Medium Kertas di Tangan Perupa Muda
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Setelah September tahun lalu sebanyak 46 perupa muda untuk pertama kalinya membuat pameran bersama di Bale Banjar Sangkring, pada 3 November - 2 Desember 2017 kembali digelar pameran PerupaMuda #2.
Sebanyak 52 perupa muda terlibat dalam memamerkan karya meresepon medium kertas dalam berbagai dimensi. Sketsa, drawing, lukisan, hingga patung maupun karya grafis keseluruhan menggunakan bahan kertas dalam presentasi karya yang artsy melanjutkan tradisi penggunaan kertas dalam sejarah seni rupa.
Pada pameran Perupa Muda #2, di tangan perupa muda kertas menjadi medium yang fleksibel untuk menghasilkan berbagai karya seni.
Sejak manusia mengenal tulisan, perkembangan kertas telah mengubah peradaban manusia. Ilmu pengetahuan berkembang beriringan dengan budaya literasi, dan kertas menjadi produk penting dalam perjalanan tersebut terlebih ketika ditemukan mesin cetak oleh Guttenberg pada abad kelima belas.
Beberapa karya ditampilkan lewat kreasi kertas, diantara karya Anjani Citra, Suyudana Sudewa, Fauzah Ummu, Geugeut Pangetsu, Hari Ndaruwati, I Kadek Dwi Jayanta seperti hendak mendudukan kertas sebagai subyek.
Sandat Wangi menampilkan dua puluh karya panel topeng berjudul "Space" dalam berbagai ekspresi rupa manusia dalam balutan cat akrilik warna biru. Drawing di atas kertas pun tampil secara impresif semisal karya panel Muhammad Sabil berjudul "Lihat, Tangkap, dan Ulang Keseharian" ataupun karya lukisan akrilik Amin Taasha berjudul "Struggling" di atas kertas gold dengan ornamen kuda, stupa candi, dan tulisan arab berbahasa Persia yang menjadi cir khas karya Amin. Ketekunan Suardana Kacor dalam membuat cutting paper 3-D dalam dua karya berjudul "Beauty Fades" menjadi sedikit gambaran bagaimana medium kertas bisa dieksplor dalam berbagai dimensi.
Seni grafis yang lebih banyak memanfaatkan kertas sebagai medium menjadi ekperimen perupa muda. Alphonsus Awan Purba dalam teknik cetak tinggi mencoba bermain-main dengan detail desain pada karyanya berjudul "Pengetahuan Tak Terbatas", Fajar Nurhadi dengan woodcut membuat karya berjudul "Don Quixote and his Fragmentary" dalam eksperimen warna merah-hitam-coklat yang cukup kontras dan menarik, sementara Kurma Elda Gustriyanto dengan teknik cetak saring (silk screen print) mencoba membuat karya jenaka memadukan unsur barat-timur dalam karya "Jagad Rupasuara".
Menarik menunggu kiprah perupa muda satu dasa warsa kedepan dimana paperless sudah menjadi bagian aktivitas sehari-hari termasuk seni rupa. Pameran "PerupaMuda #2" akan berlangsung hingga 3 Desember 2017 di Bale Banjar Sangkring Jalan Nitiprayan No 88, Ngestiharjo, Kasihan - Bantul.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...