Maria Magdalena Melawan Diskriminasi Gender
GALILEA, SATUHARAPAN.COM – Perempuan pemimpin dari seluruh Israel berkumpul di Magdala, pusat spiritual Kristen dan situs ziarah di Galilea. Mereka menghormati Hari Perempuan Internasional dan mendiskusikan pemberdayaan perempuan, Senin (9/3).
Pertemuan yang menjadi persimpangan sejarah Yahudi dan Kristen itu dilangsungkan di kampung Maria Magdalena. Itu memberikan inspirasi untuk acara hari itu. Diplomat, istri-istri diplomat, dan wanita lain membahas masalah seputar pelecehan perempuan dalam simposium bertajuk "Refleksi Martabat Perempuan".
Para advokat berbicara tentang isu prostitusi legal di Israel. Mereka juga berbicara tentang perjuangan lebih dari 15.000 wanita Israel yang ditarik ke industri itu, yang bertentangan dengan keinginan mereka.
Perkiraan ada 4,5 juta korban yang kini terjebak dalam perdagangan seks global. Dan, industri prostitusi Israel menghasilkan sekitar $ 500 juta (Rp 6,5 triliun) per tahun kata Valerie Dilcher, pembicara dari organisasi Exodus Cry. Exodus Cry melawan perdagangan manusia dan berusaha menolong korban kembali ke masyarakat. Berdasarkan Statistik dari Association of Rape Crisis Center in Israel (ARCCI) satu dari setiap tiga wanita Israel diperkosa atau diserang secara seksual.
"Untuk memecahkan masalah ini tidak cukup penegakan hukum dengan memerangi mucikari dan pedagang. Sangat penting untuk mengambil tindakan terhadap pelanggaran hak asasi manusia itu, yang sampai sekarang tidak tersentuh oleh hukum,” kata Flavia Sevald, General Manager Jerusalem Institute of Justice, kepada peserta simposium.
Setiap pembicara mengaitkan isu-isu feminisme dan pemberdayaan perempuan dengan pelajaran dari Maria Magdalena, yang berbicara tentang bagaimana proses penyembuhan bagi wanita yang telah menderita pelecehan. Jennifer Ristine, dari Gerakan Regnum Christi, berbicara tentang bagaimana Maria Magdalena mengilhami harapan dan penyembuhan bagi korban kekerasan.
"Melalui pengalaman transformasi kasih, martabat Maria Magdalena ditegaskan, dan dia menjadi pemimpin di antara pemimpin, harapan inspirasi dan rekonsiliasi," kata Ristine. "Apakah kita memiliki kesamaan apa pun dengan wanita ini? Ketika seorang wanita sangat yakin kebenaran ia dicintai tanpa syarat, ia dibebaskan. Kemudian, dia dipanggil untuk melayani orang lain. Dia menjadi katalis rekonsiliasi."
Magdala yang terdiri atas situs arkeologi dan pusat ibadah, dibuka pada 2005 dan ini adalah simposium pertama yang diselenggarakan. Magdala diharapkan segera dibuka untuk para peziarah. Dan, rencananya di situ akan didirikan lembaga perempuan. Lembaga itu menawarkan kesempatan bagi pelayanan, pelatihan, interaksi budaya, dan pelayanan.
Kisah Maria Magdalena dicatat di Injil sebagai perempuan yang disembuhkan oleh Yesus Kristus. Yesus membebaskan dia dari tujuh setan yang merasukinya (Mrk. 16:9; Luk. 8:2). Pada saat penyaliban Yesus, Maria Magdalena adalah seorang di antara para perempuan yang berada di kaki salib. Semua laki-laki pengikut Yesus sudah melarikan diri (Yoh. 19:25). Maria Magdalena adalah yang pertama mengetahui bahwa Yesus bangkit dari kematian pada Minggu, hari ketiga setelah Yesus mati (Yoh. 20:11-18). (jpost.com)
Tentang Maria Magdalena, baca juga
- Pameran Seni Tampilkan Yesus dan Maria Versi Barbie
- Sekum WCC Bicara Keadilan dan Perdamaian di Kongo
- Lima Kesalahpahaman Seputar Paskah
- Film Son of God: Sosok Yesus dan Seksualitasnya
- Komik Jesus and Mo Timbulkan Kontroversi
- Mendudukkan Arkeologi di Tanah Suci Secara Tepat
- Merayakan Kebersamaan: God of Life: Lead Us to Justice and Peace
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...