Mari Mudik Dengan Aman dan Selamat
SATUHARAPAN.COM - Mudik adalah fenomena sosial di Indonesia setiap kali ada hari raya, khususnya hari raya keagamaan, seperti Idul Fitri yang akan segera datang. Meninggalkan kota dan daerah tempat tinggal dan bekerja untuk kembali ke kampung halaman atau kota dan daerah kerabat selama liburan hari raya merupakan aktivitas yang selalu mudah dijumpai.
Hal ini bukan saja terjadi pada umat Muslim pada hari raya Idul Fitri saja, tetapi juga hari raya keagamaan lain, seperti Natal dan Waisak. Merayakan hari penting keagamaan dalam keluarga dan kerabat menunjukkan ikatan sosial dalam keluarga di masyarakat Indonesia masih cukup baik. Hal ini merupakan modal sosial yang penting di mana lembaga keluarga masih diberi tempat yang baik.
Lebih dari itu, mudik pada hari raya Idul Fitri bukan hanya dilakukan oleh warga masyarakat yang Muslim, yang bukan Muslim pun banyak yang mudik. Biasanya libur bersama pada hari raya Idul Fitri merupakan momen berkumpulnya anggota keluarga dan kerabat. Pada keluarga di mana ada anggotanya yang bukan Muslim, berkumpul untuk ikut merasakan suasana kekeluargaan di hari raya juga dilakukan oleh yang bukan Muslim.
Selain itu, mudik juga menjadi momen bertemu kawan dan tetangga sekampung atau sedaerah, bertemu teman semasa kanak-kanak atau teman sekolah. Dan momen itu menjadi lebih mudah untuk bertemu banyak kerabat, dan menjadi penting, karena alasan kerja, sehingga waktu untuk berkumpul bersama kerabat menjadi makin langka dan sulit dilakukan.
Sayangnya, sebagaimana catatan setiap tahun pada ''musim'' mudik, angka kecelakaan lalu lintas meningkat tajam. Ribuan orang meninggal karena kecelakaan, dan lebih banyak lagi yang mengalami luka-luka dan kemudian cacat permanen. Hal ini terjadi karena pemerintah yang tidak bisa menyediakan angkutan umum yang memadai dan instrastruktur jalan yang buruk. Di sisi lain, para pemudik sering abai pada syarat keamanan dan keselamatan.
Banyak pemudik yang memilih menggunakan kendaraan roda dua, bahkan dengan penumpang lebih dari dua orang, ditambah barang bawaan yang banyak. Kendaraan ini bahkan untuk mudik dengan jarak sampai ratusan kilometer, seperti dari Jakarta ke kota-kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kelelahan dalam perjalanan jarak jauh bisa membahayakan.
Pemerintah memang menyediakan angkutan bagi sepeda motor, namun pemudik bersepeda motor diperkirakan terus bertambah, karena berbagai alasan. Sementara pemudik dengan mobil juga banyak menghadapi tantangan kemacetan lalu lintas, serta penumpang dan barang yang melebihi kapasitas.
Angkutan umum yang serba kurang mencukupi kebutuhan juga menjadikan "musim" mudik dipenuhi kendaraan pribadi. Bukan hanya harga tiket naik tinggi, dan sarana yang kurang, angkutan umum sering identik dengan ketidak-nyamanan dan tidak aman.
Infrastruktur jalan sering, bahkan rutin diperbaiki menjelang lebaran. Perbaikan yang serba terburu-buru dengan kualita yang ala kadarnya, menjadikan jalan raya tidak cukup aman untuk pengguna jalan. Belum lagi keramaian pasar yang memakan badan jalan tak pernah bisa diselesaikan.
Hal-hal tersebut menjadikan "ritual" mudik diwarnai banyak tragedi. Korban yang jatuh merupakan beban sosial yang tinggi, dan sayangnya tidak pernah diperhitungkan dan diupayakan menekan secara maksimal. Kita menyayangkan bahwa mudik yang punya nilai sosial selalu ditambah dengan catatan yang memilukan.
Kita berharap mudik tahun ini, meskipun agak pesimistis oleh pengelolaan yang begitu-begitu terus oleh pemerintah, bisa berlangsung dengan angka kecelakaan yang minim. Kita berharap pemudik bisa disiplin dan bertemu kerabat dalam sejahtera, dan merayakan Idul Fitri berlimpah rahmat.
Selamat mudik, mari jadikan perjalanan ke kampung halaman sebagai perjalanan yang aman dan sampai dengan selamat. Keselamatan itu yang membuat momen bersama kerabat menjadi rahmat.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...