Mendikdasmen: Kami Perlu Dukungan PGI untuk Penguatan Pendidikan Karakter
TORAJA, SATUHARAPAN.COM-Dampak teknologi digital dan dunia yang semakin terbuka, membuat anak-anak muda memiliki spritualitas keagamaannya makin lemah. Jika hal ini tidak dicarikan jalan keluar maka lemahnya karakter bangsa dan karakter spiritualitas di kalangan anak muda akan terus terjadi.
Sebab itu, Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI memerlukan dukungan dari PGI untuk penguatan pendidikan karakter ini. Hal tersebut ditegaskan Mendikdasmen RI, Prof Abdul Mu’ti, dihadapan peserta Sidang Raya XVIII PGI 2024, di Auditorium II Kampus UKI Toraja, Sulawesi Selatan, hari Sabtu (9/11/2024).
Menurut dia, selain meningkatkan pendidikan karakter, dukungan diharapkan dari PGI serta umat Kristiani adalah bagaimana meningkatkan kualitas layanan pendidikan, terutama apa yang diprogramkan oleh Kemendikdasmen RI yaitu dengan Program Wajib Belajar 13 Tahun.
Lebih jauh pria yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Pendidikan Agama Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menjelaskan, kita perlu di masa depan anak anak muda yang kuat dalam religiusitas dan spiritualitas, sehingga senantiasa mampu menghadapi tantangan di masa depan yang tidak semakin ringan, terutama kaitannya dengan persoalan dekadensi moral, yang menyangkut perjudian online kemudian narkoba, dan persoalan kekerasan yang sekarang ini menjadi realitas yang tidak bisa dianggap sebagai masalah sederhana.
Sebab itu, menghadapi persoalan ini Kemendikdasmen RI pada Desember nanti, akan meluncurkan sebuah alternatif dalam membangun karakter bangsa lewat Program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Ketujuh kebiasaan itu adalah, bangun pagi, beribadah, berolahraga, gemar belajar, makan makanan sehat dan bergizi, bermasyarakat, serta tidur cepat.
Lewat program ini, lanjutnya, adalah usaha untuk memberikan layanan pendidikan sejak dini, termasuk di dalamnya, yang ini juga merupakan bagian dari program prioritas dan program unggulan Pak Presiden Prabowo, adalah meningkatkan kemampuan di bidang sains dan teknologi khususnya dalam matematika.
“Untuk itu diperlukan banyak sekali kami menyebutnya relawan guru, mereka tidak harus guru profesional yang diangkat secara formal tetapi bagian dari masyarakat yang berdedikasi untuk memberikan layanan Pendidikan. Sekarang ini sebagian besar layanan pendidikan di tingkat pendidikan anak usia dini itu dikelola oleh masyarakat atau swasta dan oleh karena itu maka dukungan dan partisipasi dari bapak dan ibu sekalian keluarga besar umat Kristiani akan sangat membantu dalam pemenuhan program ini,” katanya.
Melalui program ini, Kemendikdasmen RI berusaha untuk bagaimana membangun ekosistem pendidikan sebagai institusi yang di dalamnya terjadi dua proses sosiologis dan integrasi nasional, dimana pendidikan itu membentuk karakter keindonesiaan, dan integrasi generasi bangsa dengan pendidikan sebagai salah satu saranannya.
Dukungan PGI menjadi sangat penting untuk bagaimana negara dapat memenuhi kewajiban konstitusional, dan memenuhi hak warga negara untuk mendapatkan layanan pendidikan sebagaimana mestinya. “Kami tahu PGI memiliki pengalaman yang cukup panjang memberikan layanan Pendidikan bagi Masyarakat yang tinggal di daerah 3 T. Daerah yang memang secara geografis tidak mudah dijangkau oleh layanan pendidikan yang memadai,” katanya.
Pada kesempatan itu, Ketua Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom, menyampaikan apresiasi atas kedatangan Prof. Abdul Mu’ti, dan terkait sambutan mengenai 7 Kebiasaan Anak Anak Indonesia Hebat itu akan dijadikan tujuh kebiasaan pendeta, maka gereja-gereja akan bangkit.
Disampaikan Ketum PGI, gereja-gereja juga menyelenggarakan pendidikan dasar dan menengah, yang jumlahnya tidak sedikit. Apa yang dilakukan oleh gereja itu merupakan bagian dari tugas warga negara untuk mencerdaskan bangsa. Namun diakuinya, di beberapa tempat banyak sekolah-sekolah kristen yang terancam tutup.
Dalam kunjungan tersebut, Mendikdasmen RI menyempatkan diri untuk melihat aneka cindramata karya seorang anak difabel, yang dijajakan di salah satu area tempat persidangan, dan melakukan dialog dengannya. Prof. Abdul Mu’ti pun membeli salah satu barang kerajinan yang ada.
Editor : Sabar Subekti
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...