Membangun Kreativitas Balita
SATUHARAPAN.COM – Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya kreatif. Namun, tidak jarang orangtua bingung bagaimanakah cara membangun kreativitas dalam diri anak, terutama ketika ia sedang dalam masa balita yang dikenal sebagai the golden years of growth?
Bila dilihat lebih dalam, sesungguhnya setiap bentuk kreativitas memiliki tiga tahap umum, yaitu: permulaan ketika ide kreatif itu muncul, proses berkembangnya ide kreatif serta produk kreatif yang dihasilkan (gambar, tarian, dan lain sebagainya). Berdasarkan urutan tahap tersebut jelas bahwa tidaklah mungkin muncul suatu produk yang kreatif bila tidak ada proses kreatif terlebih dahulu.
Namun demikian, sangatlah mungkin ketika suatu ide kreatif muncul, ide tersebut tidak menghasilkan produk kreatif apa pun. Itulah sebabnya mengapa secara umum di dunia ini jumlah ide kreatif lebih banyak daripada produk kreatif. Sebab, setiap orang, termasuk anak, memiliki pilihan untuk meneruskan ke tahap berikutnya atau tidak, ketika muncul ide kreatif dalam dirinya. Pertanyaannya adalah, apa yang dapat dilakukan oleh orangtua agar dapat menstimulasi munculnya ide-ide kreatif pada anak serta dukungan seperti apa yang diperlukan anak dari orangtua untuk kemudian memproses ide kreatif itu sehingga menjadi suatu produk kreatif.
Hal pertama yang dapat dilakukan oleh orangtua adalah tidak memaksakan percakapan yang prematur tentang apa yang akan dibuat anak, ketika ia sedang menggambar, bermain Lego, ataupun melakukan kegiatan bermain lain yang melibatkan pemikiran kreatif. Pertanyaan tersebut dapat bersifat kontra-produktif terhadap proses kreatif anak karena saat itu, anak sangat mungkin tidak sedang ingin “membuat” apa pun, melainkan hanya ingin sekadar mengeksplorasi beberapa ide kreatifnya tanpa ingin menghasilkan suatu produk akhir.
Itulah sebabnya mengapa banyak anak balita yang sepertinya tidak tertarik dengan apa yang pernah mereka buat atau hasilkan. Bagi mereka, yang terutama adalah proses kreatif yang menyenangkan yang dijalani ketika sedang mengeksplorasi ide-ide kreatif mereka, bukan produk akhir yang penting. Orangtua perlu menyadari bahwa ketika anak bereksperimen dengan suatu benda untuk menggunakannya dengan berbagai cara yang berbeda, sebenarnya juga merupakan suatu bentuk proses kreatif.
Hal kedua yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk membangun kreativitas anak adalah dengan ikut bermain dengan anak sambil mendengar dan mengamati apa yang anak katakan atau lakukan, tanpa memaksakan ide ataupun pemikiran orangtua ke dalam kegiatan bermain tersebut. Dengan demikian, anak bebas untuk berpikir dan bila anak mencetuskan suatu ide kreatif dalam permainan tersebut, orangtua dapat menolong anak untuk memproses ide tersebut untuk akhirnya menjadi suatu produk kreatif, bila diinginkan oleh anak.
Produk kreatif ini tidak selalu berbentuk sesuatu yang kasat mata. Bisa saja bentuk produk kreatif tersebut adalah suatu skenario yang diperankan ketika main masak-masakan, misalnya. Tidak jarang anak memiliki ide kreatif tentang suatu masakan. Bila orangtua jeli, maka orangtua akan dapat menolong anak untuk melahirkan suatu masakan yang kreatif nantinya melalui permainan tersebut.
Hal ketiga yang dapat dilakukan oleh orangtua adalah berusaha untuk memiliki pikiran yang terbuka terhadap ide-ide anak dan tidak memaksakan ide atau pemikirannya kepada anak.
Dengan demikian, anak tidak akan merasa bahwa ide yang dimilikinya aneh dan tidak dapat diterima oleh lingkungannya. Misalnya, ketika anak balita sedang menari bebas, akan lebih menolong anak bila ia dibiarkan mengeksplorasi berbagai jenis gerakan dalam tariannya, tanpa secara prematur diajari tentang struktur tarian.
Dengan demikian, anak akan merasa bahwa ide-idenya dapat diterima. Dalam mengembangkan kreativitasnya, anak perlu merasa sebagai bagian dari kelompok masyarakat atau budaya lingkungan ia berada. Sebab, kreativitas selalu melibatkan dua aspek yaitu, keunikan individu dan perasaan terhubung dengan manusia lainnya. Fakta tersebut menjadi makin signifikan ketika anak dalam usia balita, karena ketika anak memasuki usia balita ia mulai menyadari bahwa ia adalah individu yang terpisah dan berbeda dengan orang-orang di dekatnya, namun kebutuhan mereka untuk merasa menjadi bagian dari suatu keluarga juga sangat kuat.
Kemampuan lain yang juga mulai berkembang ketika anak menginjak usia balita adalah kemampuan untuk memakai simbol, suatu benda dapat diartikan sebagai benda lain yang mereka kenal. Oleh karenanya, mereka mulai memiliki dapat ide kreatif yang simbolis dalam permainan mereka, misalnya memakai pisang untuk menyimbolkan telepon atau remasan koran sebagai simbol makanan.
Terkait itu, hal keempat yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk membangun kreativitas balita adalah menyediakan akses bagi anak ke berbagai jenis benda sehingga anak kaya akan pengalaman yang menjadi sumber ide kreatif. Ketersediaan akses ke berbagai jenis benda juga penting karena masing-masing anak memiliki preferensi yang berbeda dalam memproses ide kreatifnya.
Ada yang lebih suka memproses idenya melalui gerakan tarian, ada yang lebih suka mengutak-atik idenya dengan angka, ada yang lebih suka puisi, gambar, pahatan, musik, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, orangtua perlu berusaha meluangkan waktu untuk mengamati anak, agar dapat mengenali minat anak. Bila orangtua dapat mengakomodasi minat anak, maka anak akan merasa nyaman bermain dengan orangtua. Selain itu, pembelajaran anak melalui kegiatan bermain juga akan maksimal, bila orangtua dapat mengakomodasi minat anak karena anak umumnya belajar lebih cepat dan dalam bila menghadapi sesuatu yang mereka minati.
Dengan demikian, jelaslah bahwa ternyata orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam membangun kreativitas anak balita. Oleh karena itu, marilah kita meluangkan waktu dan berusaha untuk mengembangkan benih kreativitas anak kita.
Editor : Bayu Probo
Victor Gyokeres Pemain Terbaik Swedia 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyerang Sporting CP, Viktor Gyokeres terpilih sebagai pemain terbaik Sw...