Mengenang Ahmad Yani Melalui Museum
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Mengenang pahlawan revolusi Ahmad Yani melalui Museum Sasmitaloka Jenderal Ahmad Yani di Jalan Latuharhary, Jakarta Pusat, hari Selasa (29/9). Bagunan rumah peninggalan jaman Belanda ini menjadi tempat bersejarah di mana Jenderal Ahmad Yani sebagai perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) dibunuh dalam peristiwa gerakan 30 September 1965.
Rumah di atas lahan sekitar 1.300 meter persegi menjadi rumah pribadi Ahmad Yani yang menurut seorang petugas mengatakan,” Pak Ahmad Yani jarang menempati rumah dinasnya yang sekarang terletak di kawasan Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat”, ujarnya.
Jabatan Ahmad Yani terakhir sebagai Menteri sekaligus Panglima Angkatan Darat dengan pangkat Letnan Jenderal pada pemerintahan Presiden Soekarno. Di dalam rumah museum Ahmad Yani banyak terdapat koleksi barang dan benda milik pribadi yang sampai saat sekarang terawat dengan baik.
Berbagai koleksi seperti lukisan, serta dokumentasi foto dan juga patung menghiasi setiap sudut ruang museum yang kini dikelola oleh TNI AD. Selain koleksi barang milik pribadi, di tempat ini juga dijelaskan lokasi di mana Ahmad Yani tewas ditembak oleh pasukan yang dulu bernama Cakrabirawa.
Ahmad Yani ditembak sekitar sembilan peluru yang menembus tubuhnya dengan dua peluru masih bersarang ditubuhnya. Menurut petugas museum mengatakan, saat peristiwa itu, Pak Ahmad Yani sempat melawan dengan memukul salah satu prajurit karena merasa dipaksa untuk ikut dengan alasan tidak diperkenankan untuk mandi dan ganti pakaian terlebih dahulu kata prajurit saat itu.
Ahmad Yani tetap berusaha ingin mandi dan ganti pakaian dengan masuk ke dalam, namun pada jarak sekitar satu meter dari pintu kaca, para prajurit langsung menghempaskan tembakan ke arah Ahmad Yani yang menembus pintu tersebut.
Jenderal Ahmad Yani tewas tertembak pada tanggal 1 Oktober 1965 pukul 04.35 WIB di lantai salah satu sudut ruang di rumahnya dekat dengan pintu kaca yang saat ini masih ada bekas pecahan pelurunya.
Editor : Bayu Probo
Kesamaan Persepsi Guru dan Orangtua dapat Cegah Kekerasan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Co-founder Sehat Jiwa Nur Ihsanti Amalia mengatakan, kesamaan persepsi an...