Mengintip Kesederhanaan Lansia Rayakan Natal di Panti Jompo
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sekitar 22 lanjut usia (lansia) dengan usia di antara 60 hingga 80 tahun dari beberapa wilayah di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta akan berkumpul di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia III, Kota Jakarta Selatan, hari Jumat (25/12). Mereka akan merayakan Natal dengan sederhana.
Kantor berita Antara pada hari Kamis (24/12) coba menggembarkan kesederhanaan yang tampak di sana. Tidak ada hiasan yang berlebihan, tidak ada kerlap-kerlip lampu Natal, juga tidak ada toples-toples kue di meja-meja pada ruangan panti, yang terlihat hanyalah, pohon Natal hijau setinggi dua meter dihias bola-bola biru mengkilap serta lilitan kertas perak melingkari pucuk hingga bawah untuk mengantungkan pernik berbentuk rusa bertuliskan "Merry Christmast" terpajang di ruang kebaktian Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia III, Kota Jakarta Selatan.
Ruang kebaktian bercat dinding warna kuning yang berada di sisi kanan aula utama panti memiliki dua set angklung, dua gitar, dan satu set pengeras suara. Puluhan kursi lipat berwarna merah pun tersusun rapi mengarah ke pohon Natal.
Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia II, Kusnindar, mengatakan, perayaan Hari Natal akan berlangsung secara sederhana dan tenang.
"Natal di sini berlangsung secara sederhana dan tenang. "Tidak banyak yang menjenguk ketika Natal dan Tahun Baru, jadi aktivitas mereka menunggu hari raya hanya dengan berkumpul atau melakukan Kebaktian bersama-sama antar mereka, seperti tahun-tahun sebelumnya," katanya.
Menurut dia, biasanya ada kelompok pemuda maupun profesional yang menyelenggarakan Natal bersama di panti, seperti yang dilakukan sebuah komunitas motor untuk menggelar ibadah bersama penghuni panti pada Rabu kemarin.
Tak Ada Aktivitas Menyolok
Menuju kamar penghuni panti terdapat sejumlah lansia berbincang di kursi-kursi panjang sepajang lorong berlantai keramik putih bersih dengan pot-pot taman di sisi-sisinya.
Beberapa lansia itu kemudian berdiri sambil mengulurkan tangan kemudian menyapa ketika kepala panti dan penulis melintas
"Mas cari siapa? Mau berkunjung saja? terima kasih banyak sudah berkunjung, sekadar menengok kami," kata seorang nenek berdaster biru berambut putih tipis sambil terus menjabat tangan di depan sebuah kamar yang berisi kasur-kasur yang tertata rapi menghadap ke jendela yang terbuka.
Tidak ada aktivitas menyolok yang dilakukan para nenek di ruangan itu, sebagian dari mereka hanya terbaring di kasur sambil menatap jendela sambil sesekali menengok ke arah pintu. Sebagian lainnya mondar-mandir di sepanjang lorong mencari rekan berbincang.
Akhirnya penulis tiba di kamar bertuliskan Ruang Gardena yang dihuni Nenek Wenny (88 tahun) yang merayakan Natal di panti ini bersama lima penghuni wanita lainnya. Mereka sedang duduk sambil terdiam di atas kasur ruangan itu.
"Saya sudah dua kali menjalani Natal di sini, rasanya sederhana saja, yang penting maknanya kasih Natal itu tetap kami rasakan. Kami senang masih bisa Natalan di sini," kata Wenny yang sebelumnya berprofesi sebagai suster di sebuah rumah sakit di Jakarta.
Wenny sebenarnya memiliki sanak di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah, namun ia tetap berada di Jakarta guna mencari keluarga dekatnya di kawasan Pluit, Jakarta Utara, namun tidak berhasil ditemukan hingga sekarang.
Nenek berdaster hijau bercorak kuning yang senang diajak berbincang itu berharap Natal tahun ini memberikan kebahagian untuk menjalani hidup di panti.
"Harapannya bahagia bisa hidup di sini, sederhana saja," ucap Wenny.
Berharap Dikunjungi
Martin (70 tahun) asal Kota Manado yang melewati 11 kali Natal di panti binaan Dinas Sosial DKI Jakarta sejak 2004 berharap ada tamu yang berkunjung pada hari raya umat Kristiani itu.
"Apa yang bisa diharapkan setiap Natal adalah semoga banyak tamu yang berkunjung, mengunjungi kami, melihat kami untuk ngobrol dan kebaktian bersama," ucap Martin yang mengenakan kaus bercorak hijau-hitam tentara dengan celana panjang cokelat sambil duduk santai di bagian belakang panti yang rimbun pepohonan.
Martin yang masih mampu berdiri tegap kendati bicaranya kadang melambat karena sudah tidak memiliki gigi itu memiliki saudara di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan, namun meninggalkannya menuju Surabaya sehingga ia memilih hidup di panti.
Penghuni lainnya, Marni (65 tahun), yang pernah berdagang makanan di Stasiun Kota, Jakarta, juga berharap dikunjungi saat merayakan Natal bersama di panti karena ia tidak memiliki anak maupun saudara di Jakarta.
"Tidak ada lagi yang mengunjungi saya. Doa saya ketika Natal semoga ada ada yang berkunjung untuk merayakan bersama-sama karena yang merayakan Natal di sini tidak terlalu banyak," cetus Marni.
Marni mengaku bersyukur bisa hidup di panti binaan pemerintah sehingga kebutuhan hariannya selalu tercukupi kendati tetap berharap ada keluarga yang mau mengajaknya untuk hidup atau bekerja bersama.
"Saya masih sehat, pernah menjadi pembantu rumah tangga juga. Jika ada keluarga baik yang mau mengajak, saya senang. Hidup di sini saya syukuri karena terjamin dan merasakan masa tua bersama saudara-saudari di panti," ucap Marni.
Kusnindar mengatakan Nenek Wenny, Martin, Marni dan ratusan penghuni lain yang merayakan hari raya di panti jompo merupakan sosok yang tegar karena tetap semangat menjalani hidup kednati merayakan hari besar tanpa sanak saudara yang mengunjungi.
"Mengunjungi panti akan menimbulkan rasa syukur karena melihat keadaan orang tua terlantar dan memiliki keluarga seperti kita," ucapnya sambil mengantarkan ke gerbang depan panti. (Ant)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...