Mengkreasi Tenun NTT dalam Produk Kerajinan Tangan

KUPANG, SATUHARAPAN.COM – Tenun ikat asal Nusa Tenggara Timur (NTT) kini tersohor sampai ke mancanegara, tampak dari beberapa tokoh ternama yang kerap kali menggunakan busana bermotif tenun NTT.

Bahkan desainer seperti Julie Laiskodat telah menampilkan busana tenun NTT di ajang peragaan busana internasional seperti Paris Fashion Week, London Fashion Week, dan New York Fashion Week.

Motif yang beragam pada setiap lembar kain memiliki keunikan dengan ceritanya masing-masing. Hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri di mata para pecinta tenun NTT.

Produk berbahan tenun kini menjadi gaya baru di kalangan masyarakat, sehingga tidak jarang jika ditemukan penggunaan produk-produk berbahan tenun NTT di setiap acara, baik formal maupun informal.

Banyaknya peminat tenun khas NTT membuat kalangan masyarakat biasa hingga pengusaha berlomba menciptakan produk tenun NTT untuk dapat menarik minat konsumen.

Nice Handycraft, misalnya, merupakan lembaga kursus dan pelatihan sekaligus UKM di Kota Kupang yang memproduksi produk berbahan tenun NTT.

Beralamat di Jalan Vetnai No 17, Kelurahan Oebufu, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Nining Estiningsih, ibu berdarah Sumba - Jawa ini bersama beberapa rekannya mendirikan lembaga kursus dan pelatihan.

Nice Handycraft sudah berdiri sejak 2008, dengan tujuan memberdayakan masyarakat sekitar agar mampu menghasilkan produk kerajinan tangan yang dapat dipasarkan.

“Awalnya hanya karena hobi membuat kerajinan tangan. Ada beberapa teman yang sama-sama menyukai keterampilan, sehingga kami sering berkumpul untuk membuat suatu karya. Dari situlah kemudian muncul ide mendirikan tempat pelatihan ini,” kata Nining kepada Laurensius Molan dari Antara, saat ditemui di lembaga pelatihannya, Kamis (24/10).

Nining dibantu rekannya, mengkreasikan tenun NTT bersama bahan lainnya. Kreativitas dan imajinasi dikolaborasi untuk dapat menghasilkan sebuah produk yang memiliki nilai seni dan nilai jual.

Produk-produk hasil buatan Nice Handycraft berupa suvenir dan aksesoris, seperti anting, gelang, kalung, baju, tas, dompet, gantungan kunci, dan masih banyak lagi.

Membuat Cenderamata

“Kami lebih banyak membuat suvenir dan aksesoris, karena melihat produk-produk ini yang sementara tren di pasaran,” kata Nining.

Jenis-jenis tenun yang digunakan Nining untuk mengkreasi produknya umumnya berasal dari Pulau Timor, Flores, Sumba, Alor, Rote, dan Sabu Raijua.

Menurut Nining, selain karena tren ia memilih tenun NTT agar dapat membantu perajin dapat memasarkan hasil tenunan ke pasaran.

Sebelum memproduksi suvenir dan aksesoris berbahan tenun, awalnya Nining memproduksi suvenir dari kertas koran seperti membuat tempat tisu, bingkai foto, dan pot bunga.

Mereka juga pernah membuat osibana, membuat bunga dari daun lontar dan kain flannel, dengan teknik pengeringan bunga dari Jepang.

Namun, kurangnya minat di pasaran akan produk-produk tersebut membuat Nining dan teman-teman mencari alternatif lain untuk lebih mendatangkan rupiah lagi.

Nining memilih tenun NTT menggantikan bahan-bahan sebelumnya. Banyaknya konsumen akan tenun membuat Nice Handycraft lebih gencar menghasilkan produk berbahan tenun NTT.

Selain memproduksi kerajinan tangan, Nice Handycraft juga kerap mendekorasi tempat-tempat umum seperti mal, perkantoran, toko, dan kafe di Kota Kupang maupun beberapa daerah di Nusa Tenggara Timur.

“Tidak hanya memproduksi suvenir dan aksesoris, kami juga membuka jasa layanan dekorasi berbagai acara. Awalnya kami ditawari Telkomsel mendekorasi tempat untuk menyelenggarakan acara ulang tahun.”

“Hasilnya cukup memuaskan, sehingga dari situ kami selalu ditawari untuk mendekorasi berbagai tempat yang ada di Kota Kupang,” Nining mengisahkan.

Bahan-bahan yang digunakan untuk mendekorasi yakni diambil dari bahan alam dan limbah yang menjadi ciri khas dari dekorasi Nice Handycraft, seperti kayu limbah dari meubel dan batu alam, yang dibuat semenarik mungkin bentuknya agar mendapatkan hasil yang bernilai seni.

Sejak berdiri, sudah ribuan peserta yang dilatih Nining dan teman-teman. Pelatihan dilakukan bukan hanya di tempat kursus miliknya, namun juga digelar di sekolah, kampus, dan sejumlah daerah di Nusa Tenggara Timur.

Puas

Nining mengaku puas dengan apa yang dilakukannya. Ia senang bisa memberikan sesuatu kepada sesama dan bermanfaat bagi mereka.

“Senang bisa berbagi pengetahuan dan keterampilan dengan ibu-ibu dan remaja di sini. Melihat mereka mampu menghasilkan produk, menjadi kepuasan tersendiri bagi saya karena telah berhasil mengarahkan mereka,” katanya.

Dengan pelatihan yang diberikan Nining dan teman-teman tentunya membuat peserta pelatihan akhirnya juga bisa membuat produk yang sama. Bahkan, mereka pun ikut memasarkan produk tersebut.

Persaingan di pasaran antara Nining dan peserta pelatihannya tidak menyurutkan semangat Nining untuk terus membagi ilmunya.

“Memang ada persaingan, namun itu tidak menjadi masalah. Karena saya yakin masing-masing orang sudah dengan berkatnya sendiri,” katanya.

Menurut Nining, bersaing dengan peserta yang lain justru membuatnya tertantang. Ia dan teman-teman harus berusaha meningkatkan kreativitas dan berupaya mencari ide untuk menghasilkan produk baru lagi.

“Karena tujuan kami di sini bukan mencari keuntungan semata, tetapi kepuasan. Kami puas bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi sesama,” katanya.

Nining mengatakan jika bekerja sesuai hobi, pekerjaan tersebut terasa menyenangkan. “Lakukan saja apa yang bisa dilakukan untuk sesama, walaupun ada persaingan di dalamnya,” ujar Nining. (Ant)