Menag Apresiasi Relawan Bersihkan Istiqlal
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Agama (Mènag) Lukman Hakim Saifuddin saat meninjau dan bergabung melakukan aksi bersih Masjid Istiqlal, Jakarta, mengapresiasi relawan yang berpartisipasi dalam aksi bersih masjid kebanggaan Indonesia ini.
“Saya bersukur bisa hadir di Masjid Istiqlal yang beberapa hari ini sedang dibersihan di sejumlah bagian masjid sejak tanggal 10 Februari 2017. Dan ini yang luar biasa, karena yang bekerja adalah para relawan (volunteer) yang berlatarbelakang pencinta alam yang memiliki skill dan berpengalaman untuk menjangkau bagian-bagian masjid yang sulit dijangkau," kata Menag, hari Minggu (19/2) yang ikut membersihkan menara yang harus dicapainya dengan meniti 420 anak tangga.
Aksi bersih-bersih yang dimulai sejak tanggal 10 Februari 2017 ini menjadi rangkaian kegiatan dalam rangka perayaan Milad Istiqlal yang peresmian penggunaan pertamanya dilakukan tanggal 22 Februari 1978.
“Sesuatu yang patut kita syukuri, karena aksi bersih-bersih ini juga melibatkan umat beragama lain, dan mereka tanpa kita minta, mereka spontan dan pro aktif ikut menyumbangkan tenaga untuk terlibat dalam kegiatan ini. Sesuatu yang patut kita apresiasi dan kita hargai,” kata Lukman.
Sejak beberapa hari terakhir, masyarakat Jakarta mungkin menyaksikan sejumlah orang bergelantungan dengan tali-tali karmantel lalu menempel bak Spiderman di Menara Masjid Istiqlal.
Para "Spiderman" tersebut tidak sedang beraksi seperti dalam film, namun mereka sedang melakukan aksi membersihkan menara Masjid Istiqlal yang memiliki total ketinggian 96,66 meter. Tinggi tubuh menara yang berlapis marmer mencapai 66.66 meter atau 6.666 cm (jumlah ayat Al-Quran), dengan tinggi kemuncak (pinnacle) menara baja antikarat mencapai 30 meter (30 Juz), dengan diameter menara 5 meter.
Hujan masih menyisakan rintik-rintiknya yang rapat membasahi Jakarta, Minggu (19/2) pagi, namun Masjid Istiqlal yang pemancangan tiang pertamanya dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno tanggal 24 Agustus 1961 sudah dipenuhi umat Islam untuk mengikuti pengajian rutin bulanan yang saat itu menghadirkan Ustadz Yusuf Mansur. Para relawan yang membersihkan masjid mengenakan beberapa alat-alat khusus antara lain wearpack, helm, tali karmantel dan calabiner, perlahan tubuh menara tersebut dibersihkan dengan peralatan dan bahan khusus.
Di titik lain, tiga relawan sedang membersihkan tembok marmer dengan selang air berkekuatan dorong tinggi. Warna hitam mengalir dari tembok tersebut, yang kemudian tampak putih bersih kembali dengan guratan alami marmernya. Di selasar masjid, berderet penyangga (scaffolding) menyangga relawan membersihkan kisi-kisi atau ventilasi dengan kain dan cairan khusus. Mereka juga dilengkapi alat pengaman standar, tali dan helm kerja.
Ical, koordinator lapangan relawan mengatakan, relawan aksi bersih-bersih merupakan individu-individu yang berasal dari sejumlah organisasi pencinta alam. Tampak hari itu, sejumlah siswa sekolah yang berasal dari kelompok Pramuka Peduli juga hadir menjadi bagian dari relawan.
“Semuanya (relawan) ini diundang secara individual meski mereka berasal dari organisasi yang berbeda,” kata Ical.
Ical mengatakan, konsumsi dan bahan pembersih juga berasal dari sumbangan sejumlah pihak.
Ketika ditanya, apa motivasinya menjadi relawan membersihkan masjid, Ical yang sudah 24 tahun malang melintang di bidang ini mengatakan aksi ini semata karena senang, juga sebagai kegiatan alternatif yang bernilai ibadah yang lebih riil.
“Kalau kita berbicara program bagaimana menghargai perbedaan, program gotong royong, kita ingin kegiatan riilnya atau aksi nyatanya," ucapnya.
Hal yang sama disampaikan relawan asal Indramayu yang menjadi penanggungjawab membersihkan menara, Firman.
Alasan lain selain karena senang, diungkapkan oleh relawan bernama Ciprianus, pria beragama Katolik dan berasal Flores menyampaikan bahwa, masjid ini dari sisi sejarah, desainnya dibuat oleh arsitek yang bukan beragama Islam, yaitu Fredrerich Silaban, juga mungkin ada donasi dari umat selain muslim.
"Namun, terlepas dari itu, masjid ini milik negara, dan saya sebagai anak bangsa, saya ikut memiliki. Kehadiran saya di sini, tidak semata melihat agama, tapi juga karena masjid ini milik bangsa," kata pria yang pernah melanglangbuana ke 26 negara dengan bersepeda pada periode tahun 1980-an.
Selain menara dan kisi-kisi atau ventilasi selasar, para relawan ini juga membersihkan toilet dan tempat wudhu.
Dijelaskan Ical, para relawan yang bekerja membersihkan menara adalah profesional di bidangnya, dan mereka tidak dibayar. Mereka yang bekerja di ketinggian ini rata-rata adalah pencinta alam dan bekerja di bidang ini. Setiap harinya, pada hari kerja ada 80-100 relawan yang bekerja, dan pada hari libur bisa mencapai 150 orang.
“Mereka profesional yang sudah tersertifikasi tingkat nasional dan internasional sebagai pekerja ketinggian dengan nama pekerjaannya Pekerja Akses Tali, dan ada asosiasinya, yaitu Asosiasi Rope Access Indonesia (ARAI) atau asosiasi pekerja akses tali," ujar pria ramah yang menggeluti di hobi pencinta alam sejak SMA dan hingga saat ini bekerja di bidang tersebut.
Lalu ketika ditanya apa tantangannya saat membersihkan menara, ia mengatakan, tantangannya adalah cuaca, hujan, dan juga kecepatan angin. Menurutnya, bila kecepatan angin melebihi 12 knot, maka itu warning bagi tim untuk berhenti dahulu. (kemenag.go.id)
Editor : Eben E. Siadari
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...