Menag: Tuhan Terus Menjaga Persatuan Umat Beragama di RI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi baru kembali dari Papua usai menggulirkan program “Kita Cinta Papua” untuk memajukan pendidikan dan keagamaan di daerah paling Timur Indonesia tersebut.
Menag mengaku sangat terkesan dengan alam dan kerukunan di Papua.
Dalam sebuah bincang ringan, Menag bertutur bahwa kerukunan itu sungguh amat mahal, demikian juga kedamaian. Mungkin itu hal biasa bagi masyarakat Indonesia yang sejak dulu terkenal rukun dan damai dalam keragaman dan kemajemukannya. Namun, rukun dan damai adalah barang mewah bagi masyarakat yang negerinya dilanda konflik, terlebih dalam waktu lama dan berkepanjangan.
Kesan ini begitu mendalam dirasakan Menag. Maklum, ia adalah salah seorang prajurit bangsa yang pernah bertugas dalam misi perdamaian di negara yang bergejolak di mana masyarakatnya terlibat konflik, baik konflik berlatar politik, etnis, maupun agama.
"Saya pernah bertugas dua kali dalam misi perdamaian. Pertama, sebagai Intelligence Officer. Kedua, sebagai Komandan Kontingen merangkap Komandan Sektor UN Mission," tutur Menag di Jakarta, Minggu (6/9).
Menag mengenang kembali masa-masa mudanya, sebagai prajurit aktif untuk ikut mengharumkan nama bangsa di mata dunia.
"Saya sungguh sangat prihatin dan sedih menyaksikan pihak-pihak yang bertikai, saling klaim kebenaran mutlak, saling serang dengan penuh kebencian, dan masing-masing meneriakkan nama Tuhan yang sama," sambungnya dengan mata berkaca dan suaranya memberat, matanya menerawang, seakan demikian kuat dalam ingatan, kisah pilu dan kesedihan rakyat yang menjadi korban konflik dan peperangan.
Karenanya, Menag bersyukur dan mengaku bahagia melihat umat beragama di Indonesia yang bisa hidup rukun berdampingan, termasuk di Papua.
Menurutnya, kerukunan, baik intra maupun antarumat beragama, adalah anugerah besar yang harus dijaga. Apalagi, Indonesia negeri yang majemuk, ada keragaman agama, suku, ras, bahasa, dan lainnya.
"Alhamdulillah, Tuhan terus menjaga persatuan umat beragama di Indonesia. Ini berarti Tuhan meridloi kita. Negeri ini sangat berbhineka. Memang terkadang ada gesekan, tapi dibanding di negeri konflik yang saya saksikan, umat beragama di Indonesia tidak terpancing untuk saling menghancurkan sesama saudaranya," tutur Menag.
"Tugas kita semua untuk merawat kebhinekaan ini dengan sangat hati-hati. Jangan terpancing untuk menebar kebencian, meski atas nama agama. Kita harus bersama-sama menyampaikan pentingnya hidup rukun dan damai seperti yang diajarkan semua agama, dengan sebaik-baiknya," sambungnya.
Mengakhiri perbincangan, Menag berpesan bahwa tiap orang berhak untuk meyakini agama dan pandangan keagamaanya sebagai yang paling benar. Namun, tiap orang juga harus menghargai hak orang lain untuk meyakini hal yang sama.
"Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu meridlai kemajuan negara yang berbhineka ini, Indonesia. Aamiin," harapnya. (Kemenag)
RI Resmi Tetapkan PPN 12 Persen Mulai 1 Januari 2025
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Indonesia resmi menetapkan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Ni...