Menag Ajak Sarjana Muslim Suarakan Moderasi Islam
SURABAYA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengajak sarjana Muslim Indonesia untuk lebih lantang menyuarakan moderasi Islam. Menurutnya, moderasi menjadi kunci yang paling relevan dengan konteks keindonesiaan yang majemuk.
Lukman menyoroti mayoritas kaum moderat yang masih lebih banyak diam. Padahal, suara yang lebih lantang dari para sarjana Muslim sangat diperlukan dalam mewujdukan Indonesia yang moderat dalam realitas keragaman.
“Untuk bisa menjadi moderat, kita harus lebih banyak menyuarakan suara moderasi,” kata Lukman saat memberi sambutan pada Wisuda Sarjana dan Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Sabtu (18/3).
Lukman mengakui bahwa orang-orang yang arif dan berwawasan luas memang cenderung tidak mudah kaget dalam menghadapi perbedaan, bahkan seekstrem apapun. Mereka umumnya memiliki kemampuan untuk memahami dan memakluni perbedaan yang ada, meski sikap itu pun bukan berarti menerimanya.
Kemampuan memahami itu tidak jarang menjadikan mereka untuk cenderung diam. "Sekarang menurut saya tidak bisa lagi seperti itu. Kaum moderat di republik ini harus speak up dan speak out, lebih banyak bersuara," kata Lukman.
"Saya sangat berharap perguruan tinggi keagamaan Islam negeri, UIN Sunan Ampel salah satunya, untuk bisa berdiri di garis terdepan dalam menyuarakan moderasi Islam," tambahnya disambut tepuk tangan wisudawan.
Dia mengatakan kalau saat ini tidak mulai lantang menyuarakan moderasi Islam, tidak ada yang bisa menjamin tentang bagaimana warna keberagamaan dan keberislaman di Indonesia dalam masa yang akan datang.
“Kita sudah punya contoh di beberapa negara lain, bagaimana sesama umat Islam dan sama-sama meneriakan takbir, tapi juga saling menumpahkan darah. Sesuatu yang tentu tidak diajarkan dalam Islam," kata Lukman.
Menag berharap wisudawan dapat mencontoh dakwah Sunan Ampel yang sarat dengan hikmah. Sunan Ampel mengembangkan Islam di Indoensia dengan bijak sehingga mampu menjaga tradisi dan memberi ruh dari tradisi itu sehingga Islamisasi berjalan tanpa pertumpahan darah.
"Ini menjadi tanggung jawab kita semua. Harus kita jaga dan dikembangkan sesuai situasi dan kondisi yang mengitarinya," kata Lukman. (kemenag.go.id)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...