Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 07:35 WIB | Sabtu, 30 April 2016

Manusia-manusia Bervisi

Visi harus diwujudkan
Kompas hidup (foto: istimewa)

”Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa.” (Mzm. 67:2-3).

Pemazmur mempunyai keinginan kuat agar Allah memberkati dirinya. Itu merupakan keinginan wajar. Lumrahlah, meminta berkat dari Sang Pencipta.

 

Visi Pemazmur

Namun, Pemazmur tidak meminta berkat itu untuk diri sendiri. Berkat Allah diharap bukan untuk dinikmati sendirian, tetapi agar kehendak Allah dikenal di seluruh bumi dan keselamatan yang dari Allah itu juga dirasakan semua bangsa.

Pemazmur berkerinduan kuat, agar segala bangsa, tak hanya Israel, mengenal Allah. Kerinduan yang kuat itu bisa disebut visi. Visi pemazmur—bisa kita ringkas dengan tiga kata—manusia mengenal Allah. Dan misinya ialah mewujudkan visi tersebut.

Misi umat Allah ialah memperkenalkan Allah kepada dunia. Perkara apakah orang akan menerima atau menolak Allah, sejatinya bukanlah urusan kita lagi. Namun, kita perlu berupaya menolong orang mengenal Allah dan merasakan kasih-Nya.

Dalam pembukaan katekismus Heidelberg, tersurat ”Apakah satu-satunya penghiburan Saudara, baik pada masa hidup maupun pada waktu mati? Bahwa aku, dengan tubuh dan jiwaku, baik pada masa hidup maupun pada waktu mati, bukan milikku, melainkan milik Yesus Kristus, Juru Selamatku yang setia.”

Itulah makna Injil: kita adalah milik Yesus Kristus. Kepada umat milik-Nya, Yesus berkata: ”Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu...” (Yoh. 14:27). Damai sejahtera merupakan kebutuhan utama manusia! Persolannya, berniatkah kita membagikannya kepada orang lain atau kita nikmati sendirian?

 

Visi Paulus

Di Troas Paulus mendapatkan visi (Kis. 16:9). Dia melihat  ada seorang Makedonia yang berseru kepadanya, ”Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!” Paulus bisa saja mengabaikan visi itu dan menganggapnya khayalan belaka. Cuma mimpi.

Tetapi,  Lukas mencatat, Paulus tidak mengabaikannya. Paulus bertindak. Tampaknya, dia memahami bahwa visi itu berasal dari Allah. Karena itulah, Paulus menaatinya. Paulus menanggapi visi itu dengan berlayar ke Makedonia agar damai sejahtera Allah juga dirasakan bangsa-bangsa lain.

Visi memang harus diwujudkan. Jika tidak diwujudkan, visi tak ubahnya bunga tidur atau lamunan kosong. Sebagus apa pun visi, harus diwujudkan. Tak ada gunanya mengagungkan visi tanpa realitas. Tiada guna memuliakan visi tanpa karya. Itu sama halnya dengan pepesan kosong.

Demikianlah kisah manusia-manusia bervisi. Lalu, apa visi Anda?

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home