Menghasut Kekerasan, Pemimpin Islamis Bangladesh Ditangkap
DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Polisi Bangladesh menangkap seorang pemimpin berpengaruh dari kelompok Islamis yang memimpin protes dengan kekerasan terhadap kunjungan perdana menteri India bulan lalu ke negara berpenduduk mayoritas Muslim itu, kata para pejabat.
Mamunul Haque dari kelompok Hefazat-e-Islam menghadapi tuduhan menghasut kekerasan, tetapi polisi tidak memberikan perincian tentang kasus-kasus tertentu atau apakah tuduhan itu berasal dari kunjungan PM India, Narendra Modi.
Harunur Rashid, seorang pejabat senior Polisi Metropolitan Dhaka, mengatakan dalam sebuah pengarahan singkat bahwa Haque ditangkap dari sebuah madrasah di daerah Mohammadpur, ibu kota Dhaka.
Haque, 47 tahun, adalah tokoh terkemuka dalam kelompok Hefazat-e-Islam, yang memiliki jaringan sekolah Islam yang kuat di seluruh Bangladesh. Kelompok itu mengatakan mereka bukan partai politik, tetapi para pemimpinnya dalam khotbah mereka secara teratur berbicara tentang politik.
Namun mereka sering menganjurkan revolusi Islam di negara berpenduduk 160 juta orang itu. Para pemimpinnya sering menantang dasar-dasar konstitusi negara dan sistem hukumnya, yang didasarkan pada hukum umum Inggris.
Kelompok itu mengkritik Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, karena mengundang Modi untuk bergabung dalam perayaan 26 Maret pada peringatan 50 tahun kemerdekaan negara itu. Mereka mengancam akan menumpahkan darah di jalan-jalan untuk merusak kunjungan tersebut. Kritikus itu menuduh partai nasionalis Hindu Modi memicu polarisasi agama di India dan mendiskriminasi minoritas, terutama Muslim.
Kunjungan dua hari Modi dibayangi oleh kekerasan, dan setidaknya 17 pendukung Hefazat-e-Islam tewas dalam bentrokan terpisah dengan polisi saat mereka menyerang kantor polisi dan gedung pemerintah lainnya, serta memblokir jalan raya di tempat lain di negara itu.
Di Dhaka, mereka bentrok dengan polisi di luar Masjid Baitul Mokarram, masjid utama negara itu selama kunjungan tersebut.
Dalam pidatonya di parlemen Bangladesh awal bulan ini, Hasina memperingatkan kelompok tersebut dan para pemimpinnya bahwa mereka akan menghadapi konsekuensi jika mereka terus melakukan kekerasan.
Haque dan rekan-rekannya baru-baru ini memimpin kampanye menentang pembangunan patung pemimpin kemerdekaan, Sheikh Mujibur Rahman, ayah Hasina, dengan mengatakan patung itu tidak Islami. Pemerintah pun mundur.
Hefazat-e-Islam juga ingin pemerintahkan Hasina memberlakukan undang-undang penistaan, di mana siapa pun yang dihukum karena mengkritik nabi Islam akan menghadapi hukuman mati. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Mega Move it Fest Bangkitkan Musisi Timur dari Ambon
AMBON, SATUHARAPAN.COM - Festival musik tahunan "Mega Move it Fest", membangkitkan kembali...