Matakin Ajak Umat Khonghucu Indonesia Perbanyak Kerja
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) mengajak umat Khonghucu Indonesia untuk membulatkan tekad bersama memulai gerakan memperlambat bicara, memperbanyak kerja.
Ketua Umum Matakin, Uung Sendana L.Linggaraja dan Sekretaris Umum, Peter Lesmana mengajak umat Khonghucu itu dalam rangka pada Perayaan Hari Raya Tahun Baru Imlek 2568 Kongzili.
“Saat tahun baru adalah saat yang tepat untuk berkontemplasi, mawas diri dan mengevaluasi kehidupan yang telah dilalui, sambil bertekad melakukan pembaruan diri, untuk melangkah menuju masa depan yang lebih baik. Maka saat ini adalah saat yang tepat untuk membulatkan tekad bersama memulai gerakan memperlambat bicara, memperbanyak kerja,” kata Uung Sendana dalam pernyataan sambutan Dewan Pengurus Matakin yang diterima satuharapan.com, hari Jumat (27/1) malam.
Matakin menetapkan Perayaan Hari Raya Tahun Baru Imlek ke 2568 Kongzili yang dirayakan secara nasional di seluruh pelosok tanah air mengambil tema “Junzi Lambat Bicara, Tangkas Bekerja”.
Tema yang diambil dari sabda Nabi Kongzi dalam Kitab Lun Yu (Sabda Suci) IV: 24, sengaja dipilih karena suasana kebatinan bangsa kita sedang kurang menggembirakan, dilain pihak kita sedang berusaha membangun negeri yang memerlukan segenap daya upaya bersama.
Di tengah-tengah upaya pembangunan yang sedang dilaksanakan dengan giat dalam upaya menjadikan Indonesia lebih baik, lebih berkepribadian, lebih luhur budi, lebih rukun, lebih harmonis, lebih adil, lebih sejahtera dan lebih bahagia, kita merasakan adanya gejala disharmoni, ketakutan, saling menghujat dan saling menyalahkan antara sesama anak bangsa.
Masyarakat semakin binggung antara berita benar dan hoax. Kata-kata berhamburan tak tentu arah, tak jelas kebenarannya. Suasana seperti ini bila tidak ditangani dengan baik tentu akan menghambat, bahkan menggagalkan upaya-upaya pembangunan yang sedang dan akan dilaksanakan dan terlebih lagi, yang tidak kita inginkan bersama: pertikaian dan perpecahan.
“Kita bersyukur dapat hidup di negara indah nan kaya berdasar Pancasila, kita bertakzim atas anugerah kebinekaan mempesona penuh warna nan ceria dalam satu ikatan tanah air, nusantara, dalam kebulatan tekad satu bangsa yang merajut beraneka suku bangsa, etnis, ras dan agama dan memiliki bahasa persatuan dalam keanekaan bahasa daerah,” katanya.
Semua anugerah Tuhan yang luar biasa itu perlu dijaga bersama, bukan dengan sekedar berkata-kata, tapi dengan segenap tenaga dan segenap kemampuan, mewujudkan cita-cita bersama yang telah diikrarkan para pendahulu, para pendiri bangsa ini menuju nusantara nan jaya.
Tak mudah menghamburkan kata-kata, karena melaksanakan sesuatu itu sukar. Tak gampang-gampang bicara, karena dalam kata kadang mengandung banyak makna yang bisa mengandung berjuta interpretasi beribu arti, yang kadang dapat menimbulkan luka dan benci, tak selalu merajut bangga dan cinta.
Seorang Junzi, seorang yang luhur budi selalu berpikir terlebih dahulu sebelum mengucapkan kata-kata, dia lambat berbicara, bahkan kadang tampak gagap, bukan karena dia gagap, tapi ada kedalaman makna dalam kata-katanya.
“Bagi dia satunya kata dan perbuatan adalah dao, jalan Suci. Sempurnanya kata dan perbuatan, itulah cheng, iman,” katanya.
Bagi Junzi, apa yang telah diucapkan adalah janji yang harus diwujudkan, bukan janji palsu. Karena kata-katanya keluar dari kedalaman batin, tempat Nur Ilahi mengawasi.
Junzi akan berusaha dengan sungguh-sungguh, bekerja keras, jujur, tulus, tangkas dan tidak korupsi dalam berkarya. Baginya itulah cara terbaik dalam upaya memuliakan Tuhan dan menjalankan perintah Sang Khalik yang telah memberi kehidupan dan telah menitipkan alam tempat berpijak, bernafas dan hidup.
“Kita tak perlu berusaha sama, karena kita memang beraneka. Kita tak perlu saling menghujat, karena kita satu keluarga, kita tak perlu saling menggugat karena kita satu tekad mencapai cita-cita,” katanya.
“Kita adalah anak bangsa yang perlu terus berkarya, bukan untuk siapa-siapa, namun untuk kita, bukan untuk siapa-siapa, namun untuk keluarga kita, bukan untuk siapa-siapa, pada akhirnya untuk kepentingan kita bersama sebagai satu bangsa yang besar, yang bersatu dan berdaulat, titipan Tuhan Yang Maha Esa bagi anak cucu kita,”
Dalam kesempatan itu, Matakin mengucapkan “Selamat Tahun Baru Kongzili 2568, Gong He Xin Xi, Wan Shi Ru Yi.”
“Salam kebangsaan Indonesia Raya, hanya kebajikan Tian berkenan, Wei De Dong Tian,” katanya.
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...