Membangkitkan Kenangan Lama
Jelang Pertandingan Maroko vs Portugal
SATUHARAPAN.COM - Maroko menjadi satu-satunya kesebelasan yang lolos pada babak final PD 2018 dengan raihan clean sheet pada enam pertandingan kualifikasi zona Afrika. Capaian ini tidak bisa dianggap remeh mengingat mereka berada satu grup dengan tim kuat Pantai Gading yang memiliki catatan permainan menyerang yang impresif.
Timnas Maroko saat ini bukanlah kesebelasan yang bertabur bintang. Tercatat Medhi Benatia yang menjadi andalan klubnya Juventus. Beberapa pemain Maroko merumput di klub-klub Eropa namun kontribusinya tidak terlalu terlihat diantaranya Hakim Ziyech (Ajax), Saiss (Wolverhampton), el-Ahmadi (Feyenord), serta pemain belakang muda Achraf Hakimi (Real Madrid). Di Madrid Hakimi mulai mendapat tempat melapis pemain belakang Dany Carvajal.
Pertemuan kesebelasan Maroko melawan Portugal pernah terjadi di PD 1986 Meksiko. Ketika itu Maroko yang tergabung di grup F bersama Inggris dan Polandia dan tidak diunggulkan justru menjungkirbalikkan keadaan. Kesebelasan Inggris dan Polandia ditahan imbang, sementara Portugal dipaksa menelan kekalahan 3-1 dan harus tersingkir pada fase grup. Maroko memuncaki grup disusul Inggris dan Polandia.
Pada PD 2018 Maroko bertemu lagi dengan Portugal di grup B bersama Iran dan Spanyol. Jika melihat komposisi materi pemain, kondisi Maroko saat ini tidak jauh dengan PD 1986.
Portugal sendiri berangkat ke Rusia bermodalkan juara Piala Eropa 2016. Secara materi pemain Portugal tidak terlalu mengalami kesulitan dengan tim juara yang sejauh ini masih dipertahankan. Hanya yang masih menjadi pertanyaan, apakah kesebelasan Portugal masih bersemangat untuk meraih prestasi lebih tinggi? Setelah pencapaian peringkat keempat di PD 2006, Portugal tampil tidak terlalu meyakinkan pada PD berikutnya.
Setelah pertandingan pertama menghadapi Spanyol, pada dua pertandingan berikutnya Portugal akan berusaha untuk tancap gas meraih hasil maksimal. Ini dimungkinkan mengingat materi pemain Iran dan Maroko tidaklah sekomplit Spanyol. Hanya yang harus diwaspadai Portugal adalah penampilan Maroko yang tanpa beban serta bayang-bayang kekalahan pada PD 1986. Portugal yang perkasa di hadapan tim-tim kuat justru sering kesulitan ketika menghadapi tim-tim kecil.
Membangkitkan kenangan lama
Strategi terbaik bagi pelatih Maroko Herve Renard adalah membebaskan para pemainnya untuk bermain lepas. Semangat dan kolektivitas tim tanpa pemain bintang kerap menyulitkan permainan lawan sekaligus mengubah hasil pertandingan. Renard punya pengalaman menangani tim-tim kecil mencapai prestasi puncak. Zambia yang tidak diunggulkan pada Piala Afrika 2012 menjadi juara setelah di final menekuk tim kuat Pantai Gading.
Meramu kolektivitas tim tanpa pemain bintang memudahkan Renard bereksperimen menjalankan strategi permainan terbuka. Meskipun Benatia tetap menjadi pemain sentral, dukungan lima gelangdang dalam formasi berlian akan menjadi ancaman gelandang Portugal.
Setelah kekalahan melawan Iran di pertandingan pertama, dua partai yang dihadapi Maroko adalah partai hidup-mati. Imbang atau kalah pada dua partai tersisa hanya akan mengantarkan mereka pulang ebih awal.
Bagi Portugal sendiri hasil imbang melawan Spanyol dengan tiga gol yang semuanya dicetak Christiano Ronaldo semakin mengukuhkan bagaimana mereka sangat tergantung pada sosok CR7. Hasil menahan Spanyol sekilas terlihat bagus, namun justru menjadi gambaran bahwa Portugal tidak memiliki kolektivitas seperti yang mereka tunjukkan saat menjuarai Piala Eropa 2016.
Di lapangan tengah gelandang Feddal-el-Ahmadi akan beradu kreativitas melawan Moutinho-Bernardo Silva-William. Secara skill individu Moutinho-Silva-William relatif lebih unggul dibanding barisan gelandang Maroko. Dalam hal kolektivitas permainan, Maroko lebih unggul. Bisa dipahami, pemain-pemain Portugal selepas generasi emasnya Luis Figo dan kawan-kawan lebih individualis. Ini bisa dilihat bagaimana mereka sering kesulitan saat menghadapi tim-tim. Piala Eropa 2016 menjadi gambaran bagaimana Portugal lolos dari fase grup secara apa adanya. Tekanan pertandingan sebuah turnamen besar kerap membuat pemain Portugal tidak fokus pada permainannya sendiri. Kelemahan ini yang akan dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Renard.
Sebagai pemain kunci di kubu Portugal, sejauh ini peran sentral Christiano Ronaldo (CR) belum habis. Tiga trofi Liga Champion Eropa dalam tiga tahun terakhir menjadi bukti bagaimana kontribusi Ronaldo yang begitu besar dalam setiap pertandingan. Selagi CR mampu menjaga konsistensi permainannya, sulit bagi Maroko menghentikan langkah Portugal. Bagaimanapun CR yang telah melewati usia kepala tiga masih memiliki determinasi dan penetrasi langsung ke jantung pertahanan lawan dalam pengawalan seketat apapun.
Memberikan penjagaan khusus pada CR justru bisa merugikan bagi Maroko. Wales yang tampil lepas menelan pil pahit di babak semi final Piala Eropa 2016. Penjagaan ketat pada CR justru membuka peluang dan kesempatan bagi gelandang Portugal lainnya untuk menempatkan diri pada daerah yang tidak terjaga. Dalam pergerakan gelandang Portugal yang tidak terjaga itulah Nani dan CR justru semakin leluasa merobek pertahanan Wales. Hasilnya Wales harus menelan kekalahan dari dua gol yang dicetak kedua pemain tersebut. Yang harus dicatat Renard, gelandang pengatur serangan Portugal Moutinho saat ini dalam performa terbaiknya.
Menjaga semangat mampu mengalahkan tim manapun terlebih saat berlaga di turnamen bergengsi Piala Dunia akan menjadi penyemangat Maroko di pertandingan keduanya fase grup B. Jika pada PD 1986 sebagai tim underdog mereka bisa memulangkan Portugal, saat ini dengan kolektivitas permainan tim mereka pun punya modal yang sama. Bukan sekedar membangkitkan sebuah kenangan, namun lebih pada penampilan sebuah tim yang bermain lepas tanpa beban, dan dengan kepala tegak.
Jadwal pertandingan
Pejumpaan kesebelasan Portugal pada fase grup B melawan timnas Maroko akan berlangsung di Stadion Luzhniki, Moskow pada Rabu (19/6) pukul 15.00 waktu setempat atau Rabu (20/6) pukul 19.00 WIB.
Perkiraan susunan pemain:
Maroko (4-2-3-1) : Munir (gk), Dirar, Benatia, Saiss, Haikimi/Feddal, Fajr, el-Ahmadi, Ziyech, Belhanda, Amrabat, Boutaib.| pelatih: Hervé Renard
Portugal (4-4-2) : Patricio (gk), Cedric, Pepe, Fonte, Guerreiro, Bernardo Silva, William, Moutinho/A. Silva, Guedes, Andre Silva/Quaresma, C. Ronaldo. | pelatih: Fernando Santos
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...