Mantan Presiden Moldova Yang Pro Rusia Ditahan
CHISINAU, SATUHARAPAN.COM-Moldova pada hari Kamis (26/5) menahan mantan presiden pro Rusia, Igor Dodon, di bawah tahanan rumah selama 30 hari, karena dicurigai melakukan pengkhianatan dan korupsi, kata pengadilan di ibu kota Moldova, Chisinau.
Jaksa di negara yang didukung Barat mengumumkan penangkapan Dodon pada hari Selasa (24/5), karena konflik di negara tetangga Ukraina telah meningkatkan ketegangan antara Moskow dan Chisinau.
Pada hari Kamis, jaksa, yang meminta penahanan pra sidang untuk Dodon, mengatakan mereka berniat untuk mengajukan banding atas keputusan pengadilan.
Dodon "berencana untuk melarikan diri dari negara itu, kami menemukan tiket untuk pukul 9:00 pada 26 Mei," kata jaksa Petr Yamalyuk. Dia menambahkan bahwa "sejumlah besar mata uang asing" ditemukan selama pencarian.
Berbicara kepada wartawan setelah sidang, Dodon menolak kasus itu sebagai "politis" dan menyalahkan Presiden petahana, Maia Sandu, atas penangkapannya. “Saya menganggap ini kasus politik. Itu dimulai atas perintah Presiden Maia Sandu, yang menuntut agar saya segera dipenjara setelah dia terpilih,” kata Dodon.
Dodon memimpin Moldova antara 2016 dan 2020 dan secara terbuka didukung oleh Moskow. Dia sedang diselidiki atas empat pelanggaran terpisah: pengkhianatan negara, menerima dana politik dari organisasi kriminal, memperkaya secara ilegal dan “korupsi pasif.”
Moldova sebagian besar berbahasa Rumania, tetapi memiliki minoritas berbahasa Rusia yang signifikan dan wilayah separatis yang didukung Moskow, Transnistria.
Setelah terperosok dalam skandal yang terkait dengan korupsi di negara miskin itu, Dodon kehilangan kursi kepresidenan dari Sandu pada 2020. Partainya yang pro Eropa kemudian meraih kemenangan gemilang dalam pemilihan parlemen pada 2021.
Chisinau dengan tegas mendukung Kiev setelah Presiden Vladimir Putin mengirim pasukan ke Ukraina. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...