Mayoritas Penderita Depresi Tak Dapat Perawatan Memadai
LONDON, SATUHARAPAN.COM - Mayoritas dari sekitar 350 juta orang di dunia yang menderita depresi, tidak menerima standar minimal perawatan yang layak, menurut sebuah studi internasional yang didukung oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Riset tersebut, yang mencakup hampir 50.000 orang di 21 negara menemukan di negara-negara kaya dengan layanan kesehatan yang relatif baik, bahkan hampir 80 persen pasien depresi, mendapatkan perawatan yang kurang baik.
Di negara-negara miskin situasinya jauh lebih buruk, menurut studi tersebut, dengan hanya satu dari 27 orang dengan depresi mendapatkan perawatan yang layak.
"Sebagian besar perawatan yang ditawarkan kepada orang-orang dengan depresi gagal," kata Graham Thornicroft, profesor di King’s College London yang memimpin studi tersebut.
Ia mengatakan badan-badan nasional dan internasional untuk meningkatkan sumber daya dan skala penyediaan layanan kesehatan mental .
WHO memperkirakan bahwa 350 juta orang dari berbagai usia menderita depresi, dan kondisi ini merupakan sebab utama disabilitas di seluruh dunia.
Mereka menemukan meskipun ada peningkatan kesadaran bahwa depresi bisa didiagnosa dan seringkali berhasil diobati menggunakan terapi psikologis atau obat, perawatan-perawatan itu tidak tersedia secara luas.
"Menyediakan perawatan dengan skala yang disyaratkan untuk merawat semua penderita depresi itu penting, tidak hanya untuk mengurangi disabilitas dan kematian akibat bunuh diri, tapi juga dari perspektif moral dan hak asasi manusia, dan untuk membantu orang-orang untuk menjadi anggota masyarakat yang sepenuhnya produktif,” kata Thornicroft.
Studi tersebut, yang diterbitkan dalam British Journal of Psychiatry, Kamis (1/12), menganalisis data dari survei kesehatan mental WHO di 21 negara, termasuk Brasil, Bulgaria, Kolombia, Irak, Meksiko, Nigeria, Tiongkok, Argentina, Prancis, Jerman, Israel, Jepang, Portugal, Spanyol dan Amerika Serikat.
Para peneliti mendefinisikan, perawatan layak minimal sebagai farmakoterapi, yaitu sedikitnya pengobatan selama sebulan, plus empat kunjungan atau lebih ke dokter, atau psikoterapi, yaitu sedikitnya delapan kunjungan ke tenaga profesional apa pun termasuk penasihat agama atau spiritual, pekerja sosial atau konselor. (voaindonesia.com)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...