik," kata partai itu dalam sebuah pernyataan. "Tidak ada margin ambiguitas, juga tidak pernah ada."

Berlusconi memiliki sejarah persahabatan yang panjang dengan Putin: Dia telah menjamu pemimpin Rusia di vila Sardinia-nya dan bahkan mengunjungi Krimea bersama Putin pada 2014 setelah pemimpin Rusia mencaplok semenanjung itu dari Ukraina.

Komentar terbaru Berlusconi kemungkinan akan memperumit hubungan dengan Meloni, yang diperkirakan akan diangkat menjadi perdana menteri Italia berikutnya. Kredensial sayap kanan Meloni dan pandangan skeptis euro masa lalu telah mengangkat alis di beberapa ibu kota Eropa, tetapi dia dengan gigih mendukung NATO dan Ukraina dalam perang.

Hubungan antara keduanya memburuk karena desakan Berlusconi untuk menempatkan seorang loyalis di Kabinetnya dan atas penolakan Forza Italia untuk memilihn calon presiden Senat. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home