Mengharukan, Mahasiswa Korbankan Kuliah demi PRT-nya yang Sakit Kanker
CILACAP, SATUHARAPAN.COM - Marshall Lim, seorang mahasiswa Singapura, rela meninggalkan kuliahnya demi mendampingi pembantu yang merawatnya sejak umur dua tahun, yang tengah menderita kanker stadium empat. Bersama dia, pembantu itu diterbangkan ke kampung halamannya di Cilacap.
Ibu Jariyah, 40 tahun, memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya di Jawa Tengah, setelah bekerja pada keluarga Lim selama 15 tahun. Ibu Jariyah telah menjaga Marshall sejak ia bergabung bekerja di rumah keluarga itu pada 1996.
Ketika itu Marshall masih berusia dua tahun. Ibu Jariyah juga yang merawat Mayor, adik Marshall, yang kini berusia 19 tahun.
"Dia ibu saya yang lain. Ia merawat saya dan adik saya seperti merawat anaknya sendiri," kata Marshall, seperti diberitakan oleh The News Paper Online.
Marshall mengatakan ia akan mendampingi Ibu Jariyah sampai pengasuhnya itu merasa nyaman dan lebih baik di kampung halamannya. "Saya bisa kapan saja pulang ke Singapura untuk melanjutkan latihan fisik untuk audisi sekolah sirkus," tutur dia. Ia memanggil Ibu Jariyah dengan panggilan Bibi Jar.
Ibunda Marshall, Margaret Tan, 49, mengizinkan Bibi Jar pulang ke kampung halamannya di Cilacap setelah jelas diketahui bahwa usianya tinggal beberapa bulan lagi.
Menurut Nyonya Tan, seorang janda cerai, ia terlebih dahulu membicarakannya dengan anak-anaknya sebelum mengizinkan Bibi Jar pulang ke Cilacap. "Kami memutuskan Marshall akan mendampinginya ke sana," kata dia.
Marshall dan Bibi Jar pulang ke Cilacap pada hari Minggu (15/5) lalu.
Nyonya Tan membayar biaya perawatan Bibi Jar menggunakan asuransinya setelah pembantunya itu didiagniosis menderita kanker stadium empat. Ia juga menggalang dana bantuan dari teman-temannya.
Dalam isak tangisnya ketika bercerita kepada The New Paper Online pada hari Selasa (17/5), Nyonya Tan yang bekerja di bidang medis berkata bahwa Jariyah telah menjadi bagian dari keluarganya. Ia turut mendukung Nyonya Tan ketika bercerai dari suaminya pada 2005.
"Dia juga pernah bercerai, sehinggs saya rasa dia mengerti seperti apa rasanya. Kami merasa terikat satu sama lain dan saling mendukung," kata Nyonya Tan.
"Ia menjaga keluarga saya selama proses perceraian. Dia memberi saya nasihat dan juga berbicara kepada anak-anak saya. Saya beruntung akan kehadirannya. Dia bahkan memastikan apakah saya makan dengan baik. Ia bersama saya selama masa-masa sulit saya," kata dia.
Ketika keuangan keluarganya makin sulit pada tahun 2009, Nyonya Tan tak mampu lagi membayar Bibi Jariyah. "Saya mencarikannya majikan baru. Namun sedikitnya setiap dua bulan sekali dia datang mengunjungi kami," tutur Tan.
Pada tahun 2012 Bibi Jar kembali ke Indonesia. Namun dua tahun kemudian ia kembali ke Singapura dan bekerja lagi di rumah Nyonya Tan.
Tetapi ia kemudian sering sakit-sakitan, demam. Bulan lalu, ia didiagnosis menderita kanker hati dan sudah melebar hingga ke paru-paru dan rahim.
"Dia bukan pembantu bagi saya, dia sahabat. Saya tak sanggup menerima kenyataan bahwa dia menderita kanker," tutur dia.
Di Cilacap, menurut Marshall, ia tinggal di rumah Bibi Jar yang kini tengah direnovasi. Proses renovasi kini tengah dihentikan karena kekurangan dana.
"Kami sepakat berkonsentrasi dulu pada kesehatannya baru melanjutkan renovasi rumah," kata Marshall.
Persoalan utama saat ini, menurut Marshall, adalah mencari makanan sehat untuk Bibi Jar. "Kami membawa beberapa quinoa dari Singapura," kata Marshall.
Sehari-hari ia ikut membantu tugas-tugas rumah tangga di rumah Bibi Jar, bersama putri Bibi Jar. Ia juga rutin membawa Bibi Jar keluar rumah untuk menghirup udara segar.
Ia belum memastikan kapan pulang ke Singapura.
Editor : Eben E. Siadari
DJP: Semua Buku Bebas PPN, Kecuali Melanggar Hukum
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyataka...