Mendikbud dan Menteri ESDM Atasi Masalah Listrik Sekolah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, beserta jajarannya mengunjungi Kementerian Energi, Sumber Daya, dan Mineral (Kementerian ESDM) guna membahas salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran yaitu tersedianya listrik di sekolah-sekolah seluruh Indonesia.
Kedua belah pihak menyepakati bahwa ketersediaan listrik di sekolah-sekolah seluruh Indonesia merupakan masalah bersama yang harus diselesaikan dengan kerja bersama antara kedua kementerian dan pihak-pihak terkait lainnya serta masyarakat itu sendiri.
Mendikbud mengatakan, dari pertemuan ini kedua belah pihak menyepakati untuk membentuk gugus tugas. Gugus tugas ini, secara bersama akan melakukan pengumpulan data, verifikasi, dan melakukan tindakan-tindakan penyelesaian masalah sesuai dengan tantangan dan kebutuhan di daerahnya masing-masing.
“Ini sebuah langkah untuk menyelesaikan masalah listrik di sekolah-sekolah kita," katanya pada saat memberikan keterangan pers mengenai ketersediaan listrik bagi sekolah-sekolah di Indonesia, di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (20/3).
Mendikbud mengungkapkan, salah satu tujuan mengunjungi Kementerian ESDM adalah dalam rangka memastikan anak-anak Indonesia bisa belajar dengan baik. Saat ini, ada 8,4 persen atau setara 17.520 sekolah dari total sekitar 280.000 sekolah di seluruh penjuru Indonesia yang belum teraliri listrik. Mayoritas sekolah belum teraliri listrik tersebut adalah SD dan SMP ada 14.992 sekolah, sedangkan untuk SMA dan SMK 2.528 sekolah yang belum teraliri listrik.
Mendikbud menyampaikan, kegiatan belajar mengajar hari ini membutuhkan dukungan teknologi. Minimal, di malam hari untuk bisa belajar dibutuhkan teknologi penerangan, jadi listrik merupakan kebutuhan yang sangat mendasar. "Di Indonesia hari ini kita mereview data tentang listrik dan menemukan banyak sekali sekolah yang masih belum teraliri listrik," katanya.
Mendikbud menjelaskan, bagi masyarakat urban atau metropolitan, kehadiran teknologi dalam pendidikan sering dirasa sebagai kemewahan. Bagi masyarakat yang berada di daerah tertinggal, teknologi adalah sebuah keharusan. "Karena dengan teknologi itulah mereka bisa menjangkau saudara-saudara lain yang jauh lebih maju," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Sudirman berpendapat, pendidikan adalah pintu dari kemajuan, namun apabila sekolah-sekolah belum mendapatkan pasokan listrik dirasa kurang pas. Menjadi tugas kita bersama untuk melakukan verifikasi dan secara terencana melakukan tindakan di lapangan agar terjadi percepatan pasokan listrik di sekolah-sekolah. "Terutama di daerah terpencil, daerah-daerah yang jauh itu, kita akan gunakan titik-titik, tempat-tempat penyelenggaraan pendidikan sebagai hubungan untuk menumbuhkan listrik dengan basis energi baru," katanya. (kemdiknas.go.id)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...