Massa Mengamuk pada Peringatan Pembantaian 8.000 Muslim Bosnia
SREBRENICA, BOSNIA, SATUHARAPAN.COM - Kemarahan memuncak pada hari Sabtu (11/7) pada upacara mengenang pembantaian di Srebrenica, Bosnia, 20 tahun lalu ketika massa yang hadir melempari Perdana Menteri Serbia, Aleksandar Vucic, dengan botol air dan benda-benda lainnya.
Pasangan Vucic, Suzana Vasiljevic, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa Vucic dipukul di wajah dengan batu dan kacamatanya rusak. Vasiljevic mengatakan dia berada di belakang Vucic ketika "massa menerobos pagar dan berbalik melawan kami."
The New York Times melaporkan, puluhan ribu datang untuk menandai ulang tahun ke-20 pembantaian terburuk di Eropa sejak Holocaust - pembantaian 8.000 Muslim di kota Srebrenica, Bosnia timur - yang mendorong para pemimpin asing mendesak masyarakat internasional untuk tidak membiarkan kekejaman seperti itu terjadi lagi dan menyebut peristiwa itu kejahatan "genosida."
Vucic, seorang ultra-nasionalis, datang ke tempat upacara mewakili negaranya sebagai sikap serius untuk rekonsiliasi.
Ketika Vucic memasuki pemakaman untuk meletakkan bunga, ribuan mencemooh dan bersiul. Seseorang kemudian melemparkan sepatu ke arahnya, sedangkan lainnya melemparkan botol air dan benda-benda lainnya.
Pengawalnya kemudian mengamankan Vucic dan membawanya meninggalkan para pelayat yang marah, berteriak dan mencemooh. Sementara kerumunan orang naik ke atas bukit di belakang rombongan Vuvic saat mereka berlari memasuki mobil mereka.
Adegan itu telah merusak peringatan peristiwa Srebrenica, kota yang oleh PBB diperintahkan untuk dilindungi oleh pasukan penjaga perdamaian Belanda sebagai tempat perlindungan, tetapi jatuh kepada pasukan Serbia Bosnia pada bulan-bulan penutupan perang 1992-95.
Sekitar 8.000 pria dan anak laki-laki Muslim dieksekusi selama lima hari setelah jatuhnya kota itu. Tubuh mereka dibuang dan dimasukkan ke lubang dan baru digali beberapa bulan kemudian. Makam mereka tersebar dalam bentuk kuburan-kuburan kecil dalam upaya untuk menyembunyikan kejahatan. Lebih dari 1.000 belum ditemukan.
Serbia, yang didukung pasukan Serbia Bosnia dengan pasukan dan uang selama perang, pekan lalu meminta sekutunya, Rusia, untuk memveto resolusi PBB yang didukung Inggris yang akan mengutuk penolakan Srebrenica sebagai genosida, seperti yang telah diputuskan oleh mahkamah PBB.
Banyak orang Serbia membantah istilah, korban tewas dan pernyataan resmi tentang apa yang terjadi ketika itu, sebagai cerminan bahwa masih terdapat narasi yang saling bertentangan tentang perang Yugoslavia, yang menciptakan perbedaan politik dan melumpuhkan kemajuan menuju integrasi dengan Eropa Barat.
Selama tahun 1990-an, Vucic adalah pengikut dari ideologi "Serbia Raya" yang memicu banyak pertumpahan darah disertai lenyapnya Yugoslavia.
Dia kemudian mendefinisikan ulang dirinya sebagai seorang pro-Barat dan kehadirannya pada hari Sabtu ini dimaksudkan untuk menjadi simbol dari seberapa jauh kawasan itu telah melangkah sejak perang yang menewaskan setidaknya 135.000 orang, 100.000 diantaranya meninggal di Bosnia.
"Lihatlah dia (Vucic) dan lihatlah ribuan batu nisan ini," kata Hamida Dzanovic, yang datang untuk mengubur dua tulang-belulang yang berdasarkan identifikasi DNA adalah jenazahsuaminya.
"Apakah dia tidak malu untuk mengatakan bahwa ini bukan genosida? Apakah dia tidak malu untuk datang ke sini? "Tanyanya, sambil mengenang terakhir kali ia melihat suaminya. "Aku ingat dia kembali dua kali untuk mencium anak-anak kami, seperti dia tahu bahwa kami tidak akan pernah bertemu lagi."
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...