Memasang Pohon Natal, Tradisi Menyambut Kelahiran Kristus
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM Walaupun penduduk Indonesia sebagian besar memeluk Islam, tetapi kemeriahan menyambut Natal juga terasa. Salah satunya, pemasangan pohon Natal.
Four Seasons Hotel Jakarta, juga menyambut Natal 2013 dengan memasang pohon Natal dengan lampu dekorasi. (Christmas Tree Lighting) di Lobi Hotel mereka. Tradisi memasang pohon berbahan plastik setinggi 8,5 meter ini telah berlangsung sejak 2007.
Pohon Natal itu dihiasi dengan dekorasi pernak-pernik dan kado-kado berwarna tembaga serta nuansa emas dan merah, dilengkapi dengan bintang berwarna keemasan dipuncak pohon natal. Di depan pohon Natal, sebuah pancuran air yang mengalir dari anak tangga. Sementara di sebelah kanan pohon natal ada piano yang sedang dimainkan pianis, yang secara khusus menghibur para tamu hotel yang sedang berada di lobi, pada Rabu malam (4/12) di Jakarta.
Sejarah Pohon Natal
Kebiasaan memasang pohon Natal sebagai dekorasi dimulai dari sebuah kota di Jerman. Pemasangan pohon Natal yang umumnya dari pohon cemara atau mengadaptasi bentuk pohon cemara itu dimulai pada abad ke-16.
Saat penduduk Jerman menyebar ke berbagai wilayah di dunia termasuk Amerika, mereka pun kerap memasang cemara yang tetap berdaun hijau di tengah musim dingin untuk dekorasi Natal di dalam rumah. Dari catatan yang ada, orang Jerman di Pennsylvania, Amerika Serikat, memajang pohon Natal untuk pertama kalinya pada 1830-an.
Memasang pohon Natal bukan suatu keharusan di gereja maupun di rumah. Sebab, ini hanya simbol agar kehidupan rohani selalu bertumbuh dan menjadi saksi yang indah bagi orang lain. Pemasangan pohon cemara, baik asli maupun yang terbuat dari plastik, di tengah kota atau di tempat-tempat umum pun menjadi pemandangan biasa menjelang Natal.
Legenda
Ada beberapa legenda atau cerita yang beredar di kalangan orang Kristen sendiri mengenai asal mula pohon Natal. Menurut legenda itu, rohaniawan Inggris bernama Santo Bonifasius yang memimpin beberapa gereja di Jerman dan Prancis dalam perjalanannya bertemu dengan sekelompok orang yang akan mempersembahkan seorang anak kepada dewa Thor di sebuah pohon oak.
Untuk menghentikan perbuatan jahat mereka, secara ajaib Santo Bonifasius merobohkan pohon oak tersebut dengan pukulan tangannya. Setelah kejadian yang menakjubkan tersebut di tempat pohon oak yang roboh tumbuhlah sebuah pohon cemara.
Sebagai tambahan informasi, oak dapat digunakan sebagai nama dari beberapa ratus spesies pohon dan semak dalam genus Quercus dan beberapa genus yang berhubungan, terutama Cyclobalanopsis dan Lithocarpus. Genus ini berasal dari belahan bumi utara, dan termasuk spesies peluruh dan hijau abadi yang menyebar dari lintang yang dingin sampai Asia yang tropis dan Amerika. Jenis-jenis dari genus Quercus yang tersebar di Indonesia: Mempening (Quercus argentata) dan pasang jambe (Quercus gemelliflora).
Martin Luther dan Pohon Cemara
Cerita lain mengisahkan kejadian saat tokoh Reformasi Gereja, Martin Luther sedang berjalan-jalan di hutan pada suatu malam. Terkesan dengan keindahan gemerlap jutaan bintang di angkasa yang sinarnya menembus cabang-cabang pohon cemara di hutan.
Kemudian, Martin Luther menebang sebuah pohon cemara kecil dan membawanya pulang pada keluarganya di rumah. Untuk menciptakan gemerlap bintang seperti yang dilihatnya di hutan, Martin Luther lalu memasang lilin-lilin pada tiap cabang pohon cemara tersebut.
Kontroversi
Terlepas dari kebenaran kisah-kisah di atas, hingga hari ini pemasangan Pohon Natal masih menimbulkan pro dan kontra di kalangan umat Kristen. Mereka yang tidak berkenan dengan pohon Natal, mengisahkan bahwa pada zaman dahulu bangsa Romawi menggunakan pohon cemara untuk perayaan Saturnalia. Perayaan Saturnalia adalah festival Romawi kuno untuk menghormati dewa Saturnus yang diadakan pada tanggal 17 Desember.
Selain itu, pada 25 Desember bangsa Romawi menghiasi pohon cemara dengan hiasan-hiasan kecil dan topeng-topeng kecil. Tanggal 25 Desember ini adalah hari kelahiran dewa matahari, Mithras, yang asal mulanya dari Dewa Matahari Iran yang kemudian dipuja di Roma. Demikian pula hari Minggu adalah hari untuk menyembah dewa matahari sesuai dari arti kata Zondag, Sunday atau Sonntag. Perlu diketahui juga bahwa dewa-dewa matahari lainnya, seperti Osiris, dewa matahari orang Mesir, dilahirkan pada 27 Desember. Demikian pula Dewa matahari Horus dan Apollo lahir pada 28 Desember.
Maka dari itu ada aliran-aliran gereja tertentu yang mengharamkan tradisi pohon Natal, sebab mereka menganggap ini sebagai pemujaan dewa matahari. Pemasangan pohon itu dianggap sebagai bentuk penyembahan berhala. Reaksi penolakan itu bahkan awalnya sempat diwarnai keputusan pemerintah Jerman untuk mendenda siapa pun yang memasang pohon cemara sebagai pohon Natal.
Hal itu mulai berubah, saat gambar Ratu Victoria dari Inggris, Pangeran Albert dari Jerman, dan anak-anaknya dengan latar pohon cemara diilustrasikan di London. Karena sosok Victoria yang sangat populer, pemuatan gambar itu di media massa pun membuat pohon cemara menjadi pilihan lazim sebagai pohon Natal.
Tradisi
Setelah masyarakat AS mengikuti jejak Inggris menggunakan pohon cemara pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, industri pun semakin berkembang dan merambah ke berbagai negara. Termasuk industri berbagai hiasan pohon Natal seperti bola-bola yang digantung, pernak-pernik Santa Claus, tinsel (semacam tali berumbai yang dililitkan ke pohon), dan lainnya.
Karena penggunaan pohon cemara merupakan tradisi Eropa, ekspresi sukacita yang dilambangkan dengan berbagai dekorasi itu berbeda-beda di setiap negara. Indonesia dan Filipina menjadi negara yang sangat terpengaruh tradisi Eropa itu sampai akhirnya para umat Kristen membeli pohon buatan tapi yang penting berbentuk cemara.
Di Afrika Selatan, keberadaan pohon Natal bukanlah sesuatu yang umum. Sementara masyarakat India lebih memilih pohon mangga dan pohon pisang sebagai pohon natal mereka. (berbagai sumber)
Editor : Bayu Probo
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...