Mayoritas di Jerman Setuju Mengurangi Dekorasi Lampu Natal
JERMAN, SATUHARAPAN.COM – Sebagai bagian dari usaha melawan perubahan iklim, sebagian besar dari orang Jerman mengatakan bersedia mengurangi atau tidak menggunakan lampu-lampu dekorasi Natal, demikian menurut sebuah survei ulasan YouGov.
Dengan alasan melindungi lingkungan, mayoritas orang Jerman mengatakan bersedia untuk berhenti menggunakan dekorasi lampu hias Natal, seperti dinyatakan sebuah survei yang dirilis hari Minggu (8/12) kemarin.
Survei yang dilakukan oleh YouGov atas nama kantor berita Jerman DPA itu menyatakan, sekitar 57 persen dari peserta survei mengatakan rela mengurangi penggunaan lampu hias untuk Natal atau hingga rela tidak menggunakannya di masa mendatang.
Selain itu, 11 persen responden mengatakan, mereka tidak menggunakan lampu sebagai dekorasi Natal tahun ini, sedangkan 10 persen akan berhenti melakukannya mulai di masa mendatang. Tapi 35 persen dari responden mengatakan tidak menggunakan lampu sebagai hiasan pelengkap dekorasi Natal bukanlah pilihan.
Di masyarakat umum, opini terbagi mengenai apakah gedung-gedung dan jalanan harus memiliki lebih sedikit ornamen lampu saat waktu Natal, hasilnya 44 persen menentang gagasan tersebut. Namun, 79 persen orang Jerman tidak memungkiri bahwa lampu hias memang menambah suasana Natal. Tujuh dari 10 responden menghiasi rumah mereka dengan lampu Natal tahun ini.
Alasan Menjaga Lingkungan
Lampu hias menjadi bagian yang umum dalam waktu-waktu yang ramai diisi dengan festival tahunan, lampu hias biasanya dapat dilihat memberi sentuhan tambahan di gedung, jalanan dan pepohonan. Tapi peneliti memperingatkan adanya dampak pada lingkungan dari lampu-lampu tersebut.
Melawan perubahan iklim semakin menjadi sorotan di agenda global, ini adalah satu hasil dari aksi akitivis lingkungan muda yang berasal dari Swedia, Greta Thunberg.
Saat ini, perwakilan dari seluruh dunia sedang bertemu di Madrid untuk konferensi iklim COP25, yang diadakan oleh PBB untuk membicarakan langkah-langkah dalam mengurangi emisi karbon sebagai bagian dari Kesepakatan Iklim Paris 2015.
Kecuali jika emisi gas rumah kaca global turun 7,6 persen setiap tahun, dunia akan gagal memenuhi target suhu 1,5 derajat celsius dari Kesepakatan Iklim Paris, sebuah laporan dari Program Lingkungan PBB yang telah memperingatkan pada bulan November lalu. (dw.com)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...