Memelihara Hidup Orang Lain

SATUHARAPAN.COM – Seperti biasa rumah makan Minang ini selalu ramai di jam makan siang. Pasalnya banyak pekerja kantoran yang makan atau sekadar membungkus nasi siang di tempat ini karena cita rasa yang disajikan pun enak. Namun, hari ini makan siang kami tidak nikmat. Bukan karena rasanya yang berubah, tetapi karena kejadian yang terjadi di rumah makan itu.

Tak sengaja, ketika mengeluarkan sepeda motornya dari parkir, seorang office boy menyenggol sepeda motor lain hingga terjatuh. Sontak seseorang berteriak keras—”Woi, apa kerjaanmu!”— seraya mendatangi perparkiran itu. Si pemilik motor itu pun langsung menggenggam tangan Sang OB ke tempat ia makan.

Meskipun motornya itu hanya lecet sedikit, Bapak itu berkata, ”Nggak mau tahu aku, yang penting kau ganti yang lecet itu.” Orang itu tidak peduli meski berulang kali Sang OB meminta maaf karena kelalaiannya dan dia tidak punya uang untuk menggantinya. Lagi pula para pekerja lainnya menunggu nasi bungkus yang dipesannya.

Sampai-sampai Sang OB berkata, ”Begini saja Pak, bantu aku jual keretaku biar kuperbaiki keretamu.” Berang melihat kejadian ini, seorang Bapak berkata, ”Bapak-Bapak mari kita bantu adik ini untuk memperbaiki kereta Bapak ini!” Bapak itu mengeluarkan uang Rp 50.000,- dari kantongnya. Kami pun mengumpulkannya. Seketika terkumpullah Rp 750.000,-. Office boy itu lalu menyerahkan uangnya kepada Bapak itu. Dengan malu dan tertunduk, pemilik motor itu pun keluar tanpa mengambil uang itu.

Ketidakpedulian selalu berbicara tentang aku, aku, dan aku. Hidup orang lain bukan tanggung jawabku. Ketidakpedulian membutakan mata serta mematikan hati nurani kita. Sebaliknya kepedulian mencelikkan mata, membangkitkan empati, serta melahirkan keinginan untuk berkorban. Kepedulian menjadikan hidup orang lain  tanggung jawab kita juga. Dengan peduli kita memelihara hidup orang lain.

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com