Menag: Perlu Formula 753 Soal Pelaksanaan Haji
SEMARANG, SATUHARAPAN.COM – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan formula 753 bagi pelaksanaan haji tahun 2016 yang harus dipahami oleh keluarga besar Kementerian Agama khususnya para petugas haji.
Menurut Menag ada tujuh hal yang harus dipertahankan dan dijaga karena sudah dinilai baik oleh masyarakat .
Pertama, kata Menag pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dua tahap, ini sudah dilakukan dan tahun 2015 ini dinilai memenuhi rasa keadilan masyarakat.
“Karena tidak ada lagi sejak tahun 2014, kuota itu digunakan oleh yang tidak berhak. Tahap pertama pelunasan diperuntukkan bagi mereka yang sudah mendaftar, dan menunggu belasan tahun, mereka yang diprioritaskan, tidak lagi bagi pejabat dan si Fulan hanya karena punya kedekatan koneksi dengan si ini dan itu lalu menggunakan sisa kuota yang ada. Seluruhnya digunakan oleh calon jamaah yang mendaftar. Jadi yang tidak mendaftar siapa pun dia, maka ia tidak berhak menggunakan hak tersebut,” kata Menag saat memberikan sambutan dan membuka Seminar dan Lokakarya tentang Haji yang diselenggarakan MUI Jawa Tengah kerjasama dengan Biro Hukum dan Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Agama di Semarang, Selasa (2/11) malam.
Kedua, lanjut Menag tahun 2015, seluruh jemaah haji gelombang pertama bisa langsung mendarat di Madinah. Kebijakan ini menimbulkan sisi positif yang tidak hanya efisiensi dari sisi finansial, tapi juga stamina jemaah tidak terkuras karena tidak perlu menempuh perjalanan darat dari Jeddah ke Madinah 6-8 jam. Dan bagi jemaah gelombang kedua bisa langsung ke Tanah Air dari Madinah.
“Ini bagian positif yang harus kita jaga,” kata dia.
Ketiga, kata Menag pemondokan. Atas kondisi dan fasilitas hotel, jemaah merasa puas, baik saat di Madinah maupun Mekkah, karena sejak awal Kemenag menerapkan standar ketat, dengan minimal hotel berstandar bintang tiga dan empat yang kita sewa.
Keempat, transportasi darat selama di Arab Saudi.
Kelima, katering.kata Menag, penyajian makanan bagi jemaah semakin baik, baik dari sisi kualitas gizi, masakan dan keragaman menunya.
“Untuk tahun ini, pertama kali jamaah memperoleh makan siang 15 kali selama di Makkah. Ini yang harus ditingkatkan dan dipertahankan,” kata dia.
Keenam, lanjut Menag pelayanan di Arafah Mina tahun 2015 seluruh karpet tenda jemaah sudah diganti yang lebih baik dan tebal sehingga lebih nyaman.
Selain itu, seluruh tenda sudah dilengkap water cooler (penyejuk udara).
Kemudian Ketujuh, kata Menag aplikasi haji pintar. Kemenag membuat aplikasi haji yang bisa diunduh oleh semua gadget berbasis Android. Dalam aplikasi tersebut terdapat hal ihwal tentang haji, seperti jadwal penerbangan, pemondokan jamaah yang sudah sesuai dengan kloternya. “itu sangat informatif tidak hanya bagi jamaah haji, tapi bagi keluarga dan mayarakat yang ingin mengetahui hal ihwal haji,” kata dia.
Formula lima, yakni lima hal yang harus dikembangkangkan ditingkatkan. Pertama, kata Menag pemvisaan. Menag belajar sangat banyak bagi proses pemvisaan haji tahun 2015 ini. Proses pemvisaan ini harus dilakukan sedini mungkin, kita sudah mengetahui formulanya seperti apa.
“Harapan kita tidak boleh terjadi lagi keterlambatan dalam pemvisaan, meskipun ini areanya bukan kita sepenuhnya,” kata dia.
Kedua, kata Menang menginginkan transportasi lokal jemaah haji Indonesia dari ibu kota kabupaten/kota ke embarkasi dan begitu juga pulangnya, itu bisa ditanggung pemerintah daerah.
Menurut Menag, beberapa pemerintah daerah sudah melakukan itu, tapi pemda lainnya belum. Kemenag ingin semua pemda melakukan hal tersebut, sehingga beban jemaah tidak terlalu berat.
Ketiga, lanjut Menag petugas haji harus ditambah jumlah petugasnya, karena yang harus dipahami betul bahwa haji tahun 2016 jauh lebih menantang, karenan kuota jemaah akan kembali ke kuota normal 211.000 jemaah dan ditambah 20 ribu kuota tambahan dari pemeritah Arab Saudi.
“Walhasil, petugas harus ditambah dan harus lebih selektif,” kata dia.
Hal keempat yang menjadi lima bagian yang harus ditingkatkan, yaitu struktur organisasi pengelolaan haji. Dijelaskan Menag, ini kaitannya dengan Kementerian Luar Negeri, maka Kementerian Agama mengusulkan adanya atase haji di Arab Saudi.
Kelima, katering di Mekkah. Seluruh jemaah berharap ada penambahan jumlah pemberian katering selama di Mekkah, karena 1 kali katering yang sudah diberikan dinilai kurang.
“Jemaah minta minimal dua kali, dan tidak hanya dua kali tapi juga selama di Mekkah,” kata dia.
“Ini harus dimaklumi, karena seluruh hotel yang ada di Makkahh sudah berstandar bintang 3, sehingga tidak ada lagi dapur yang disediakan untuk memasak bagi jamaah,” dia menambahkan.
Sementara itu, tiga hal mendasar yang harus diakukan ke depan. Pertama, pembinaan. Dirasakan Menag, banyak hal yang harus ditingkatkan terutama manasik haji.
Menurutnya, masih banyak dijumpai jemaah haji khususnya yang sudah tua sama sekali tidak tahu tentang haji.
Kemenag sudah merumuskan polanya, yaitu pembinaannya dengan berbasis regu. Selama ini basisnya kloter dan itu menurut pandangan Menag terlalu besar.
Kedua, identitas jemaah. Menurut Menag, pengalaman peristiwa Mina menyatakan betapa sulitnya memonitor keberadaan jemaah haji Indonesia, apakah mereka menjadi korban dari musibah tersebut dan untuk memonitor jemaah haji yang kesasar.
Tahun depan, kata Menag tanda pengenal tersebut betul-betul bisa dipasang chip misalnya, sehingga bisa diketahui pergerakan jemaah. Ketiga, jamaah beresiko tinggi (risti). Diharapkan menag, ini yang bisa diperoleh dari semiloka ini tentang pandangan dari perspektif agama.
Hadir dalam acara tersebut Karo Hukum dan KLN Ahmad Gunaryo, Kakanwil Jateng Ahmadi, Rektor UIN Wali Songo Semarang Muhibbin, ketua MUI Jateng Ahmad Darodji dan pimpinan ormas keagamaan serta ulama dari Kab/Kota Jawa Tengah.(kemenag.go.id)
Editor : Bayu Probo
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...