Melacak Jihadis Melalui Media Sosial
TORONTO, SATUHARAPAN.COM - Seorang perempuan jihadis dari Kanada telah dilacak perjalanannya dari Toronto hingga ke Suriah di wilayah basis Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) melalui pengumpulan data Twitter geo-tagging.
Data itu bahkan menunjukkan perempuan yang hanya disebut sebagai LA itu menyusup ke wilayah musuh yang sulit dijangkau, kata intelijen Kanada.
Menurut sebuah laporan terbaru dari kelompok ‘’open source” yang berbasis di Kanada menggunakan penelitian kecerdasan iBRABO, perempuan itu dari Kanada dan pergi ke garis depan wiayah yang dikendalikan NIIS. Dia memberikan data lokasinya ketika setiap kali men-tweet. Dia diketahui mengunjungi kota-kota yang terkepung di Suriah dan Irak.
Meskipun ISIS (nama lain dalam bahasa Inggris: Islamic State of Iraq and Syria) diketahui mendapat banyak simpatisan perempuan, ini adalah pertama kalinya seorang perempuan dilacak sepanjang perjalanan dari negara Barat langsung ke medan perang. Dia diduga terlibat aktif dalam operasi NIIS.
Berdasarkan acakan fungsi geo-tagging pada telepon selulernya di Twitter, kelompok itu menyimpulkan bahwa gerakannya "mencerminkan tren yang lebih luas dari perempuan menjadi lebih aktif dalam mendukung jihad laki-laki. Mereka terlibat dalam mengumpulkan informasi intelijen, implementasi dan kepatuhan terhadap hukum Syariah Islam, dan bahkan melaporkan pelaksanaan hukuman bagi perempuan yang melanggar hukum Syariah."
Perempuan itu bahkan menggunakan gambar adegan pemancungan oleh ISIS ebagai foto bannernya yang ditweet dari Toronto sampai 23 November 2014. Dia muncul kembali pada awal Desember, di kubu utama ISIS di Raqqa, Suriah.
Dia telah melakukan perjalanan lebih jauh di wilayah ISIS daripada akun jihadis ISIS lainnya yang dipantau, kata kelompok itu. Pantauan lokasinya dilakukan pada kurun Desember dan Januari menunjukkan dia ada di Mosul, Aleppo, dan Kobani, semua medan pertempuran utama ISIS.
Perempuan di garis depan pertempuran tidak biasa, kata laporan itu. Sebab, perempuan biasanya sebagai "pengantin para jihadis" dan tidak diizinkan bertempur. Tapi dalam kasus ini, tweet-nya mengungkapkan peran aktifnya di medan perang.
Bukti Penuntutan
Sebelumnya seorang jihadis dari Selandia Baru yang bergabung dengan NIIS di Suriah, telah dilacak lokasinya ketika mengirimkan pesan di Twitter, menurut laporan kelompok Kanada itu, sebelum pesan itu dihapus.
Dia dikenal sebagai Mohammad Daniel, yang juga disebut Abu Abdul Rahman, dan sebelumnya dikenal sebagai Mark John Taylor. Dia mengirimkan lebih dari 45 pesan Twitter yang mendokumentasikan keberadaannya sebelum dia menyadari hal itu sebagai kesalahan.
"Sial bagi dia, kami menangkap mereka semua sebelum dia menghapus pesan, dan kami akan membahasnya," kata laporan itu seperti dikutip Russia Today.
Pelacakan teroris dengan cara ini adalah hal penting bagi badan intelijen untuk mengetahui keberadaan jihadis, kata iBRABO menekankan.
"Dengan cara ini, mereka dapat memiliki bukti untuk tuntutan pidana terhadap individu dan setidaknya membangun dasar untuk penahanan dan penyelidikan mereka setelah mereka kembali," tulis dari kelompok itu, Jeff R Weyers.
"Taylor bukanlah jihad pertama yang disiarkan keberadaannya melalui media sosial dan bahkan terlihat di medan perang di Suriah. Kami juga melihat pejuang dari Kanada, Perancis, dan negara-negara barat lainnya membuat kesalahan yang sama," kata dia.
Tindakannya, iBRABO bisa melacak jihadis ‘’Kiwi’’ melalui pesan tweet dinilai sebagai alternatif menargetkan mereka daripada serawangan pesawat tak berawak yang menargetkan rumah tinggal mereka.
Data tweet yang dikirim Taylor telah menunjukkan dia pada bulan Oktober bergabung dengan jihadis ISIS di Suriah , di daerah Kafar Roma, kampung halaman Presiden Suriah Bashar Al Assad.
"Dari pantauan selama dua pekan pertama bulan Oktober, kita tahu bahwa tweet-nya berhenti pada waktu yang sama ketika tentara Suriah menyerang daerah itu," kata iBRABO.
Taylor menjadi berita pada September setelah membakar paspor Selandia Baru dan memposting gambarnya di halaman Facebook dengan judul "satu perjalanan".
Namun, dia kemudian memutuskan hal itu bukan ide yang baik, mengatakan kepada Aotearoa Independen Media Centre bahwa "Saya hanya pergi ke sana untuk petualangan Jihad, tapi sepanjang jalan saya menyadari Suriah membutuhkan bantuan kemanusiaan dan dukungan."
Dia mengaku telah melakukan kontak dengan pihak berwenang Selandia Baru untuk meminta pengganti pasport. Namun, tidak ada bukti bahwa mereka menanggapi.
Pada bulan Juli dia mengatakan kepada New Zealand Herald bahwa dia akan berjuang di Suriah sampai "mati syahid."
Media Sosial
Pelacakan Jihadis bukan hanya melalui Twitter yang menggunakan pelacakan geotag dalam update-nya, tetapi juga bisa melalui Facebook, Instagram dan Flickr yang menggunakan geotag, dan bahkan semua informasi dengan geotag.
"Gambar yang dikirim juga cukup sering berisi informasi geotag dan telah digunakan untuk mengetahui gerakan kelompok dan kegiatan mereka," kata iBRABO.
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...