Mengkudu, Naik Kelas dengan Nama Noni
SATUHARAPAN.COM – Orang memandang sebelah mata tumbuhan bernama mengkudu ini. Paling hanya penjual jamu tradisional yang memanfaatkannya. Namun, ketika pabrik memasarkannya dengan nama noni dalam bentuk cair dengan segudang khasiat, dengan harga hampir menembus angka setengah juta rupiah per botol, orang pun terperangah.
Mengkudu, yang punya nama ilmiah Morinda citrifolia, L, tergolong dalam famili Rubiaceae, berasal dari daerah Asia Tenggara. College of Tropical Agriculture and Human Resources di Hawaii bahkan jelas menyebutnya sebagai tumbuhan asli Indonesia. Tumbuhan ini menyebar dan sangat populer di kalangan bangsa Polinesia yang menetap di Kepulauan Samudra Pasifik.
Mengkudu atau bengkudu, seperti dapat dibaca di Wikipedia, dikenal juga dengan nama keumeudee di Aceh. Di Jawa, tumbuhan yang punya ketahanan hidup luar biasa di beragam lingkungan ini juga dikenal dengan nama pace, kemudu, kudu. Masyarakat Sunda menyebutnya cangkudu. Di Madura, tumbuhan ini disebut kodhuk, sementara di Bali dikenal dengan nama tibah.
Dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini disebut Indian mulberry. Nama lain untuk tumbuhan ini adalah noni (Hawaii), nono (Tahiti), nonu, nonu atoni, atau gogu atoni (Tonga), non (Kiribati), lada (Guam), kura (Fiji), canary wood (Australia), ungcoikan (Myanmar), dan ach (Hindi).
Secara tradisional, masyarakat Aceh menggunakan buah mengkudu sebagai sayur dan rujak. Daunnya juga digunakan sebagai salah satu bahan nicah peugaga yang sering muncul sebagai menu wajib buka puasa. Karena itu, mengkudu sering ditanam di dekat rumah di pedesaan di Aceh. Selain itu mengkudu juga sering digunakan sebagai bahan obat-obatan. Mengkudu juga dikenal sebagai pengusir tikus karena baunya yang tidak enak.
Dalam buku Obat Asli Indonesia tulisan Dr A Seno Sastroamidjojo, disebutkan mengkudu sejak lama dimanfaatkan sebagai cholagogum, obat peluruh empedu, dicampur dengan lempuyang. Mengkudu juga dimanfaatkan sebagai obat sakit karena perbesaran ginjal atau hati, serta obat jika air kencing keluar tidak lancar.
Buah mengkudu juga sejak lama dimanfaatkan untuk obat batuk dengan cara menggiling buah dan mencampurnya dengan cuka dan membubuhkan kapur. Air buah yang matang, dimanfaatkan untuk batuk parah, dan tuberkulosis, dengan menambahkan gula aren. Mengkudu juga dimanfaatkan untuk obat disentri.
Dari situs National Tropical Botanical Garden disebutkan masyarakat Samoa memanfaatkan cairan yang diperoleh dari perasan daun mengkudu untuk obat tetes mata, obat tetes hidung, atau untuk obat yang diminum. Di Hawaii, mengkudu sejak lama dimanfaatkan untuk obat diabetes, tekanan darah tinggi, dan penambah nafsu makan.
Masyarakat tradisional di beberapa tempat juga memanfaatkan daunnya untuk obat sakit mulas. Daun mengkudu yang lebar digosok dengan minyak kelapa, dipanaskan, dan diikatkan pada perut si penderita sakit.
Melihat potensinya yang luar biasa, perusahaan besar pun mendongkrak nilai ekonomi mengkudu. Lapisan kalangan menengah atas di seluruh dunia kini lebih mengenalnya sebagai noni, yang hadir dalam aneka produk, baik kesehatan maupun kosmetik. Mulai dari jus dengan tempelan label aneka khasiat, hingga dalam bentuk bubuk yang diproduksi baik dari buah ataupun daun.
Editor : Sotyati
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...